Fungsi dan Nilai Riparia
1. Nilai ulitarian
Nilai pemanfataan konsumtif
Nilai pemanfaatan produktif
Nilai jasa
Nilai pendidikan dan penelitian
Nilai budaya, spiritual, eksperensial dan eksistensi
Nilai estetika, rekreasi dan wisata 2.
Nilai intrinsik
Etika ekosentris
Etika biosentris Nilai intrinsik ditekankan pada nilai dari spesies dan komunitas yang tidak
tergantung pada perspektif manusia. Nilai ulitarian tergantung pada pendapat dan kebutuhan manusia. Nilai ekosentris mengacu pada keutuhan komunitas biologis
misalnya keterwakilan, keanekaragaman, kelangkaan dan kealamian. Nilai biosentris menekankan akan adanya nilai pada setiap individu organisma.
Manusia perlu menghargai setiap bentuk kehidupan di lingkungan alami Gordon et al. 2004.
FAO 1998 menyebutkan bahwa riparia memiliki empat 4 fungsi utama yaitu mengendalikan kualitas air, melindungi habitat sungai, memberikan naungan
dan serasah organik, konservasi alami dan sebagai tempat rekreasi. Malanson 1995 menyebutkan bahwa riparian memiliki nilai ekonomi baik
langsung maupun tidak langsung yaitu sumber kayu, mencegah banjir, mengisi kembali akuifer, sumber air permukaan dan produktivitas perikanan. Nilai sosial
yang dimiliki riparian yaitu tempat rekreasi, penelitian, pendidikan dan estetikakeindahan.
Fungsi vegetasi riparian sangat besar bagi keberlangsungan kehidupan organisma teresterial dan akuatik. Vegetasi riparian penting sebagai habitat ikan,
pendukung rantai makanan, habitat hidupan liar, mempertahankan suhu, stabilisasi tepian sungai, perlindungan kualitas air, mempertahankan morfologi sungai dan
mengendalikan banjir Chang 2006. Gangguan terhadap riparian menjadi penyebab
utama terjadinya
penurunan struktur
dan fungsi
sungai Gordon et al. 2004.
Knight dan Bottoff 1984 yang diacu oleh Mitsch dan Gosselink 1993 mencoba memberikan berbagai fungsi vegetasi riparian Gambar 2. Vegetasi
riparian berperan sebagai habitat teresterial bagi hewan dewasa untuk mencari makan, istirahat dan bersembunyi. Helaian daun berguna sebagai tempat
meletakkan telur. Vegetasi riparian dapat menaungi sungai sehingga suhu air dan produktivitas primer dapat dipertahankan. Vegetasi riparian juga sebagai pemasok
serasah energi bagi sungai. Serasah yang masuk bersama dengan produsen primer akan menjadi makanan bagi invertebrata sungai. Vegetasi riparian juga
mempertahankan kualitas dan kuantitas air sungai. Pengendalian suhu air sungai bersama dengan kualitas dan kuantitas air sungai akan mempertahankan laju
pertumbuhan dan daur hidup invertebrata akuatik. Sungai yang memiliki makanan bagi invertebrata akuatik dan cocok dalam menunjang pertumbuhan dan daur
hidup invertebrata akuatik merupakan habitat yang baik bagi invertebrata akuatik.
Gambar 2 Hubungan antara vegetasi riparian dan komunitas perairan sungai.
Sumber: Knight dan Bottorff 1984 diacu oleh Mitsch WJ dan Gosselink JG 1993
Riparia tidak hanya memiliki nilai ekologis namun juga ekonomi dan sosial. Petts 1990 menyebutkan riparian memiliki sembilan 9 nilai yaitu:
1. Kualitas air. Riparia berperan sebagai penyaring untuk menjaga kualitas air
sungai.
