18
4.2.   Tanah
Morfologi  tanah  yang  dilihat  langsung  di  lapang  adalah.horisonisasi  tanah, warna tanah, tekstur, struktur, jumlah ukuran bandingan karat, perakaran, horison
penciri, konsistensi, dan DHLEc lapang. Tanah  pada  zona  1  BSR1  dengan  vegetasi  Avicennia  marina  memiliki  2
horisonlapisan,  yaitu  lapisan  pertama  dengan  kedalaman  0-10  cm  dan  lapisan kedua  pada  kedalaman  10-100  cm.  Warna  tanah  yang  terdiri  dari  hue  spektrum
yang  dominan  pada  lapisan  0-10  cm  dan  lapisan  10-100  cm  berwarna  Gley  1, value gelap terang pada lapisan 0-10 cm sebesar 2,5 dan pada lapisan 10-100 cm
sebesar 5, serta chroma kemurnian warna pada lapisan 0-10 cm sebesar 12 dan pada  lapisan  10-100  cm  sebesar  10  Y.  Tekstur  di  lapang  menunjukkan  bahwa
tanah  lokasi  1  memiliki  tekstur  klei  berdebu  baik  pada  lapisan  0-10  cm  maupun pada  lapisan  10-100  cm.  Tanah  pada  zona  1  ini  tidak  mengandung  bahan  kasar
dan tidak memiliki struktur dari 0-100 cm. Sistem perakaran di zona 1 kasar dan sedikit pada kedalaman 0-50 cm. Tidak memiliki horison penciri dan pada kondisi
basah  konsistensi  ditetapkan  dengan  dua  parameter,  yaitu  kelekatan  dan plastisitas.  Tanah  zona  1  pada  kondisi  basah  di  lapisan  0-10  cm  dan  lapisan  10-
100  cm  adalah  tidak  lekat  dan  tidak  plastis,  sedangkan  pada  kondisi  lembab konsistensi kedua lapisan sangat teguh dimana masa tanah sangat tahan terhadap
remasan.  Pada  kondisi  kering,  konsistensi  kedua  lapisan  sangat  keras  sekali extremely  hard  dimana  tanah  sangat  tahan  terhadap  tekanan  masa  tanah  tidak
dapat dipecahkan dengan tangan. Tanah  pada  zona  2  BSR2  memiliki  2  horisonlapisan,  yaitu  lapisan
pertama dengan kedalaman 0-10 cm memiliki warna tanah 10YR 21 dan lapisan kedua  pada  kedalaman  10-100  cm  memiliki  warna  tanah  GY1  55  .  Tekstur  di
lapang menunjukkan bahwa tanah zona 2 memiliki tekstur klei berdebu baik pada lapisan  0-10  cm  maupun  pada  lapisan  10-100  cm.  Tanah  pada  zona  2  tidak
mengandung  bahan  kasar  dan  tidak  memiliki  struktur  dari  kedalamn  0-100  cm. Sistem  perakaran  pada  zona  ini  kasar  dan  sedang  terdapat  pada  kedalaman  0-60
cm.  Sistem  perakaran  tersebut  hanya  dapat  ditemukan  pada  tanah-tanah  yang dekat  dengan  Rhizophora.  Pada  zona  2  tidak  ditemukan  horison  penciri  serta
19
konsistensi  tanah  zona  2  pada  kondisi  basah  di  lapisan  0-10  cm  dan  lapisan  10- 100  cm  adalah  tidak  lekat  dan  tidak  plastis,  sedangkan  pada  kondisi  lembab
konsistensi kedua lapisan sangat teguh dimana masa tanah sangat tahan terhadap remasan.  Pada  kondisi  kering,  konsistensi  kedua  lapisan  sangat  keras  sekali
dimana tanah sangat  tahan terhadap tekanan masa tanah tidak dapat  dipecahkan dengan tangan.
Tanah  pada  zona  3  BSR3  memiliki  2  horisonlapisan,  yaitu  lapisan pertama dengan kedalaman 0-50 cm memiliki warna tanah GY1 310  dan lapisan
kedua  pada  kedalaman  50-100  cm  memiliki  warna  tanah  GY1  45.  Tekstur  di lapang menunjukkan bahwa tanah zona 3 memiliki tekstur klei berdebu baik pada
lapisan  0-50  cm  maupun  pada  lapisan  50-100  cm.  Tanah  zona  3  tidak mengandung  bahan  kasar  dan  tidak  memiliki  struktur  dari  0-100  cm.  Sistem
perakaran  pada  zona  3  adalah  kasar  dan  sedikit  serta  halus  dan  sedikit. Konsistensi  tanah zona  3 pada kondisi  basah di  lapisan 0-50  cm  dan lapisan 50-
100  cm  adalah  tidak  lekat  dan  tidak  plastis,  sedangkan  pada  kondisi  lembab konsistensi kedua lapisan sangat teguh dimana masa tanah sangat tahan terhadap
remasan.  Pada  kondisi  kering,  konsistensi  kedua  lapisan  sangat  keras  sekali dimana tanah sangat  tahan terhadap tekanan masa tanah tidak dapat  dipecahkan
dengan tangan. Tanah pada zona 4 memiliki 3 horisonlapisan, yaitu lapisan pertama dengan
kedalaman  0-5  cm  memiliki  warna  tanah  10YR  34,  lapisan  kedua  pada kedalaman  5-40  cm  memiliki  warna  tanah  GY  1  2,512  dan  pada  lapisan  ketiga
kedalaman  40-100  cm  memiliki  warna  tanah  GY  1  35.  Tekstur  di  lapang menunjukkan bahwa tanah di zona 4 pada ketiga kedalaman memiliki tekstur klei
berdebu. Tanah zona 4 tidak mengandung bahan kasar dan tidak memiliki struktur dari 0-100 cm. Sistem perakaran pada zona 4 adalah kasar dan sedikit serta tidak
memiliki  horison  penciri.  Konsistensi  tanah  di  zona  4  pada  kondisi  basah  untuk ketiga lapisan adalah tidak lekat dan tidak plastis, sedangkan pada kondisi lembab
konsistensi ketiga lapisan sangat teguh dimana masa tanah sangat tahan terhadap remasan.  Pada  kondisi  kering,  konsistensi  ketiga  lapisan  sangat  keras  sekali
dimana tanah sangat  tahan terhadap tekanan masa tanah tidak dapat  dipecahkan dengan tangan.
