memasuki sungai. Saluran pembuangan yang berasal dari rumah tangga juga menambah masuknya unsur N ke sungai Goldberg 1970.
i. Total Fosfat
Unsur Pfosfor yang masuk ke sungai berasal dari pertanian, rumah tangga dan industri. Detergen menjadi sumber P yang utama dari rumah tangga yang
masuk ke sungai. Pupuk yang dipakai dalam pertanian menjadi sumber utama P yang masuk ke sungai Mason 1991.
Konsentrasi Total PTP di dalam air Sungai Cisadane berfluktuasi dengan kecendrungan meningkat semakin ke hilir Gambar 28. Kosentrasi TP di Sungai
Cisadane berfluktuasi berkisar 0,030 - 0,301 mgL. Konsentrasi TP cenderung meningkat semakin ke hilir. Konsentrasi TP di beberapa stasiun melebihi batas
ambang baku mutu Kelas 1 dan 2 sehingga kurang memenuhi syarat untuk dipergunakan sebagai bahan baku air minum.Walaupun demikian, secara
keseluruhan air Sungai Cisadane masih dapat dipergunakan untuk pertanian dan perikanan air tawar.
Gambar 28 Nilai Total Fosfat Sungai Cisadane pada kemarau K dan hujan H.
4.4.2 Faktor Biologi
Pencemaran yang masuk ke sungai dapat mengganggu keseimbangan makrozoobentos. Sungai yang tidak tercemar atau sungai sehat menurut
Roback 1974 adalah sungai yang mendukung kehidupan organisma akuatik dengan semua tingkat trofik terwakilkan secara proporsional dan tidak ada
ketidakseimbangan populasi. Dengan kata lain, sungai yang berkualitas baik akan memiliki keanekaragaman makrozoobentos yang tinggi dan tidak ditemukan taksa
yang memiliki kepadatan yang tinggi.
0.000 0.050
0.100 0.150
0.200 0.250
0.300 0.350
1 2
3 4
5 6
7 8
9
P t
mg L
Stasiun K
H
Tabel 10 Kepadatan, kekayaan taksa S, dan Indeks Keanekaragaman H makrozoobentos di Sungai Cisadane pada musim kemarau K dan hujan H 2011
ClassOrdo Familia
Species S-1
S-2 S-3
S-4 S-5
S-6 S-7
S-8 S-9
K H
K H
K H
K H
K H
K H
K H
K H
H Insect
Elmidae Narpus
sp. 119
470 352
111 14
Coleoptera Dytiscidae
Agabus sp.
4 Ptilodactylidae
Ptilodactylidae Sp.1 15
4 4
Gyrinidae Dineutus
sp. 4
Diptera Tipulidae
Antocha sp.
37 41
4 Chironomidae
Pentaneura sp.
8 11
Chironomidae Cardiocladius
sp. 4
4 Chironomidae
Tanytarsus sp.
22 7
Chironomidae Polypedilum
sp. 19
15 75
4 125
6 Ephemenoptera
Baetidae Baetis
sp. 52
48 93
156 52
9 4
Siphlonuridae Ameletus
sp. 4
100 3
44 6
Leptophlebiidae Paraleptophlebia
sp. 67
67 63
19 48
67 Ephemerellidae
Ephemerella sp.
4 22
11 Heptagenidae
Heptagenia sp.
3 Neoephemeridae
Neoephemera sp.
3 3
Hemiptera Neocoridae
Pelocoris sp
4 Lepidoptera
Pyralidae Parapoynx
sp. 37
37 23
26 28
Plecoptera Perlidae
Acroneuria sp.
7 4
37 22
Trichoptera Hydropsychidae
Cheumatopsyche sp.
19 4
19 11
410 2122
333 22
Hydropsychidae Hydropsyche
sp. 11
7 30
52 7
Hydropsychidae Leptonema
sp. 4
17 Polycentropodidae
Polycentropus sp.
4 36
14 Psychomyiidae
Psychomyiia sp.
15 56
44 25
Carydalidae Carydalus
sp. 7
3
Crustaceae Potamidae
Potamon sp.
6 4
Palaemonidae Macrobrachium
sp. 4
2 4
7
58
Tabel 10 lanjutan
ClassOrdo Familia
Species S-1
S-2 S-3
S-4 S-5
S-6 S-7
S-8 S-9
K H
K H
K H
K H
K H
K H
K H
K H
H Gastropoda
Thiaridae Thiara
sp. 11
7 74
59 141
89 Thiaridae
Melanoides sp.
