Metodologi Model Asuransi Indeks Iklim di Kabupaten Indramayu

iklim yang nyata sering terjadi dan mengganggu produktivitas pertanian adalah kejadian iklim ektrim berupa banjir dan kekeringan. Di Kabupaten Indramayu, kekeringan menempati posisi paling tinggi sebagai penyebab gagal panen 79.8, disusul OPT 14.5 dan banjir 5.6. Oleh karena itu, kejadian kekeringan di Kabupaten Indramayu perlu mendapat perhatian utama terkait dengan pengelolaan risiko iklim. Terkait dengan asuransi indeks iklim, maka untuk mengembangkannya diperlukan suatu penelitian awal yang dapat memberikan gambaran tentang model asuransi indeks iklim serta potensi dan tantangannya.

7.2. Metodologi

Bab 7 ini merupakan rangkuman dari seluruh hasil penelitian. Pembahasan umum difokuskan pada potensi dan tantangan dalam pengembangan asuransi indeks iklim pada sistim usaha tani berbasis padi. Potensi digali berdasarkan berbagai data dan informasi yang telah dihasilkan dari penelitian ini. Hasil analisis yang telah diperoleh pada Bab 3 akan digunakan untuk memberikan masukan tentang wilayah prioritas penanganan bencana kekeringan. Wilayah dengan tingkat endemik tinggi merupakan prioritas pertama dalam penanganan bencana kekeringan. Hasil analisis penetapan cakupan wilayah untuk penerapan indeks iklim Bab 4 akan digunakan untuk menilai cakupan wilayah indeks, serta memberikan saran perlu tidaknya dibangun stasiun hujan otomatis yang baru. Respon petani terhadap program asuransi iklim serta gambaran kesediaan petani untuk membayar willingness to pay yang dihasilkan dari analisis ekonomi usahatani Bab 5 menjadi bahan masukan dalam pengembangan asuransi indeks iklim. Hubungan curah hujan dan produksi padi Bab 6 merupakan dasar penyusunan indeks iklim. Semua hasil penelitian selanjutnya diformulasikan dalam bentuk rekomendasi yang berfokus pada potensi dan tantangan pengembangan asuransi indeks iklim.