20
Hasil  analisis  sifat  kimia  tanah  daerah  penelitian  merupakan  gambaran tentang  kesuburan  dan  potensi  wilayah  yang  diteliti.  Sifat-sifat  tanah  tersebut
merupakan  parameter  untuk  diuji  hubungannya  dengan  vegetasi  mangrove  yang terbentuk. Analisis dilakukan terhadap 23 sifat tanah, baik sifat fisik maupun sifat
kimia,  mencakup  tanah  lapisan  atas,  tanah  lapisan  tengah,  dan  tanah  lapisan bawah.  Sifat  kimia  tanah  tersebut  meliputi  pH  H
2
O,  C-Organik,  N-Total,  P- Tersedia, Ca-dd, Mg-dd, K-dd, Na-dd, Total Basa, KTK, KB, Al-dd, H-dd, Fe, S-
tersedia, Ec, Salinitas dan tekstur tanah.
Sifat Kimia Tanah Kemasaman Tanah
Tanah pada zona 1 BSR1 dengan vegetasi Avicennia memiliki pH di atas 5 yaitu  pH  5,6-6,6  yang  menunjukkan  bahwa  tanah  tersebut  memiliki  tingkat
kemasaman  sedang  hingga  rendah.  Nilai  pH  tanah  terkecil  terdapat  pada  lapisan atas,  sedangkan  nilai  pH  tertinggi  terdapat  pada  lapisan  tengah  seperti  yang
terlihat pada Gambar 4 di bawah ini.
Gambar 4. Grafik Tingkat Kemasaman Tanah pH H
2
O, Blanakan Subang. Zona  2  BSR2  dengan  vegetasi  Rhizophora  mucronata  memiliki  nilai  pH
4,6-6,1  yang  menunjukkan  bahwa  tanah  tersebut  memiliki  tingkat  kemasaman yang  tinggi  hingga  sedang.  Nilai  pH  terkecil  terdapat  pada  lapisan  tengah,
sedangkan nilai pH tertinggi terdapat pada lapisan bawah.
BSR1.1  BSR1.5 BSR1.10 BSR2.1  BSR2.5 BSR2.10
BSR3.1  BSR3.5 BSR3.10 BSR4.1  BSR4.5 BSR4.10
pH H2O 5,0
6,6 5,6
5,7 4,6
6,1 4,8
5,5 6,9
4,8 5,0
5,3
0,0 1,0
2,0 3,0
4,0 5,0
6,0 7,0
8,0
Nila i
pH T
a na
h
Tingkat Kemasaman Tanah pH H
2
O Blanakan, Kabupaten Subang
21
Kemasaman  tanah  pada  zona  3  BSR3  dengan  vegetasi  jeruju  dan  zona  4 BSR4  dengan  vegetasi  Sonneratia  acida  dapat  dilihat  pada  gambar  4  di  atas,
dimana  pada  zona  3  pH  tanah  berkisar  antara  4,8-6,9  yang  menunjukkan  bahwa tanah  pada  zona  ini  memiliki  tingkat  kemasaman  yang  tinggi  hingga  sangat
rendah. Nilai pH terkecil terdapat pada lapisan atas, sedangkan nilai pH tertinggi terdapat  pada  lapisan  bawah.  Nilai  pH  pada  zona  4  berkisar  antara  4,8-5,3  yang
menunjukkan bahwa tanah pada zona 4 memiliki tingkat kemasaman yang tinggi. Zona  4  memiliki  tingkat  kemasaman  paling  tinggi  dibandingkan  dengan  tanah
pada keempat zona lainnya. Nilai pH terkecil pada zona 4 terdapat pada lapisan 1 sedangkan nilai pH tertinggi terdapat pada lapisan bawah.
Pengamatan berdasarkan nilai pH pada keempat lokasi menunjukkan bahwa pengaruh  genangan, aerasi  tanah, dan aliran air baik  dari sungaimuaralaut  yang
menyebabkan nilai pH pada keempat lokasi berbeda-beda. Tanah dengan vegetasi Avicennia  marina  memiliki  aerasi  yang  paling  baik  dibandingkan  dengan  ketiga
jenis tanah lainnya, selain itu aliran air berpengaruh pada tanah ini karena kondisi di  lapang  terlihat  bahwa  tanah  ini  memiliki  masa  keringtidak  tergenang  pada
musim  kemarau  panjang.  Sedangkan  pada  tanah  dengan  vegetasi  Rhizophora mucronata  yang  cenderung  lebih  kering  jika  diamati  di  lapang  memiliki  pH
dengan  batas  minimum  kemasaman  tinggi,  hal  ini  dikarenakan  lokasi  tanah Rhizophora  mucronata  relatif  sedikit  sekali  dipengaruhi  oleh  aliran  air.  Tanah
dengan  vegetasi  Jeruju  memiliki  rentang  kisaran  nilai  pH  yang  paling  tinggi dibandingkan  dengan  zona  lainnya,  tanah  ini  terpengaruh  oleh  aliran  air  namun
selalu tergenang. Kondisi yang hampir serupa juga ditemukan pada kondisi tanah dengan  vegetasi  Sonneratia  acida,  dimana  tanah  selalu  tergenang.  Zona  Jeruju
dan  Sonneratia  acida  pada  sekitar  pukul  17.00  WIB  sore  hari  mengalami kenaikan air pengaruh pasang hingga mencapai 30 cm. Penyebab zona Sonneratia
acida lebih rendah dibandingkan dengan zona Jeruju, dimungkinkan karena zona Sonneratia acida dekat dengan zona yang selalu tergenang sedangkan zona Jeruju
dikelilingi  oleh zona mangrove  yang telah dibudidayakan sehingga aerasi  sekitar zona Jeruju menjadi lebih baik.