11 7
3 15
64 6
52 133
207 26
593 704
1170 815
33 Thiaridae
Brotia sp.
11 7
7 7
15 7
Physidae Physa
sp. 3
11 7
7 37
22 Vivipandae
Bellamya sp.
15 30
22 Buccinidae
Anentome sp.
7 7
7 Neritidae
Septaria sp.
3 Ampularidae
Pomacea sp.
22
Pelecypoda Corbiculidae
Corbicula sp.
11 7
Turbelaria Planaridae
Cura sp.
4
Oligochaeta Tubificidae
Branchiura sp.
7 6
2 7
44 30
74 59
89 Lumbriculidae
Lumbriculus sp.
63 22
4 5
4 6
11 7
13630 15037
18556 15519
16478
Hirudinae Glossiphonidae
Helobdella sp.
31 159
19 17
4 7
Glossiphonia sp.
88 196
46 17
15 4
N 296
137 904
770 840
2896 815
6 152
181 259
26 14378
15844 20037
16541 16622
S 13
5 20
17 18
13 19
1 9
7 8
1 8
6 9
8 3
H 3,25
0,83 2,78
2,77 2,65
1,58 2,90
0,00 2,82
1.46 1,27
0,00 0,35
0,33 0,47
0,41 0,04
59
Berdasarkan hal ini, kualitas air Sungai Cisadane semakin memburuk ke arah hilir. Indeks H’ menurun dengan cukup tajam dan kekayaan taksa S juga
menurun namun kepadatan individu cenderung meningkat Tabel 10. Pencemaran menyebabkan hanya taksa tertentu saja yang dapat hidup di bagian
sungai tersebut. Ini ditunjukkan oleh peningkatan individu-invidu dari taksa tertentu Gambar 29a. Kekayaan taksa S’ makrozoobentos semakin ke hilir juga
semakin menurun Gambar 20b. Kekayaan taksa tertinggi di Stasiun 2 S=20 yang berada di hulu dan terendah di Stasiun 9 S=3 yang berada di hilir.
Peningkatan individu dari taksa tertentu akan diiringi dengan penurunan kekayaan taksa di tempat tersebut.
a.Kepadatan individum2 b. Kekayaan taksa s
Gambar 29 Kepadatan dan kekayaan taksa makrozoobentos Sungai Cisadane. Taksa yang ditemukan melimpah di Stasiun 7-9 merupakan makrozoobentos
dari Filum Mollusca yaitu dari BangsaOrdo Gastropoda dan Oligochaeta. Kekayaan taksa sangat miskin di ketiga stasiun. Taksa dari kelompok Insecta dan
Crustacae tidak ditemukan. Konsentrasi oksigen terlarutDO yang rendah dan air yang tidak segar atau “septik” seringkali membatasi organisma hidup
Harman 1974. Hal ini tampak terlihat di ketiga stasiun tersebut dengan DO yang rendah menyebabkan hanya 2 taksa dari Moluska yang hadir. Penurunan DO
disebabkan oksigen dibutuhkan untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan organik. Anggota Gastropoda yang melimpah hanya 1 atau 2 jenis yaitu
Melanoides dan Thiara Gambar 30. Harman 1974 menduga penurunan
kekayaan taksa hingga hanya ada 1 atau 2 jenis dari Gastropoda disebabkan telah terjadi pencemaran organik.
5000 10000
15000 20000
25000
1 2
3 4
5 6
7 8
9
N
Stasiun K
H
5 10
15 20
25
1 2
3 4
5 6
7 8
9
S
Stasiun K
H
a. Melanoides sp. b. Thiara sp.
Gambar 30 Gastropoda di Sungai Cisadane. Larva Ephemenoptera hanya ditemukan di Stasiun 1-5. Taksa ini tidak
ditemukan di stasiun menuju hilir. Menurut Roback 1974, larva Ephemenoptera kurang sensitifpeka terhadap pencemaran organik. Walaupun demikian, bahan
organik yang tinggi akan menjadi faktor pembatas. Jenis yang banyak ditemukan yaitu Baetis sp Gambar 31a dan
Paraleptophlebia
sp Gambar 31b.
a. Baetis
sp. b.
Paraleptophlebia sp.