Vegetasi Riparian
Penyedia habitat teresterial
Pemasok serasah energi ke sungai
Penaung sungai
Pemelihara kualitas dan kuantitas air
Pengendali produksi primer
Pengendali suhu sungai
Tempat cari makan,
istirahat dan bersembunyi
Tempat letakkan
telur pada daun
Makanan bagi
invertebrata akuatik
Ruang dan kualitas habitat
invertebrata akuatik
Laju pertumbuhan dan daur hidup
invertebrata akuatik
2. Suhu air. Vegetasi riparian memberikan naungan sehingga dapat mengatur
fluktuasi air sungai. 3.
Keseimbangan autotrof dan heterotrof. Vegetasi riparian dapat mengatur suhu air dan cahaya yang masuk ke sungai yang diperlukan dalam produksi primer.
Riparia juga berperan dalam penyediaan materi organik ke sungai yang diperlukan oleh organisma heterotrof.
4. Stabilisasi
morfologi sungai.
Vegetasi riparian
berperan dapat
mempertahankan stabilitas tepian sungai. 5.
Habitat perairan. Vegetasi riparian sebagai habitat bagi hidupan liar seperti invertebrata dan pisces.
6. Produksi perikanan. Vegetasi riparian sebagai pemasok senyawa organik yang
diperlukan dalam rantai makanan ikan. 7.
Habitat hidupan liar yang penting. Vegetasi riparian banyak dihuni oleh berbagai macam burung.
8. Sumber kayu. Vegetasi riparian berupa pohon sebagai penghasil kayu yang
bernilai ekonomi. 9.
Rekreasi dan amenity. Hutan riparian terletak antara daratan dan sungai sehingga dapat berfungsi
sebagai bufferpenyangga. Kondisi sungai berhubungan dengan kondisi riparia sebagai penyangga Leavitt 1998.
Hal ini disebabkan hutan riparian dapat mengendalikan transport sedimen dan bahan-bahan kimia ke sungai
Lawrence at al.1984; Waring dan Schlesinger 1985; Castelle et al.1994. Sedimen
tersebut akan
dideposisikan di
zona riparian
Waring dan Schlesinger 1985. Hutan riparian juga berperan sebagai penyangga buangan nutrien dari agroekosistem Lawrence at al.1984 seperti unsur N
Jacobs dan Gilliam 1985. Peranan hutan riparian tersebut tetap dapat berjalan walau hutan riparian berupa jalur hijau yang sempit Bren 1993. Unsur nitrogen
masuk ke sungai melalui aliran air bawah tanah ground water flow akan difilter oleh hutan riparian Mayer et al. 2005.
Hutan riparian juga akan mereduksi erosi tebing Waring dan Schlesinger 1985; Castelle et al. 1994; Jones et al.1999 melalui akar dari pohon-pohon besar
yang dapat mengikat tanah Waring dan Schlesinger 1985. Riparia juga berfungsi
mengurangi kecepatan arus sebab vegetasi riparian, berupa pohon dan semak,
mampu mengurangi aliran air Waring dan Schlesinger 1985. Vegetasi riparian
juga berperan dalam perikanan Waring dan Schlesinger 1985; Allan 1995; Johnson et al. 1995.