22
Daya Hantar Listrik DHLEC
Nilai  Daya  Hantar  Listrik  DHLEC  dari  lapisan  atas  ke  lapisan  bawah pada  tanah  zona  1  semakin  meningkat  dengan  nilai  berkisar  antara  7,63  mScm
sampai dengan 13,7 mScm, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5 di bawah ini. Nilai  DHL  terkecil  pada  zona  1  terdapat  pada  lapisan  atas,  sedangkan  nilai
tertinggi  terdapat  pada  lapisan  bawah.  Nilai  DHL  pada  zona  1  tergolong  rendah dibandingkan dengan nilai DHL pada tanah mangrove secara umum. Hal ini dapat
menunjukkan  bahwa  keempat  zona  dipengaruhi  oleh  air  laut  dan  air  sungai dengan kecenderungan dari zona 1 ke zona 4 pengaruh air laut semakin berkurang
dan pengaruh air sungai semakin meningkat.
Gambar 5. Grafik Nilai Daya Hantar Listrik DHLEC Tanah, Blanakan Subang Daya  hantar  listrik  untuk  zona  2  BSR2  vegetasi  Rhizophora  mucronata
memiliki  nilai  DHLEC  yang  lebih  rendah  dibandingkan  dengan  zona  1  dengan nilai berkisar 4,12 mScm sampai dengan 8,12 mScm. Hal ini juga menunjukkan
bahwa lokasi zona 2 lebih sedikit dipengaruhi air payauasin dibandingkan dengan zona  1,  karena  lokasi  zona  2  yang  juga  relatif  lebih  jauh  dengan  sungai
dibandingkan  zona  1.  Nilai  DHLEc  pada  zona  2  mengalami  peningkatan  dari lapisan atas ke lapisan bawah, dengan nilai terkecil terdapat pada lapisan atas dan
nilai tertinggi terdapat pada lapisan bawah. Zona  3  BSR3  dengan  vegetasi  jeruju  memiliki  nilai  rata-rata  DHL  yang
lebih rendah lagi dibandingkan dengan nilai DHL pada zona 1 dan zona 2. Nilai
BSR1.5 BSR1.10 BSR2.1  BSR2.5 BSR2.10
BSR3.1  BSR3.5 BSR3.10 BSR4.1  BSR4.5 BSR4.10
EC mScm   7,63  11,13 13,70
4,12 7,30
8,12 4,90
6,05 6,96
3,11 3,65
5,62
0,00 2,00
4,00 6,00
8,00 10,00
12,00 14,00
16,00
Nila i
DH L
E C
T a
na h
Nilai DHLEC Tanah mScm, Blanakan Subang
23
DHL zona 3 berkisar antara 4,9 mScm sampai dengan 6,96 mScm, dengan nilai DHL  terkecil  terdapat  pada  lapisan  atas  dan  nilai  DHL  tertinggi  terdapat  pada
lapisan  bawah.  Sedangkan  pada  zona  4  memiliki  nilai  rata-rata  DHL  paling rendah  dibandingkan  dengan  ketiga  zona  lainnya,  yaitu  berkisar  antara  3,11
mScm  sampai  dengan  5,62  mScm.  Nilai  DHL  semakin  meningkat  dari  lapisan atas ke lapisan bawah.
Dari  hasil  pengamatan  DHLEC  menunjukkan  bahwa  dari  zona  Avicennia marina hingga zona Sonneratia acida sedikit sekali dipengaruhi oleh air asin, hal
ini  karena  lokasi  penelitian  berjarak  cukup  jauh  dengan  laut.  Aliran  air  yang mempengaruhi  keempat  lokasi  ini  berasal  dari  aliran  sungai  dan  air  cenderung
payau.
Kadar Air
Persentase  kadar  air  keempat  zona  sangat  tinggi,  hal  ini  karena  keempat zona saat pengambilan sampel berada pada kondisi tergenang.
Persentase  kadar  air  lapang  pada  zona  1  paling  kecil  jika  dibandingkan dengan zona lainnya. persentase kadar air dari lapisan atas ke lapisan bawah pada
tanah  di  zona  1  BSR1  semakin  menurun  dengan  persentase  kadar  air  berkisar antara 88,86 sampai dengan 95,15, hal ini dapat dilihat pada gambar 6. berikut
ini. Rendahnya nilai persentase kadar air pada zona ini kemungkinan dipengaruhi oleh  kerapatan  tanaman,  dimana  pada  zona  ini  kerapatan  tanaman  sangat  tinggi
dibandingkan  dengan  zona  lainnya.  Selain  itu,  serasah  dan  lumpur  pada  lapisan atas tanah yang tebal dapat menghambat air yang masuk ke tanah.
Gambar 6. Grafik Nilai Persentase Kadar Air Tanah Blanakan, Subang
BSR1.1 BSR1.5 BSR1.10 BSR2.1 BSR2.5 BSR2.10
BSR3.1 BSR3.5 BSR3.10 BSR4.1 BSR4.5 BSR4.10
Kadar Air 95
93 89
120 104
101 124
121 110
183 117
137
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
K a
da r
Air
Nilai Kadar Air Tanah Blanakan, Subang
24
Gambar 6 di atas juga menunjukkan persentase kadar air pada zona 2, zona 3, dan zona 4 dengan persentase kadar air di atas 100. Persentase kadar air pada
zona  2  berkisar  antara  101,22  sampai  120,23  dengan  nilai  persentase  yang semakin  menurun  dari  lapisan  atas  ke  lapisan  bawah.  Persentase  kadar  air  pada
zona  3  sebesar  110,12  sampai  124,42  dengan  nilai  persentase  yang  semakin menurun  dari  lapisan  atas  ke  lapisan  bawah.  Pada  zona  4  persentase  kadar  air
berkisar  antara  117,32  sampai  dengan  182,91.  Persentase  kadar  air  terkecil pada zona 4 terdapat pada lapisan tengah sedangkan persentase kadar air tertinggi
terdapat pada lapisan atas.
