PenutupanPenggunaan Lahan DAS Cisadane

Akurasi yang digunakan untuk klasifikasi terbimbing yaitu akurasi Kappa. Nilai akurasi Kappa adalah 96,26. Nilai akurasi lain untuk akurasi pembuat, pengguna dan umum berturut-turut yaitu 95,96, 97,10 dan 96,74. DAS Cisadane diklasifikasikan menjadi 10 kelas yaitu hutan primer, hutan sekunder, perkebunan, kebun campuran, semak belukar, lahan terbuka, lahan terbangun, sawah, tambak, dan badan air. Hutan yang tersisa pada tahun 2009 hanya sekitar 42.051,25 ha 27,10. Adapun persentase tutupan tiap kelas Gambar 6 yaitu hutan primer 7.332,67 ha; 4,73, hutan sekunder 3.4718,58 ha; 22,38, perkebunan 6.261,59 ha; 4,04, kebun campuran 24.439,49 ha; 15,75, semak belukar 14.511,34 ha; 9,35, lahan terbuka 25.863,08 ha; 16,67, lahan terbangun 16.467,87 ha; 10,61, sawah 20.919,83 ha; 13,48, tambak 1.858,08 ha; 1,20, dan badan air 2.776,87 ha; 1,79. Gambar 6 Persentase tutupan lahan DAS Cisadane. Perubahan tutupan lahan di tiap Sub-DAS Cisadane menunjukan lahan hutan primer dan sekunder yang cukup luas di hulu semakin berkurang menuju hilir digantikan oleh lahan non hutan. Luas hutan di hulu semula 20,45 menjadi 4,90 di tengah dan hanya 2,76 di hilir Tabel 4. Jika dilihat persentase tutupan tiap sub-DAS, DAS Cisadane bagian hulu didominasi oleh tutupan lahan berupa hutan sebesar 36,49 dan lahan pertanian berupa kebun campuran, sawah, perkebunan sebesar 29,73. Luas lahan terbangun hanya 5,55. DAS Cisadane bagian tengah didominasi oleh lahan 1,79 4,73 22,38 15,75 10,61 16,67 4,04 13,48 9,35 1,20 Badan Air Hutan Primer Hutan Sekunder Kebun Campuran Lahan Terbangun Lahan Terbuka Perkebunan Sawah Semak Belukar Tambak 1,79 4,73 22,38 15,75 10,61 16,67 4,04 13,48 9,35 1,20 pertanian 40,69. DAS Cisadane bagian hilir didominasi oleh lahan terbangun 25,76 dan lahan pertanian 35,19. Hutan di hilir hanya berupa hutan sekunder sebesar 11,91. Tabel 4. Luas dan persentase tutupan lahan tiap Sub-DAS Cisadane Tutupan Lahan Luas DAS ha Hulu Tengah Hilir Badan Air 226,54 0,26 0,15 441,13 1,37 0,28 2.109,20 5,86 1,36 Hutan Primer 7.302,57 8,40 4,71 30,10 0,09 0,02 - - - Hutan Sekunder 24.415,46 28,09 15,74 6.015,16 18,66 3,88 4.287,96 11,91 2,76 Kebun Campuran 11.666.87 13,42 7,52 8.467,09 26,27 5,46 4.305,53 11,96 2,78 Lahan Terbangun 4.826,99 5,55 3,11 2.368,10 7,35 1,53 9.272,78 25,76 5,98 Lahan Terbuka 14.444,36 16,62 9,31 6.441,62 19,99 4,15 4.977,10 13,83 3,21 Perkebunan 3.876,23 4,46 2,50 2.325,23 7,21 1,50 60,12 0,17 0,04 Sawah 10.299,04 11,85 6,64 2.321,23 7,20 1,50 8.299,56 23,06 5,35 Semak Belukar 9.850,15 11,33 6,35 3.705,85 11,50 2,39 955,33 2,65 0,62 Tambak 18,46 0,02 0,01 115,57 0,36 0,07 1.724,06 4,79 1,11 Sub-Total 86.926,67 56,03 32.231,09 20,77 35.991,63 23,20 Total 155.149,39 Keterangan: Angka persentase pertama per luas sub-total; persentase kedua per luas total DAS Tepian Sungai Cisadane menurut klasifikasi Rahmafitria 2004, dapat dikategorikan sebagai lansekap semi alami dan urban. Lansekap semi alami ditemukan di Sungai Cisadane bagian hulu Stasiun 1-2 dan tengah di pinggiran kota Stasiun 4-6 dengan penutupanpemanfaatan tepian berupa sawah, kebun campuran dan semak belukar Gambar 7a-b. a. Lansekap semi alami di bagian hulu b. Lansekap semi alami di bagian tengah Gambar 7 Lansekap semi alami di Sungai Cisadane bagian hulu dan tengah. Lansekap urban dicirikan dengan penutupanpemanfaatan tepian berupa lahan terbangun seperti permukiman dan industri. Tipe lansekap urban ditemukan di daerah perkotaan seperti Kota Bogor Gambar 8a dan Serpong Gambar 8b. a. Permukiman di Kota Bogor b. Industri di Kota Serpong Gambar 8 Lansekap urban di Sungai Cisadane bagian hilir.