Gambar 31 Makrozoobentos dari Ephemenoptera di Sungai Cisadane. Diptera adalah ordo terbesar dari Insecta yang menghuni perairan tawar
Covich et al 1999 sehingga larva Diptera mudah ditemukan di Sungai Cisadane terutama di Stasiun 1-5. Larva terbesar dari Diptera yaitu larva Chironomidae
Sudarso 2002. Larva Chironomidae seperti Polypedilum sp Gambar 32a banyak ditemukan di Stasiun 1-5. Tanytarsus sp Gambar 23b hanya ditemukan
di Stasiun 1-2.
a. Polypedilum
sp. b.
Tanytarsus sp.
Gambar 32 Larva Chironomidae di Sungai Cisadane. Larva Chironomidae telah digunakan sebagai bioindikator kualitas air
sungai. Larva ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran akibat pencemaran organik. Chironomidae akan melimpah di air sungai dengan
pencemaran sedang. Namun, larva Cironomidae akan menurun jika pencemaran meningkat menjadi pencemaran berat Sudarso 2002. Roback 1974 juga
mengatakan larva Chiromidae biasanya toleran terhadap pencemaran organik. Beberapa larva Chironomidae memiliki Hb haemoglobin dalam darahnya yang
memungkinkan mereka dapat hidup di sungai dengan konsentrasi oksigen terlarut cukup rendah.
Kehadiran larva Diptera khususnya Chironomidae menunjukkan telah terjadi pencemaran organik di Sungai Cisadane mulai dari hulu hingga hilir.
Ketidakhadiran Larva Diptera di Stasiun lain diduga terjadi pencemaran bahan toksik. Larva Chironomidae dilaporkan tidak tahan atau sensitif terhadap
bahan-bahan toksik seperti loam berat dan pestisida . Larva Insecta hanya ditemukan di Stasiun 1-5 yang mendekati hulu. Larva
tidak ditemukan di stasiun mendekati hilir. Larva Insecta umumnya dapat hidup di air yang telah tercemar organik namun tidak dapat hidup di air sungai yang
tercemar bahan toksik. Misalnya, menurut Roback 1974, Trichoptera toleran terhadap pencemaran organik tapi sensitif terhadap pencemar toksik.
Lintah air tawar Hirudinea yang ditemukan di Sungai Cisadane ada 2 jenis yaitu Helobdella sp. Gambar 33a dan Glossiphonia sp. Gambar 33b.
Sawyer 1974 mengatakan bahwa lintah merupakan makrozoobentos yang melimpah di perairan kaya bahan organik. Hal yang wajar jika lintah ini
ditemukan melimpah di Stasiun 3-6. Walaupun demikian, lintah tidak ditemukan
Stasiun 1-2 meskipun kedua stasiun ini telah tercemar bahan organik. Hal ini mungkin disebabkan lintah lebih menyukai kecepatan air sungai yang cukup
lambat dan dangkal Sawyer, 1974. Kecepatan rata-rata arus sungai di kedua stasiun ini paling tinggi dibandingkan stasiun lainnya.
a. Helobdella sp.
b. Glossiphonia sp.
Gambar 33 Lintah air Hirudinea di Sungai Cisadane. Lintah juga tidak ditemukan di Stasiun 7-9. Hal ini mungkin disebabkan
adanya pencemaran bahan toksik di stasiun tersebut. BPLH Kabupaten Tangerang menyebutkan bahwa belum semua industri di Tangerang memiliki IPAL. Air
limbah industri dibuang langsung ke sungai Haryanti 2010. Limbah ini diduga mengandung senyawa logam toksik dan pestisida digunakan selama proses
kegiatan industri. Selain industri, sumber logam berat toksik ini yaitu pertanian, peternakan dan domestik Abel 1989. Menurut Sawyer 1974, lintah tidak
ditemukan di air sungai yang tercemar oleh minyak. Minyak mengandung senyawa logam-logam berat misalnya timbal yang toksik Mason 1991.
Stasiun 7-9 berada si daerah hilir yang telah menampung banyak pencemar yang diduga tidak dapat ditoleransi oleh lintah.
a. Branchiura sp. Tubificidae
b. Lumbriculus sp. Lumbriculidae
Gambar 34 Oligochaeta di Sungai Cisadane.