Tekstur
Tekstur  pada  tanah  zona  1  didominasi  oleh  klei  dengan  kandungan  yang semakin  meningkat  dari  lapisan  atas  ke  lapisan  bawah,  berkisar  antara  62,2
sampai  dengan  71,1.  Rata-rata  persentase  klei  pada  zona  1  paling  kecil dibandingkan  dengan  rata-rata  persentase  klei  pada  ketiga  zona  lainnya.
Sedangkan  persentase  debu  memiliki  nilai  berkisar  antara  25,9  sampai  37,1, nilai  persentase  debu  semakin  menurun  dari  lapisan  atas  ke  lapisan  bawah.
Sebaliknya pada persentase pasir, nilainya semakin meningkat dari lapisan atas ke lapisan  bawah  dengan  persentase  pasir  berkisar  antara  0,66  sampai  2,34
seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 7. Grafik Persentase Pasir, Debu, dan Klei, serta Kematangan n-value Tanah Blanakan, Subang
BSR1.1  BSR1.5 BSR1.10 BSR2.1  BSR2.5 BSR2.10
BSR3.1  BSR3.5 BSR3.10 BSR4.1  BSR4.5 BSR4.10
Pasir 0,72
0,66 2,34
0,69 0,92
0,67 1,05
1,00 0,58
0,72 4,01
1,06 Klei
62,23 73,42
71,09 77,18
75,78 75,46
75,43 74,45
82,24 92,24
73,35 76,19
Debu  37,06 25,92
26,57 22,13
23,31 23,87
23,53 24,55
17,18 7,04
22,64 22,75
n-value 1,6
2,7 2,3
3,2 2,3
3,0 3,0
2,8 4,0
4,8 3,4
4,0
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00 70,00
80,00 90,00
100,00
Nila i
Tekstur  Pasir,  Debu,  Klei dan n-value Tanah Blanakan Subang
25
Komposisi  tekstur  pada  zona  2  didominasi  oleh  klei  dengan  persentase berkisar  antara  75,5  sampai  dengan  77,2.  Persentase  klei  mengalami
penurunan dari lapisan atas ke lapisan bawah.  Komposisi tekstur tertinggi  kedua yaitu  debu  dengan  nilai  persentase  berkisar  antara  22,1  sampai  23,9.
Kecenderungan persentase debu semakin meningkat  nilainya dari lapisan  atas ke lapisan  bawah.  Komposisi  pasir  sangatlah  kecil  pada  tanah  di  zona  2,  berkisar
antara  0,67  sampai  dengan  0,92.  Persentase  pasir  terkecil  terdapat  pada lapisan bawah, sedangkan persentase pasir tertinggi terdapat pada lapisan tengah.
Tekstur  tanah  pada  zona  3  masih  didominasi  oleh  klei  dengan  nilai persentase  berkisar  antara  74,4  sampai  dengan  82,2.  Persentase  klei  terkecil
terdapat  pada  lapisan  tengah  dan  persentase  klei  tertinggi  terdapat  pada  lapisan bawah. Persentase debu pada tanah zona 3 berkisar antara 17,2 sampai dengan
23,5. Nilai persentase debu terkecil terdapat pada lapisan bawah dan persentase debu tertinggi terdapat pada lapisan tengah. Persentase pasir tanah zona 3 sebesar
0,58  sampai  1,05  dengan  nilai  persentase  debu  yang  semakin  menurun  dari lapisan atas ke lapisan bawah.
Tanah zona 4 masih didominasi oleh klei dengan persentase sebesar 73,4 sampai  dengan  92,2.  Nilai  persentase  klei  pada  lapisan  atas  adalah  nilai
persentase  tertinggi  hingga  mencapai  92,  sedangkan  nilai  persentase  klei terkecil terdapat pada lapisan tengah. Komposisi tekstur zona 4 berikutnya adalah
debu  dengan  nilai  persentase  berkisar  antara  7,04  sampai  dengan  22,8.  Nilai persentase  debu  meningkat  dari  lapisan  atas  ke  lapisan  bawah.  Persentase  pasir
pada zona 4 memiliki nilai rata-rata  yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata- rata  persentase  pasir  ketiga  zona  lainnya.  Nilai  persentase  pasir  berkisar  antara
0,72  sampai  4,01  dengan  nilai  terkecil  terdapat  pada  lapisan  atas  dan  nilai tertinggi terdapat pada lapisan tengah.
Apabila kita perhatikan gambar 7 di atas, terlihat komposisi tekstur keempat zona  didominasi  oleh  klei,  hal  ini  disebabkan  karena  aliran  air  yang  tenang
menuju ke laut hilir banyak membawa dan mengendapkan klei. Nilai persentase klei ini juga mengalami  peningkatan dari zona 1  ke zona 4. Rata-rata persentase
klei terkecil terdapat pada zona 1, sedangkan rata-rata persentase terbesar terdapat pada  zona  4.  Kecenderungan  ini  juga  dimiliki  oleh  persentase  pasir,  terlihat
26
kenaikan persentase pasir dari zona 1 ke zona 4. Rata-rata persentase pasir terkecil terdapat  pada  zona 1, sedangkan  rata-rata persentase terbesar terdapat pada zona
4. Hal ini berbeda dengan persentase debu, dari zona 1 ke zona 4 nilai persentase debu semakin menurun. Rata-rata persentase debu terbesar terdapat pada zona 1,
sedangkan rata-rata persentase debu terkecil terdapat pada zona 4.