7.3. Model Asuransi Indeks Iklim di Kabupaten Indramayu

Kekeringan yang menjadi penyebab utama 78.9 gagal panen di Kabupaten Indramayu menjadi pilihan utama bentuk risiko iklim yang dicover dalam asuransi indeks iklim. Kekeringan diidentifikasi dan didelineasi dalam bentuk peta endemik kekeringan untuk setiap kecamatan. Endemik kekeringan tinggi merupakan wilayah prioritas utama penanganan kekeringan seperti di Kecamatan Losarang, Kandanghaur, Krangkeng, Cikedung, Gabuswetan, Indramayu, dll yang pada umumnya berada di ujung irigasi. Usahatani padi menjadi mata pencaharian utama 91.4 petani di Indramayu. Kegiatan pertanian sebagian besar 64 dilakukan oleh petani yang sudah tidak muda lagi yaitu usia 41-60 tahun, dengan pendidikan SD 49. Hasil analisis usahatani padi memperlihatkan bahwa usahatani padi masih memberikan keuntungan dan layak diusahakan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai RC yang lebih dari 1, yaitu sebesar 1.98 pada MH dan 1.74 pada MK. Meskipun secara ekonomi layak dan menguntungkan, namun belum diikuti dengan pengelolaan keuangan yang baik. Sekitar 51 petani belum terbiasa menyimpan uang hasil panennya, meskipun ada beberapa petani yang menyimpan dalam bentuk gabah 3 dan perhiasan 1. Hampir setiap awal masa tanam, sebagian besar petani 65 mengajukan kredit untuk usahataninya melalui Bank 40. Produksi padi di lokasi penelitian berkisar antara 5-6 tonha MH dan 4-5 tonha MK, dan ada beberapa lokasi yang bisa mencapai 7 tonha. Hubungan curah hujan dan produksi padi dengan R 2 sebesar 0.6 digunakan untuk penentuan batas triger hujan. Trigger hujan adalah ambang batas atas atau bawah di mana pembayaran dilakukan untuk kasus kekeringan, pembayaran dilakukan ketika nilai indeks yang dihitung lebih rendah dari trigger. Batas produksi threshold padi yang ditentukan pada saat nilai RC=1 digunakan untuk menentukan batas triger curah hujan. Stasiun Cikedung dipilih sebagai contoh untuk desain premi dan klaim asuransi. Pada threshold produksi 2711 kgha diperoleh triger hujan 542.2 mmmusim. Berdasar plot peluang threshold2711 kgha, maka hampir setiap tahun kondisi tersebut terjadi. Hal ini kurang menguntungkan dari pihak asuransi karena peluangnya sangat besar. Dengan skenario periode ulang, maka dapat dipilih periode yang dapat dijadikan produk asuransi. Untuk kasus Cikedung, periode ulang 3 tahun dapat dijadikan pilihan produk asuransi. Persamaan regresi terboboti selanjutnya digunakan untuk menentukan indeks iklim per fasenya. Diperoleh berturut-turut 183 mm fase 1, 136 mm fase 2 dan 119 mm fase 3 dan seluruh fase 439 mm. Apabila diasumsi nilai polis 5 juta rupiah, maka jika petani mengasuransikan satu periode tanam dan terpenuhi kondisi seperti yang disyaratkan, petani akan mendapat klaim maksimal sebesar nilai polisnya, yaitu 5 juta rupiah. Indeks tersebut dapat digunakan untuk wilayah lain yang memiliki kemiripan pola curah hujan dengan stasiun Cikedung, yaitu di lokasi Losarang, Sliyeg dan Jatibarang, namun perlu dipertimbangkan juga kapasitas memegang tanah dan juga topografinya. Cakupan wilayah indeks ini dapat ditentukan dengan metode Fuzzy Similarity FS. Sebagai pembanding, Martirez 2009 menyebutkan bahwa dalam radius 20 km dapat mengikuti asuransi, sementara IFC 2009 menyebutkan hingga radius 25 km.. Terkait dengan pembayaran premi, sebagaimana konsep asuransi pada umumnya, maka dalam penerapan asuransi indeks iklim ini juga ada premi yang harus dibayarkan. Harga premi yang dibayarkan tergantung pada fase atau periode tanaman yang diasuransikan. Apabila yang diasuransikan adalah pada fase kritis tanaman dan pada periode musim kering, maka premi yang dibayarkan semakin mahal. Sebaliknya bila yang diasuransikan diluar kondisi tersebut, maka premi yang dibayar semakin murah. Jadi semakin besar risiko, maka semakin mahal harga preminya. Hasil survey tentang kesediaan membayar willingness to pay sangat penting dalam menentukan desain preminya. Hasil survey memperlihatkan bahwa sebagain besar petani 28 bersedia membayar 200-300 ribu rupiah per musim per hektar. Sementara dengan asumsi polis 5 juta rupiah, premi yang dibayarkan sekitar 10 nya yaitu 500 ribu rupiah. Jumlah pembayaran untuk setiap fase tidak dapat melebihi maksimum pembayaran. Total pembayaran maksimum dan juga uang pertanggungan dinyatakan dalam kontrak. Terkait dengan premi ini, Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan BAPEPAM-LK Departemen Keuangan 2010 menuangkannya dalam beberapa pasal yang terkait. Dengan premi sebesar 500 ribu rupiah sementara kesanggupan petani hanya 300 ribu rupiah, maka ada selisih premi sebesar 200 ribu rupiah yang belum bisa dibayar Gambar 75. Di sinilah diharapkan ada peran pemerintah untuk membantu pembayaran premi petani. Gambar 75. Contoh konsep pembayaran premi dengan bantuan Pemerintah Skenario asuransi indeks iklim ini merupakan salah satu contoh out put dari model asuransi indeks iklim untuk studi kasus di Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. Untuk pengembangan model secara umum, maka tahapan utama yang perlu diperhatikan adalah : 1 penggunaan data hujan secara runut waktu jangka panjang untuk menyusun indek, 2 setiap petani yang melakukan usahatani pada wilayah cakupan indeks dapat mengikuti asuransi, 3 setiap stasiun hujan dan tanaman memiliki harga yang berbeda, dan 4 pembayaran secara otomatis dapat dihitung. Hasil penelitian ini menekankan perlunya asuransi atau perlindungan terhadap petani dan oleh karena itu, skim asuransi pertanian ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan petani, bukan meningkatan ketahanan pangan. Namun, ketahanan petani yang meningkat sebenarnya juga bermakna peningkatan ketahanan pangan. Komoditas padi yang dipilih sebagai obyek penelitian mengindikasikan bahwa kajian ini dititikberatkan pada skim asuransi usahatani padi, namun demikian komoditas lain yang bernilai ekonomi tinggi pada prinsipnya dapat mereplikasimengadaptasi skim yang sama pada komoditas padi ini. Ketersediaan data yang akurat dan tepat waktu menjadi kendala utama dalam penerapan skim asuransi usahatani padi. Untuk ketersediaan data yang dapat dipercaya reliable, dibutuhkan upaya khusus untuk menyediakannya. Setiap wilayah memiliki karakteristik sumberdaya alam yang berbeda dan dengan demikian juga memiliki kondisi data unik yang mendukung penyiapan indeks iklim. Pengumpulan data primer dan sekunder yang relevan dengan aplikasi skim asuransi indeks iklim menjadi faktor penentu dalam menyiapkan desain skim asuransi ini. Dengan data yang baik, analisis yang dilakukan menjadi lebih sesuai, lebih tepat dan lebih dapat dipertanggung jawabkan. Aplikasi skim asuransi indeks iklim lebih sesuai dilaksanakan menurut lokasi local specific di berbagai sentra produksi padi. Dengan kekhasan masing- masing lokasi disandingkan dengan kondisi sosial ekonomi wilayah setempat, termasuk karakteristik petani serta kebiasaan, maka setiap skim asuransi indeks iklim memiliki kekhasan untuk setiap lokasi. Untuk pengembangan asuransi indeks iklim serta aplikasinya di lapang, maka identifikasi potensi menjadi sangat penting sebagai dasar dan peluang dalam langkah selanjutnya. Tantangan maupun hambatan yang mungkin terjadi menjadi bahan pertimbangan yang harus dicari solusinya.

7.4. Potensi