Cacing akutik Oligochaeta yang ditemukan di Sungai Cisadane dari 2 suku yaitu Tubificidae dan Lumbriculidae. Branchiura Tubificidae Gambar 34a dan
Lumbriculus Lumbriculidae Gambar 34b ditemukan sangat melimpah di
Stasiun 7-9. Stasiun ini memiliki kecepatan arus yang rendah, DO yang rendah, BOD dan COD yang tinggi serta TSS yang tinggi. Tubificidae dapat hidup di air
sungai dengan bahan organik yang tinggi, keruh, berlumpur dan kandungan oksigen terlarut yang rendah. Mereka juga toleran terhadap pestisida namun
kurang toleran terhadap ion logam berat Brinkhurst dan Cook 1974. Cacing Tubificidae dapat hidup melimpah di sungai yang telah tercemar
parah dengan kandungan DO yang rendah. Cacing ini memiliki pigmen hemoglobin yang dapat mengikat oksigen. Pigmen ini memungkinkan oksigen
dapat diikat meskipun pH rendah seperti di bagian hilir. Tubificidae bahkan dapat hidup di kondisi anerob yang tidak ada okisgen selama beberapa minggu
Mason 1991. Kepadatan Branchiura dan Lumbriculus yang sangat tinggi di stasiun tersebut mengindikasikan adanya pencemaran organik.
Keanekaragaman makrozoobenthos yang hidup di Sungai Cisadane dapat menentukan tingkat kualitas air Sungai Cisadane. Secara umum, Indeks
Keanekaragaman Hayati H ’ semakin ke hilir semakin menurun Tabel 10.
Indeks H’ lebih tinggi di daerah hulu sekitar 2,24- 3,30. Indeks H’ menurun di Stasiun 3 H’=2,24 setelah memasuki Kota Bogor. Konsentrasi TN dan TP di
Stasiun 3 lebih tinggi dibandingkan di Stasiun 1 dan 2. Peningkatan unsur nitrogen dan fosfor ini akan berdampak pada penurunan DO yang akhirnya
berdampak pada penurunan keanekaragaman makrozoobentos. Indeks H’
kemudian meningkat di Stasiun 4 H’=3,09 yang berlokasi di Desa Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. In
deks H’ kemudian menurun lagi di Stasiun 5 H’=2,20 di Desa Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Di lokasi ini, penduduk
menambang pasir dari Sungai Cisadane. Hal ini akan mengganggu makrozoobentos yang menjadikan Sungai Cisadane sebagai
habitat. Indeks H’ selanjutnya semakin menurun ke arah hilir Gambar 35.
Gambar 35 Indeks keanekaragaman H’ makrozoobentos di Sungai Cisadane.
Berdasarkan klasifikasi kualitas air Staub et al. 1970 yang dikemukakan Wilhm 1975, kualitas air Sungai Cisadane dapat digolongkan menjadi
4 golongan. Kualitas air di bagian hulu Stasiun 1-2 tergolong sangat baik dengan pencemaran sangat ringan H’: 3,0 – 4,5. Kualitas air Sungai Cisadane di Stasiun
3-5 masih baik dengan pencemaran ringan H: 2,0 – 3,0. Kualitas air Sungai
Cisadane di Stasiun 6 tergolong sedang dengan pencemaran sedang H: = 1,0
– 2,0. Kualitas air Sungai Cisadane di daerah hilir di Stasiun 7-9 dapat digolongkan tidak baik dengan tingkat pencemaran berat
H’: 0,0 – 1,0.
4.5 Peranan Vegetasi Riparian dalam Mempertahankan Kualitas Air Sungai
Cisadane
Hasil uji Korelasi dengan Minitab versi 15 menunjukkan adanya multikolinearitas antar peubah Lampiran 9 sehingga uji peubah ganda yang
digunakan selanjutnya yaitu Analisis Komponen Utama AKU. Hubungan vegetasi riparian dan kualitas air sungai secara visual dapat dilihat melalui AKU.