Kematangan Tanah n-value
Nilai kematangan suatu tanah berhubungan dengan besarnya air yang diikat oleh klei. Menurut tabel 1, kematangan tanah juga dapat  kita lihat  dari kadar  air
lapang tanah tersebut. Kematangan tanah daerah ini umumnya relatif rendah atau termasuk ke dalam kelompok tanah belum matang, hal ini ditunjukkan pada nilai
n-valuenilai  kematangan  yang  sangat  tinggi  yaitu  lebih  besar  dari  1,  pada  tanah yang ditanami Avicenniazona 1 memiliki nilai kematangan tanah 1,6-2,4 dengan
n-value  terkecil  terdapat  pada  lapisan  atas  dan  n-value  tertinggi  terdapat  pada lapisan  tengah.  Zona  2  memiliki  rata-rata  n-value  tanah  yang  lebih  tinggi
dibandingkan dengan rata-rata n-value tanah zona 1, hal ini menunjukkan zona 2 tanahnya  lebih  mentah  dibandingkan  dengan  zona  1.  Besarnya  n-value  zona  2
sebesar 2,28 sampai 3,15 dengan n-value terkecil terdapat pada lapisan tengah dan n-value  tertinggi  terdapat  pada  lapisan  atas.  Kematangan  tanah  zona  3  berkisar
antara 2,78 sampai 3,96, dengan n-value terkecil terdapat pada lapisan tengah dan n-value tertinggi terdapat pada lapisan atas. Nilai kematangan terendah pada tanah
zona  4  dengan  nilai  kematangan  berkisar  antara  3,39  sampai  4,8  dengan  n-value terkecil  terdapat  pada  lapisan  tengah  dan  n-value  tertinggi  terdapat  pada  lapisan
atas. Secara berurutan dapat kita amati bahwa rata-rata n-value tanah dari zona 1 ke  zona  4  semakin  meningkat  sesuai  dengan  peningkatan  persentase  klei  pada
tanah keempat zona, hal ini menunjukkan bahwa dari zona 1 ke zona 4 tanahnya semakin  mentah.  Kematangan  tanah  semakin  rendah  seiring  dengan
meningkatnya kadar air lapang.
Kapasitas Tukar Kation
Nilai KTK pada tanah di zona 1 BSR1 berkisar antara 23,9 me100 gram sampai dengan 33,2 me100 gram. Nilai KTK terkecil terdapat pada lapisan atas,
sedangkan  nilai  KTK  tertinggi  terdapat  pada  lapisan  tengah.  Nilai  KTK  tanah zona 2 berkisar antara 30,2 me100 gram sampai dengan 39,83 me100. Persentase
27
KTK  pada  lapisan  atas  tanah  zona  2  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  lapisan tengah  tanah,  sedangkan  nilai  KTK  pada  lapisan  tengah  lebih  rendah
dibandingkan dengan lapisan bawah. Nilai KTK tanah zona 3 berkisar antara 28,7 me100  gram  sampai  dengan  31,5  me100  gram.  Nilai  terkecil  terdapat  pada
lapisan  atas  dan  lapisan  bawah,  sedangkan  nilai  tertinggi  terdapat  pada  lapisan tengah. Nilai KTK tanah zona 4 berkisar antara  25 me100 gram  sampai dengan
36,7  me100  gram,  dengan  nilai  terkecil  terdapat  pada  lapisan  tengah  dan  nilai tertinggi  terdapat  pada  lapisan  atas.  Peningkatan  KTK  pada  zona  1,  zona  2,  dan
zona  3  seiring  dengan  peningkatan  kandungan  klei  dalam  tanah.  Pada  zona  4, peningkatan  KTK  terjadi  secara  acak.  Berdasarkan  nilai  KTK  tanah,  keempat
zona tidak berbeda signifikan.
Kation Basa
Zona 1 memiliki kandungan kalium, magnesium, kalsium, dan natrium yang mengalami peningkatan dari lapisan atas ke lapisan bawah. Kandungan basa-basa
pada  zona  ini  sesuai  dengan  kenaikan  pH  dari  lapisan  atas  ke  lapisan  bawah. Kandungan  Basa-basa  ini  berpengaruh  pada  nilai  persentase  kejenuhan  natrium
ESP  dan  nisbah  jerapan  natrium  SAR.  Nilai  ESP  dan  nilai  SAR  dari  lapisan atas  ke  lapisan  bawah  mengalami  kenaikan.  Persentase  ESP  tanah  di  zona  1
berada  di  atas  50  yang  menunjukkan  bahwa  tanah  ini  termasuk  ke  dalam kelompok  tanah  sangat  sodik.  Nilai SAR  pada  zona  ini  tergolong  sangat  rendah,
hal  ini  berkaitan  dengan  DHLEc  dan  Na  yang  dipengaruhi  oleh  air  laut. Persentase KB pada lapisan atas ke lapisan bawah mengalami peningkatan dengan
nilai berkisar 97,4 sampai dengan 162. Pada  zona  2,  Kandungan  Na  berkisar  antara  11,6  me100  gram  sampai
dengan 18,3 me100 gram. Kandungan Na ini lebih rendah dibandingkan dengan kandungan  Na  pada  zona  1.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  pengaruh  air  laut  lebih
sedikit diterima oleh tanah pada zona 2 dibandingkan dengan zona 1. Sedangkan nilai K pada zona ini berkisar antara 0,7 me100 gram sampai dengan 1,03 me100
gram.  mengalami  kenaikan  dari  lapisan  atas  ke  lapisan  bawah.  Kandungan  Ca mengalami  penurunan  dari  lapisan  atas  ke  lapisan  bawah.  Kandungan  Mg  pada
zona 2 berkisar antara 14,7 me100 gram sampai 17,2 me100 gram dengan nilai terkecil pada lapisan tengah dan nilai tertinggi terdapat pada lapisan atas. Jika kita
28
amati  kandungan  basa-basa  pada  zona  2  tidak  mengikuti  perubahan  pH  tanah, dimana seharusnya kandungan Ca semakin meningkat mengikuti kenaikan pH dan
kandungan  Mg  terdapat  pada  lapisan  yang  memiliki  pH  tertinggi.  Perbedaan  ini mungkin disebabkan karena rentang nilai pH yang tinggi sehingga variasi menjadi
tinggi  dan  error  semakin  tinggi.  Berdasarkan  gambar  8,  dapat  kita  ketahui  nilai ESP dan SAR mengalami kenaikan dari lapisan atas ke lapisan bawah. Persentase
ESP tergolong tinggi  artinya tanah tergolong sodik, dan nilai  SAR zona 2 masih tergolong  rendah.  Persentase  KB  pada  lapisan  ini  berkisar  antara  75,4  sampai
104  dengan  nilai  terkecil  terdapat  pada  lapisan  tengah  dan  nilai  tertinggi terdapat pada lapisan atas.