4.2 Pemanfaatan Sungai Cisadane

Sungai Cisadane merupakan sungai utama dari DAS Cisadane. Sungai Cisadane memiliki banyak fungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Air sungai dimanfaatkan penduduk sebagai air bersih untuk berbagai kebutuhan domestik seperti air minum, mandi dan cuci. Penduduk yang bermukim di sepanjang sungai menjadikan sungai sebagai tempat untuk MCK Gambar 9. Gambar 9 MCK di Sungai Cisadane bagian hulu. Pemanfaatan air sungai untuk MCK menjadi sumber pencemar anorganik, organik dan biologis yang akan menurunkan kualitas air sungai. Kegiatan kakus menyebabkan masuknya organisma patogen seperti bakteri, virus, protozoa dan cacing parasit ke air sungai Abel 1989; Mason 1991; Mara dan Cairncross 1994. Sehingga, pemanfaatan air sungai untuk mandi dan cuci dapat mengganggu kesehatan penduduk akibat penyakit patogen yang ditularkan melalui air sungai CPCD 2006. Penyakit yang menular dari air ini disebut water-borne disease Mason 1991; Effendi 2003. Penyakit yang dapat diderita manusia akibat mandi, mencuci dan berenang di sungai misalnya leptospirosis, demam tifus, kolera Nemerow 1974; Abel 1989, diare, infeksi cacing, disentri, gastroenteritis Effendi 2003, poliomielitis dan hepatitis A Abel 1989. Penduduk umumnya mencuci dengan detergen yang akan mencemari air sungai. Busa detergen dapat menghambat difusi oksigen di udara ke dalam air sungai. Jika hal ini terjadi maka kandungan oksigen terlarut dalam air sungai akan menurun yang pada akhirnya akan mengganggu aktivitas biologis organisma sungai CPCD 2006. Detergen mengandung unsur Fosfor P sehingga detergen menjadi sumber penyebab kenaikan unsur P di air sungai Abel 1989; Effendi 2003. Tinja yang merupakan hasil metabolisma banyak mengandung amonia total berupa amonia bebas NH 3 dan ion amonium NH 4 + . Amonia bebas NH 3 bersifat toksik terhadap organisma akuatik. Ikan lebih peka jika terjadi peningkatan konsentrasi amonia bebas sebab amonia bebas yang terlalu tinggi dapat menghambat pengikatan oksigen oleh darah yang berakibat pada sufokasi Effendi 2003 atau kematian ikan akibat kekurangan oksigen. Air sungai diandalkan oleh penduduk untuk mengairi sawah mereka. Kegiatan pertanian menggunakan pupuk dan pestisida. Air limpasan akan membawa bahan pencemar ini ke sungai. Pupuk mengandung unsur Nitrogen N dan P. Pupuk yang masuk ke air sungai akan meningkatkan konsentrasi N dan P. Kenaikan unsur N dan P yang berlebihan dapat menurunkan kualitas air sungai. Konsentrasi nitrit yang tinggi bersifat toksik bagi organisma akutik dan manusia. Walaupun nitrat tidak bersifat toksik, namun konsentrasi nitrat yang tinggi dalam air minum dapat menyebabkan blue baby syndromemethemoglobinemia. Nitrat pada bayi akan menurunkan kapasitas darah dalam mengikat oksigen Effendi 2003.