Tabel 11 menunjukan nilai-nilai koefisien untuk KU1 sebagian bernilai positif yang cukup besar yaitu kecerahan, kecepatan arus, pH, COD, DO,
keanekaragaman bentos, dan keanekaragaman vegetasi. Berdasarkan nilai akar ciri eigen value pada KU1 sebesar 6,728 yang bermakna bahwa peranan peubah-
peubah penciri tersebut pada KU1 sebesar 56,1. Nilai-nilai koefisien untuk KU2 sebagian bernilai positif cukup besar yaitu kecerahan, kecepatan arus, dan
TP. Berdasarkan nilai akar ciri eigen value pada KU2 sebesar 2,522 yang
3.25 2.78
2.65 2.90
2.82
1.27 0.35
0.47 0.83
2.77
1.58
0.00 1.46
0.00 0.33
0.41 0.04
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
1 2
3 4
5 6
7 8
9
H
Stasiun K
H
bermakna bahwa peranan peubah-peubah penciri tersebut pada KU2 sebesar 21,0.
Jika dilihat dari kedua Komponen Utama maka peubah yang dapat menjelaskan perbedaan antar stasiun ada 8 delapan peubah yaitu kecepatan arus,
pH, BOD, COD, DO, TP, keanekaragaman bentos dan vegetasi. Proporsi kumulatif dari kedua komponen utama tersebut sebesar 77,1 yang berarti bahwa
keragaman data peubah asal yang dapat diterangkan oleh kedua komponen utama tersebut sebesar 77,1.
Tabel 11 Nilai koefisien, akar ciri dan proporsi keragaman hasil AKU Peubah
KU1 KU2
kecerahan 0,325
0,171 suhu
-0,266 -0,343
kecepatan arus 0,355
0,165 pH
0,345 -0,056
BOD 0,037
-0,575 COD
0,230 -0,374
DO 0,338
-0,002 TSS
-0,274 -0,242
TN -0,081
-0,404 TP
-0,297 0,165
keanekaragaman bentos 0,376
-0,084 keanekaragaman vegetasi
0,313 -0,0310
Akar ciri 6,728
2,522 proporsi keragaman
0,561 0,210
proporsi kumulatif 0,561
0,771 Stasiun-stasiun yang terletak di sebelah kanan Stasiun 1, 2, 3, dan 4
menampakkan ciri oleh tingginya nilai peubah-peubah tersebut Gambar 36. Sebaliknya, stasiun-stasiun yang berada di sebelah kiri dicirikan oleh rendahnya
nilai peubah-peubah tersebut. Stasiun-stasiun yang terletak di sebelah atas Stasiun 1, 2, 3, 7 dan 9 dicirikan oleh tingginya nilai peubah-peubah tersebut.
Sebaliknya, stasiun-stasiun yang berada di sebelah bawah dicirikan oleh rendahnya nilai peubah-peubah tersebut.
Hasil uji peubah ganda dengan menggunakan Analisis Biplot Gambar 36 menunjukkan bahwa vegetasi riparian mempengaruhi kualitas air sungai.
Penurunan keanekaragaman vegetasi riparian di bagian hilir Stasiun 7-9
meningkatkan suhu, kekeruhanTSS, TP, dan Total N. Jika keanekaragaman vegetasi riparian meningkat maka keanekaragaman makrozoobentos juga
meningkat. Keanekaragaman vegetasi riparian yang tinggi di hulu Stasiun 1-3 juga meningkatkan kualitas air sungai yang ditampakkan oleh keanekaragaman
makrozoobentos yang tinggi, DO yang tinggi, dan kecerahan air sungai yang baik.
4 3
2 1
-1 -2
-3 -4
2
1
-1
-2
-3 Komponen Utama Pertama KU1
K o
m p
o n
e n
U ta
m a
K e
d u
a K
U 2
vegetasi bentos
TP
TN TSS
DO
COD BOD
pH kec.arus
suhu kecerahan
Gambar 36 Hasil Uji Biplot. Vegetasi riparian berperan dalam mempertahankan kualitas air Sungai
Cisadane. Limbah rumahtangga, pertanian dan industri yang langsung dibuang ke Sungai Cisadane tidak dapat dijerap oleh vegetasi riparian. Proses
penjerapanpenyaringan pencemar hanya dapat terjadi jika pencemar dari daratan yang dibawa oleh aliran permukaan melalui zona riparia sebelum masuk ke
sungai. Mekanisma yang terjadi pada riparia sehingga berperan dalam
mempertahankan kualitas
air sungai
telah dikaji
oleh Klapproth dan Johnson 2000. Pengambilan nitrat untuk pertumbuhan vegetasi
S4 S2
S3
S5 S8
S7 S9
S6 S1
merupakan mekanisma utama dalam perpindahan nitrat dari riparia. Vegetasi, khususnya pohon, mengubah nitrat menjadi nirogen organik di dalam jaringan
tumbuhan kemudian menyimpannya ke dalam material tumbuhan di atas permukaan tanah sehingga nitrogen dapat dimineralisasikan dan didenitrifikasi
oleh mikroba tanah. Mekanisma utama perpindahan fosfor dari riparia yaitu penjerapandeposisi fosfor dan sedimen. Sebagian fosfor juga dapat dimanfaatkan
oleh vegetasi untuk pertumbuhannya. Vegetasi rumput sama baiknya dengan pohon dalam menurunkan fosfor di riparia.