Gambar 8. Grafik KTK; Kandungan Na, K, Mg, dan Ca; Kejenuhan Basa; Persentase ESP; dan Nilai SAR Tanah Blanakan Subang.
Pada  zona  3  yang  mengalami  kenaikan  nilai  dari  lapisan  atas  ke  lapisan bawah terlihat pada kandungan K dan kandungan Ca sesuai dengan kenaikan pH
tanah zona tersebut. Kandungan Na pada zona 3 berkisar antara 11,1 me100 gram sampai dengan 13 me100 gram dengan nilai terkecil terdapat pada lapisan tengah
dan  nilai  tertinggi  terdapat  pada  lapisan  bawah.  Kandungan  Na  lebih  rendah dibandingkan  dengan  tanah  zona  1  dan  tanah  zona  2,  yang  menunjukkan  bahwa
tanah  zona  3  lebih  sedikit  dipengaruhi  oleh  air  laut  dibandingkan  dengan  tanah
BSR1.1  BSR1.5 BSR1.10 BSR2.1  BSR2.5 BSR2.10
BSR3.1  BSR3.5 BSR3.10 BSR4.1  BSR4.5 BSR4.10
KTK 23,94
33,24 28,24
39,83 30,19
34,54 28,69
31,51 28,71
36,67 24,97
28,80 Na
11,29 18,61
24,85 11,60
15,56 18,28
11,44 11,12
13,04 6,99
6,49 9,98
K 0,49
0,57 0,63
0,67 0,96
1,03 0,88
0,88 0,89
0,42 0,33
0,39 Mg
11,30 17,38
20,03 17,22
14,66 15,88
14,70 15,24
13,83 15,04
10,03 11,24
Ca 0,25
0,31 0,38
0,52 0,33
0,30 0,31
0,41 0,63
0,85 0,62
0,60 KB
97,44  110,90  162,44 75,37  104,38  102,70
95,27 87,77
98,86 63,55
69,94 77,09
ESP  47,14 55,97
87,99 29,13
51,55 52,91
39,88 35,29
45,40 19,05
26,00 34,66
SAR 3,32
4,42 5,50
2,75 4,02
4,54 2,95
2,81 3,43
1,75 1,99
2,90
0,00 20,00
40,00 60,00
80,00 100,00
120,00 140,00
160,00 180,00
Nila i
KTK; Kandungan Na, K, Mg, dan Ca; Kejenuhan Basa;  ESP; dan SAR Tanah Blanakan Subang
29
zona 1 dan tanah zona 2. Kandungan Mg zona 3 berkisar antara 13,8 me100 gram sampai  dengan  15,2  me100  gram,  kandungan  Mg  terkecil  terdapat  pada  lapisan
bawah  dan  kandungan  Mg  tertinggi  terdapat  pada  lapisan  tengah.  Persentase kejenuhan  basa  zona  3  kurang  dari  100  dengan  kisaran  nilai  87,8  sampai
dengan 98,9, dengan nilai KB terkecil terdapat pada lapisan tengah dan nilai KB tertinggi  terdapat  pada  lapisan  bawah.  Persentase  ESP  zona  ini  berkisar  antara
35,3  sampai  dengan  45,4  tergolong  ke  dalam  tanah  sodik,  persentase  ESP terkecil  terdapat  pada  lapisan  tengah  dan  tertinggi  terdapat  pada  lapisan  bawah.
Nilai SAR zona 3 pada lapisan atas sampai lapisan bawah semakin meningkat. Kandungan  Na  pada  zona  4  berkisar  antara  6,49  me100  gram  sampai
dengan 9,98 me100  gram dengan nilai terkecil terdapat pada lapisan tengah dan nilai  tertinggi  terdapat  pada  lapisan  bawah.  Kandungan  Na  pada  zona  ini  paling
rendah dibandingkan dengan keempat zona lainnya. Kandungan K berkisar antara 0,33  me100  gram  sampai  dengan  0,42  me100  gram.  Kandungan  K  terkecil
terdapat pada lapisan tengah dan kandungan K tertinggi terdapat pada lapisan atas. Kandungan Mg zona 4 berkisar antara 10 me100 gram sampai dengan 15 me100
gram,  kandungan  Mg  terkecil  terdapat  pada  lapisan  tengah  dan  kandungan  Mg tertinggi  terdapat  pada  lapisan  atas.  Kandungan  Ca  zona  ini  berkisar  antara  0,6
me100  gram  sampai  dengan  0,85  me100  gram,  dengan  nilai  yang  semakin menurun  dari  lapisan  atas  ke  lapisan  bawah.  Kejenuhan  basa  zona  4  meningkat
dari  lapisan  atas  ke  lapisan  bawah  dengan  nilai  berkisar  63,5  sampai  dengan 77,1.  Nilai  ESP  pada  zona  4  berkisar  antara  19,05  sampai  dengan  34,66
tergolong ke dalam tanah sodik, sedangkan nilai SAR yang tergolong sangat kecil berkisar antara 1,75 sampai dengan 2,90. Nilai ESP dan SAR semakin meningkat
dari lapisan atas ke lapisan bawah.