Hutan riparian penting dalam mempertahankan keanekaragaman hayati. Riparia merupakan ekoton yang terletak antara daratan dan sungai. Oleh karena
itu, riparia memiliki ciri yang unik sebagai akibat interaksi yang kuat antara kedua ekosistem tersebut Castelle et al. 1994. Keanekaragaman habitat di riparia akan
mengarah ke diferensiasi nicherelung Gosselink et al. 1980 yang menyebabkan terbentuknya keanakeragaman jenis baik tumbuhan dan hewan di riparia
Castelle et al. 1994. Pohon riparian baik sebagai habitat bagi invertebrata seperti serangga Haslam 1997. Perubahan pohon riparian baik langsung maupun tidak
langsung akan mempengaruhi hidupan liar Petts 1990. Pohon riparian yang hilang telah mengurangi keanekaragaman ikan yang berada di sungai
Haslam 1997. Bahkan menurut Jones et al 1999, meskipun 95 suatu DAS berupa hutan namun jika ada gangguan pada riparia maka hal ini akan dapat
mempengaruhi biota sungai seperti ikan. Oleh karena itu, Gordon et al. 2004 menyarankan perlunya mempertahankan dan memperbaiki riparia agar terjadi
peningkatan populasi ikan sungai. 2.3
Daerah Aliran Sungai DAS
Daerah Aliran Sungai DAS adalah wilayah dengan batas pemisah topografi, baik punggung bukit maupun lapisan kedap, yang menerima,
menyimpan, menampung dan mengalirkan semua air yang jatuh di atasnya dalam suatu aliran sungai baik berupa air permukaan, air bawah permukaan maupun air
tanah dalam, dari hulu menuju muara sungai melalui tempat-tempat tertentu ke laut lepas Lumeno 1986. Menurut UU No.7 tahun 2004 tentang sumberdaya air,
DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah tofografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan Anonim 2004.
Secara longitudinal, DAS dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu hulu, tengah dan hilir Lorenz 2003. DAS bagian hulu merupakan tempat sumber air yang
mengalir dari celah-celah gunung Isdiyana 1996. Tampang alur sungai berbentuk huruf V. Kecepatan arus besar namun debit air kecil. Alur sungai
memiliki sedimen berukuran besar. Sedimen yang berukuran kecil akan dihanyutkan ke hilir. Kecepatan arus sungai yang tinggi sehingga memiliki daya
gerus dan kapasitas transport sedimen yang besar Mulyanto 2007. Oleh sebab itu, DAS hulu biasanya merupakan sumber erosi atau daerah produksi sedimen
Isdiyana 1996. Sungai di bagian hulu memiliki karakteristik yaitu arus deras yang
menyebabkan terjadinya erosi, air dangkal, volume air kecil, dasar sungai berbatu-batu, suhu air rendah, stenothermal kisaran suhu sempit, oligotrofik,
kaya oksigen. Jenis hewan dan tumbuhan di sungai bagian hulu telah beradaptasi dengan kondisi arus sungai yang deras seperti hewan bentik Lymnaea dan
Simulium Hawkes 1975.
DAS bagian tengah merupakan peralihan antara hulu dan hilir. DAS bagian tengah merupakan tempat mentransfer air dan bahan sedimen dari bagian hulu ke
hilir. Di bagian tengah, sering terjadi tikungan-tikungan sungai meander yang kadang-kadang berpindah-pindah akibat adanya proses penggerusan dan
pengendapan Isdiyana 1996. Air sungai bagian tengah masih kaya oksigen, kisaran suhu air lebih lebar. Kecepatan arus telah berkurang menjadi arus sedang
yang memungkinkan vegetasi tumbuh dan material dasar sungai lebih halus. Hewan bentik yang telah beradaptasi dengan kondisi tersebut misalnya Ephemera
dan Chironomus Hawkes 1975. DAS bagian hilir biasanya merupakan daerah datar atau daerah endapan
alluvial. Alur sungai di hilir cukup landai sehingga kecepatan arus rendah Isdiyana 1996. Tampang alur sungai berbentuk U atau trapesium. Air sungai
memiliki daya gerus rendah dan membawa sedimen yang besar yang memudahkan proses sedimentasi Mulyanto 2007. Sedimentasi di daerah muara
menyebabkan terjadinya sungai berjalin braiding dan pembentukan delta-delta Isdiyana 1996. Sungai bagian hilir memiliki volume air yang tinggi, air dalam,
kecepatan arus lambat, kisaran suhu lebar, suhu air tinggi, kadar oksigen rendah,
air keruh, dan terjadi sedimentasi yang menyebabkan dasar sungai berlumpur. Hewan bentik yang hidup di zona ini misal Tubifex dan Nais Hawkes 1975.