Pestisida, dan senyawa kimia organik lainnya, di riparia dapat diuraikan oleh mikroorganisma tanah riparia. Vegetasi rumput dilaporkan dapat memindahkan
pestisida dari aliran permukaan yang berasal dari pertanian. Logam-logam yang berasal dari antara lain industri, pertambangan, aliran permukaan perkotaan dan
aktivitas transportasi juga dapat dijerap oleh vegetasi riparian. Deposisi sedimen dan pengambilan logam-logam oleh vegetasi berkayu dapat menurunkan
konsentrasi logam berat di riparia Klapproth dan Johnson 2000. Efektivitas vegetasi riparian dalam mempertahankan kualitas air Sungai
Cisadane dipengaruhi banyak faktor. Di Stasiun 1 dan 2 yang berada di hulu, lebar vegetasi riparian sekitar 5 m memiliki kualitas air sungai sangat baik dengan
pencemaran sangat ringan. Stasiun 3, meski di hulu tetapi terletak di tengah kota, memiliki kualitas air sungai tidak berbeda dengan di Stasiun 4-5 yaitu tergolong
masih baik dengan pencemaran ringan. Lebar riparian Stasiun 3, 4 dan 5 berturut-turut yaitu 12 m, 250 m dan 300 m. Stasiun 4 dan 5 berada di bagian
tengah dan telah menerima sejumlah bahan pencemar namun kualitas air sungai masih baik. Lebar riparian dan aktivitas manusia di sekitar sungai yang tidak
sebesar di Stasiun 3 mengindikasikan bahwa faktor lebar dan kondisi lingkungan di sekitar Stasiun 4 dan 5 berpengaruh terhadap kualitas air Sungai Cisadane di
Stasiun 4 dan 5 .
Kualitas air Sungai Cisadane di Stasiun 6 tergolong sedang dengan pencemaran sedang. Stasiun 6 berada di bagian tengah dengan lebar riparian
cukup besar sekitar 150 m namun keanekaragaman vegetasi paling rendah 2,39 dibandingkan dengan Stasiun 4 3,70 dan 5 3,21 Tabel 10. Ini
mengindikasikan bahwa selain lebar dan kondisi lingkungan sekitar, vegetasi riparian berperan dalam mempertahankan kualitas air Sungai Cisadane.
Kualitas air Sungai Cisadane di bagian hilir yaitu Stasiun 7-9 tergolong tidak baik atau buruk dengan tingkat pencemaran berat. Lebar riparia di Stasiun 7 dan 8
cukup lebar sekitar 100 m namun tampaknya lebar ini kurang dapat berperan dalam mempertahankan kualitas air Sungai Cisadane. Stasiun 7-9 berada di tengah
Kota Serpong dan Tangerang dengan aktivitas perkotaan dan industri yang tinggi. Meskipun demikian, vegetasi riparian tetap berperan dalam mempertahankan
kualitas air sungai. Ini ditunjukkan oleh Stasiun 9 yang tidak memiliki vegetasi riparian yang hanya memiliki 3 jenis makrozoobentos.
Penelitian mengindikasikan jika vegetasi riparian, lebar vegetasi riparian dan aktivitas di DAS Cisadane berperan dalam mempertahankan kualitas air Sungai
Cisadane. Keanekaragaman vegetasi yang tinggi, lebar yang cukup dan aktivitas yang tidak besar di DAS berpengaruh besar pada kualitas air Sungai Cisadane.