30
Kejenuhan  masing-masing  kation  pada  masing-masing  zona  dapat  dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 9. Grafik Kejenuhan Kation-Kation Kejenuhan Na pada zona 1 berkisar antara 47 sampai dengan 88 dengan
persentase  kejenuhan  Na  yang  semakin  meningkat  dari  lapisan  atas  ke  lapisan bawah,  kejenuhan  K  pada  zona  ini  sama  pada  ketiga  lapisan  yaitu  sebesar  2,
kejenuhan  Mg  mengalami  kenaikan  dari  lapisan  atas  ke  lapisan  bawah  dengan nilai  terendah  sebesar  47  sampai  dengan  71,  sedangkan  kejenuhan  Ca  sama
halnya  dengan  kejenuhan  K  sama  pada  ketiga  lapisan  yaitu  sebesar  1.  Pada lapisan  atas  tanah  zona  1,  kejenuhan  basa-basa  didominasi  oleh  Na  dan  Mg
dengan  urutan  perbandingan  persentase  kejenuhan  kation  Na:Mg:K:Ca  yaitu 47:47:2:1. Pada lapisan tengah tanah zona 1, kejenuhan basa-basa didominasi oleh
Na  dengan  urutan  perbandingan  persentase  kejenuhan  kation  Na:Mg:K:Ca  yaitu 56:52:2:1,  sama  halnya  susunan  kation  pada  lapisan  bawah  tanah  zona  1  serupa
dengan  susunan  pada  lapisan  tengah  dengan  urutan  perbandingan  persentase kejenuhan Na:Mg:K:Ca yaitu 88:71:2:1.
Kejenuhan Na pada zona 2 terendah sebesar 29 dan tertinggi sebesar 53, dengan  persentase  kejenuhan  Na  yang  semakin  meningkat  dari  lapisan  atas  ke
lapisan bawah. Kejenuhan K pada zona 2 mengalami peningkatan dari lapisan atas ke  lapisan  bawah  dengan  nilai  terendah  sebesar  2  sampai  dengan  3.
Kejenuhan Mg pada zona ini mengalami peningkatan dari lapisan atas ke lapisan bawah  namun  tidak  beraturan.  Sedangkan  persentase  kejenuhan  Ca  sama  pada
BSR1.1  BSR1.5 BSR1.10 BSR2.1  BSR2.5 BSR2.10
BSR3.1  BSR3.5 BSR3.10 BSR4.1  BSR4.5 BSR4.10
Kejenuhan Na 47
56 88
29 52
53 40
35 45
19 26
35 Kejenuhan K
2 2
2 2
3 3
3 3
3 1
1 1
Kejenuhan Mg 47
52 71
43 49
46 51
48 48
41 40
39 Kejenuhan Ca
1 1
1 1
1 1
1 1
2 2
2 2
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
P er
sen tase K
ej en
u h
an Katio
n
Kejenuhan Kation-Kation
31
setiap  lapisan  dengan  persentase  sebesar  1.  Pada  zona  2,  lapisan  atas  tanah  di dominasi  oleh  Mg  kemudian  diikuti  dengan  Na,  K  dan  Ca  dengan  urutan
perbandingan  persentase  kejenuhan  kation  Na:Mg:K:C  yaitu  29:43:2:1.  Lapisan tengah  tanah  zona  2  didominasi  oleh  Na  dengan  urutan  perbandingan  persentase
kejenuhan  kation  Na:Mg:K:C  yaitu  52:49:3:1.  Lapisan  bawah  tanah  zona  2 didominasi  oleh  Na  dengan  urutan  perbandingan  persentase  kejenuhan  kation
Na:Mg:K:C yaitu 53:46:3:1. Kejenuhan  Na  pada  zona  3  terendah  sebesar  35  pada  lapisan  tengah  dan
tertinggi  sebesar  45  pada  lapisan  bawah.  Kejenuhan  K  pada  zona  ini  bernilai sama  pada  setiap  lapisan  yaitu  sebesar  3.  Kejenuhan  Mg  pada  zona  3
mengalami  penurunan  dari  lapisan  atas  ke  lapisan  bawah  dengan  persentase terendah  sebesar  48  dan  persentase  tertinggi  sebesar  51.  Kejenuhan  Ca  pada
zona  3  mengalami  peningkatan  dari  lapisan  atas  ke  lapisan  bawah  dengan  nilai terendah  sebesar  1  san  tertinggi  sebesar  2.  Pada  lapisan  atas  tanah  zona  3
didominasi  oleh  Mg  dengan  urutan  perbandingan  persentase  kejenuhan  kation Mg:Na:K:Ca  yaitu  51:40:3:1.  Pada  lapisan  tengah,  kejenuhan  basa  didominasi
oleh  kation  Mg  dengan  urutan  perbandingan  persentase  kejenuhan  kation Mg:Na:K:Ca  yaitu  48:35:3:1.  Pada  lapisan  bawah,  kejenuhan  basa  masih
didominasi  oleh  kation  Mg  dengan  urutan  perbandingan  persentase  kejenuhan kation Mg:Na:K:Ca yaitu 48:45:3:2.
Kejenuhan  Na  pada  zona  4  dari  lapisan  atas  ke  lapisan  bawah  mengalami peningkatan  dengan  nilai  terendah  sebesar  19  dan  nilai  tertinggi  sebesar  35.
Kejenuhan K pada zona 4 sama pada setiap lapisan yaitu sebesar 1, sama halnya dengan  kejenuhan  Ca  zona  4  sama  pada  setiap  lapisan  sebesar  2.  Sedangkan
kejenuhan  Mg  pada  zona  4  mengalami  penurunan  dari  lapisan  atas  ke  lapisan bawah  dengan  nilai  terendah  sebesar  39  dan  nilai  tertinggi  sebesar  41.
Kejenuhan basa pada lapisan atas tanah zona 4 didominasi oleh Mg dengan urutan perbandingan  persentase  kejenuhan  kation  Mg:Na:K:Ca  yaitu  41:19:1:2.
Kejenuhan  basa  pada  lapisan  tengah  didominasi  oleh  Mg  dengan  urutan perbandingan  persentase  kejenuhan  kation  Mg:Na:K:Ca  yaitu  40:26:1:2.