Untuk di perkotaan dengan tingkat industri tidak tinggi seperti di Stasiun 3, yang berada di hulu di tengah kota, lebar vegetasi riparian sungai yang hanya sekitar
12 m masih cukup dalam mempertahankan kualitas air Sungai Cisadane. Namun, lebar vegetasi riparian sekitar 100 m Stasiun 7-8 yang berada di hilir di tengah
kota tidak berpengaruh dalam mempertahankan kualitas air Sungai Cisadane. Meskipun demikian, vegetasi tetap berperan dalam mempertahankan kualitas air
Sungai Cisadane yang ditunjukkan dengan indeks H’ di Stasiun 7 dan 8 yang lebih tinggi dibandingkan di Stasiun 9.
Efektivitas riparia dalam mempertahankan kualitas air sungai sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu hidrologi, tanah dan vegetasi
Klapproth dan Johnson 2000. Hasil penelusuran penelitian yang dilakukan oleh Lee et al. 2004 juga menunjukkan perbedaan lebar riparia dalam
mempertahankan kualitas air sungai. Peneliti melaporkan bahwa lebar zona riparia 30 m tidak mampu mencegah masuknya sedimen ke DAS kecil setelah
pembalakan hutan. Namun, peneliti lain mengatakan jika lebar zona riparia yang hanya 9 m cukup efektif mengendalikan sedimen yang masuk ke sungai. Lebar
riparia untuk mempertahankan suhu sungai juga bervariasi. Peneliti melaporkan lebar 30 m dapat mempertahankan suhu sungai. Tapi, penelitian lain
menyebutkan lebar 10-20 m cukup mampu mempertahankan suhu sungai. Sama halnya dengan faktor lain, lebar zona riparia tidak sama untuk keanekaragaman
invertebrata sungai. Lebar zona riparia ≥30 m cukup efektif dalam
mempertahankan keanekaragaman invertebrata dalam air sungai. Jika lebar riparia 30 m maka keanekeragaman invetebrata akuatik akan turun.
Efektivitas riparia dalam mempertahankan kualitas air sungai dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain komposisi vegetasi misalnya pohon atau rumput,
karakteristik tanah misalnya kelembaban, konduktivitas hidraulik dan lereng, aliran air yang memasuki sungai misalnya aliran permukaansurface, subsurface,
groundwater , musim dan iklim. Lebar zona riparia ditentukan oleh berbagai
faktor tersebut. Walaupun demikian, sebagian besar hasil penelitian merekomendasikan lebar zona riparia 30 m cukup efektif dalam menjerap hara
dan sedimen Barling dan Moore 1994; Dosskey et al. 1997; Christensen 2000; Mayer et al.2007; Dhondt et al. 2006.
Pemerintah telah melakukan upaya pengelolaan DAS Cisadane terpadu BPDASCC 2010. Visi yang ditetapkan oleh pemerintah dalam pengelolaan DAS
Cisadane terpadu yaitu Cisadane bersih, indah dan bermartabat. Bersih dimaksudkan pencemaran air dapat dikendalikan dan kualitas air sesuai dengan
baku mutu. Pada dokumen ini, pemerintah belum mempertimbangkan rehabilitasi vegtasi riparian dalam mempertahankan kualitas air Sungai Cisadane. Upaya
vegetatif yang dilakukan pemerintah pada dokumen ini untuk rehabilitasi lahan kritis melalui upaya agroforestry.
Lebar dan tipe vegetasi riparia yang efektif dalam mempertahankan kualitas air Sungai Cisadane belum dapat ditetapkan pada penelitian ini. Penelitian
lanjutan yang perlu dilakukan antara lain, mengukur kualitas air dari daratan menuju sungai dan karakteristik tanah. Penelitian hendaknya juga dilakukan di
anak-anak Sungai Cisadane sehingga dapat menggambarkan DAS Cisadane.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Daerah Aliran Sungai DAS Cisadane memiliki luas sekitar 155.149,39 ha. Penutupanpemanfaatan lahan di DAS Cisadane yaitu hutan primer, hutan
sekunder, perkebunan, kebun campuran, semak belukar, lahan terbuka, lahan terbangun, tambak, dan badan air. DAS Cisadane bagian hulu didominasi oleh
tutupan lahan berupa hutan dan lahan pertanian berupa kebun campuran, sawah dan perkebunan. DAS Cisadane bagian tengah didominasi oleh lahan pertanian.
DAS Cisadane bagian hilir didominasi oleh lahan terbangun dan lahan pertanian. Hutan primer sudah tidak ditemukan di hilir. Tepian Sungai Cisadane di bagian
hulu Stasiun 1-2 dan tengah Stasiun 4-6 dapat dikategorikan sebagai lansekap semi alami. Lansekap urban ditemukan di stasiun yang terletak di pusat kota
seperti Kota Bogor Stasiun 3 dan Serpong Stasiun 7-9. Vegetasi riparian Sungai Cisadane beranekaragam mulai dari rumput
hingga pohon yang ditanam oleh masyarakat setempat. Suku yang paling banyak ditemukan yaitu Poaceae dan Asteraceae. Kerapatan jenis yang paling tinggi yaitu
Digitaria longiflora, Wedelia trilobata dan Digitaria violances. Keanekaragaman
hayati vegetasi riparian semakin ke hilir semakin menurun. Kualitas air Sungai Cisadane dari hulu hingga hilir telah tercemar ringan
Stasiun 1-6 dan tercemar berat di Stasiun 7-9 yang berada di bagian hilir. Berdasarkan
indeks H’, kualitas air Sungai Cisadane di bagian hulu Stasiun 1-2 tergolong sangat baik dengan pencemaran sangat ringan. Kualitas air Sungai
Cisadane di Stasiun 3-5 masih baik dengan pencemaran ringan. Kualitas air Sungai Cisadane di Stasiun 6 tergolong sedang dengan pencemaran sedang.
Kualitas air Sungai Cisadane di daerah hilir di Stasiun 7-9 dapat digolongkan tidak baik dengan tingkat pencemaran berat.
Keanekaragaman makrozoobentos dipengaruhi oleh pH, DO, kecerahan, kecepatan arus, TSS, suhu dan TP, TN. Keanekaragaman vegetasi mempengaruhi
kualitas air sungai. Penurunan keanekaragaman vegetasi dapat meningkatkan TSS, suhu, TP, TN dan dapat menurunkan keanekaragaman makrozoobentos, pH,
DO dan kecerahan.
Kualitas air Sungai Cisadane dipengaruhi oleh vegetasi, lebar vegetasi dan aktivitas di DAS Cisadane. Keanekaragaman vegetasi yang tinggi disertasi lebar
yang cukup dan aktivitas yang tidak besar di DAS Cisadane akan berpengaruh besar pada kualitas air Sungai Cisadane. Untuk di perkotaan dengan tingkat
industri tidak tinggi seperti di Stasiun 3, lebar vegetasi riparian sungai yang hanya sekitar 10 - 15 m masih cukup dalam mempertahankan kualitas air Sungai
Cisadane. Namun, lebar vegetasi riparian yang besar sekitar 100 m Stasiun 7 - 8 tidak akan berpengaruh dalam mempertahankan kualitas air Sungai Cisadane jika
limbah berupa limbah anorganik yang langsung dibuang ke Sungai Cisadane.
5.2 Saran
Perubahan tutupan lahan di DAS Cisadane dan perubahan vegetasi riparia dapat
menurunkan kualitas
air Sungai
Cisadane. Pemerintah
perlu mempertimbangkan rehabilitasi vegetasi riparian di sepanjang DAS Cisadane
untuk mempertahankan kualitas air Sungai Cisadane. Upaya rehabilitasi ini belum dimasukkan dalam Rencana Pengelolaan DAS Cisadane Terpadu tahun 2010.
Lebar sempadan sungai yang efektif dalam mempertahankan kualitas air sungai perlu dikaji lebih jauh oleh pemerintah melalui sejumlah penelitian. Penetapan
lebar ini akan sangat penting bagi pemerintah, masyarakat dan industri dalam upaya menjaga kualitas air sungai.
Pemerintah Daerah sebelum menetapkan lebar sempadan sungai mempertimbangkan
faktor ekologis
peranan vegetasi
riparian dalam
mempertahankan kualitas air sungai selain faktor ekonomi dan sosial. Jika penelitian untuk revisi lebar sempadan sungai belum dilakukan, Pemerintah
Daerah tetap mengindahkan lebar sempadan sungai yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat melalui Kepres 321990 dan PP No.262008.
Bagi pengguna sungai dan sempadan sungai, arahan lebar sempadan sungai yang telah ditetapkan pemerintah melalui Kepres 321990 dan PP N0.262008
harus menjadi dasar bagi kegiatan pembanguann di sepanjang tepian sungai. Pengguna dilarang mendirikan bangunan dan memanfaatkan sempadan sungai di
luar kegiatan konservasi tanah dan air.