Kejenuhan  basa  pada  lapisan  bawah  masih  didominasi  oleh  Mg  dengan perbandingan persentase kejenuhan Mg:Na:K:Ca yaitu 39:35:1:2.
32
Pada  keempat  zona  ini  dapat  kita  lihat  perubahan  susunan  kimia  tanah akibat pengaruh aliran airsungaimuara  yang mengandung garam-garam terlarut.
Pada zona 1 Avicennia marina dapat kita perhatikan bahwa rata-rata kandungan Mg  pada  lapisan  atas  tanah  relatif  lebih  besar  dibandingkan  dengan  rata-rata
kandungan  nilai  Na.  Jika  dilihat  dari  kejenuhan  kation,  kejenuhan  Na  dan  Mg tidak signifikan pada lapisan atas atau dapat  dikatakan bahwa kejenuhan  Na dan
Mg  pada  lapisan  atas  relatif  sama.  Kemudian  susunan  kation  diikuti  dengan kandungan K dan Ca, sehingga urutan kation pada zona 1 lapisan atas berdasarkan
kejenuhan  basa-basanya  adalah  NaMgKCa.  Lapisan  tengah  dan  lapisan bawah  menunjukkan  hal  yang  sedikit  berbeda  dengan  lapisan  atas,  dimana  nilai
Na  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  Mg  begitu  pula  kejenuhan  Na  dan  Mg sehingga  susunan  kation  pada  lapisan  tengah  dan  bawah  adalah  NaMgKCa
mengikuti model I. Jika kita perhatikan kejenuhan basa-basa pada zona 1, terlihat kejenuhan  Na  sangat  tinggi  dan  mendominasi  yang  menunjukkan  banyak
terkandung  garam-garam  bebas  serta  kandungannya  semakin  meningkat mengikuti pertambahan kedalaman.
Pada  zona  2  Rhizophora  mucronata  rata-rata  kandungan  Mg  relatif  lebih besar  dibandingkan  dengan  kandungan  Na  pada  permukaan  tanah,  kemudian
diikuti  oleh  kandungan  K  dan  Ca  secara  berturut-turut,  sehingga  urutan  kation pada zona 2 adalah MgNaKCa dipermukaan. Namun pada lapisan tengah dan
lapisan  bawah,  susunan  basa  didominasi  oleh  Na.  Susunan  kation  pada  lapisan tengah  dan  bawah  adalah  NaMgKCa.  Kejenuhan  basa-basa  pada  zona  2,
menunjukkan  kandungan  garam  bebas  yang  tinggi  dengan  nilai  kejenuhan  Na mendominasi  pada  lapisan  tengah  dan  lapisan  bawah  yang  semakin  meningkat.
Berbeda dengan lapisan atas, dimana kejenuhan basa didominasi oleh Mg. Zona  3  Jeruju  memiliki  rata-rata  kandungan  Mg  yang  lebih  besar
dibandingkan  dengan  kandungan  Na,  dan  berturut-turut  menurun  nilainya  pada kandungan  K  dan  kandungan  Ca,  sehingga  susunan  kation  pada  zona  3  adalah
MgNaKCa.  Kejenuhan  basa-basa  pada  zona  3  didominasi  oleh  Mg  pada setiap lapisan yang menunjukkan bahwa tidak ada garam bebas.
Zona  4  memiliki  nilai  kandungan  Mg  tertinggi  kemudian  berturut-turut menurun  pada  kandungan  Na,  Ca,  dan  K,  sehingga  susunan  kation
33
MgNaCaK.  Kejenuhan  basa-basa  pada  zona  4  didominasi  oleh  Mg  pada setiap  lapisan  yang  menunjukkan  bahwa  tidak  ada  garam  bebas  seperti  halnya
pada zona 3. Namun Kejenuhan Basa pada zona 4 lebih rendah jika dibandingkan dengan zona 3.
Jika  kita  amati  pada  zona  1,  zona  2,  dan  zona  3  memiliki  susunan  kation yang  sama  mendekati  model  I,  apabila  kita  perhatikan  kejenuhan  kation  pada
masing-masing zona terdapat perbedaan yang signifikan mengikuti pengaruh dari jarak  atau  aliran  air  dari  sungaimuaralaut.  Nilai  rata-rata  kandungan  natrium
semakin  menurun  dari  zona  1  ke  zona  4  diikuti  dengan  menurunnya  kandungan garam-garam  bebas,  hal  ini  menunjukkan  bahwa  pengaruh  aliran  air
sungaimuaralaut  semakin  berkurang.  Sama  halnya  dengan  pH,  keempat  zona yang  menunjukkan  jarakpengaruh  yang  semakin  berkurang  dari  zona  1  sampai
zona  4.  Seiring  dengan  menurunnya  kejenuhan  natrium  dan  kandungan  garam- garam bebas, rata-rata kejenuhan kalsium mengalami peningkatan dari zona 1 ke
zona  4.  Kecenderungan  natrium  mengalami  penurunan  diiringi  dengan peningkatan  kalsium  mendekati  model  III  dimana  CaMgNa  atau  K  meskipun
susunannya tidak terlihat seperti model III. Berdasarkan  nilai  kandungan  basa-basa  dan  nilai  SAR  terlihat  bahwa
keempat  zona  sangat  sedikit  dipengaruhi  oleh  air  laut.  Kecenderungan  semakin berkurangnya  pengaruh  air  laut  dapat  terlihat  pada  zona  1  ke  zona  4  dimana
kandungan  Na  dan  nilai  SAR  yang  semakin  menurun.  Berdasarkan  kandungan basa-basa, persentase ESP, dan nilai SAR secara berturut-turut dari zona 1 menuju
zona 4 semakin menjauh dari air laut atau pengaruh air laut semakin sedikit.
Besi Fe
Zona  1  memiliki  kandungan  Fe  berkisar  antara  2,16  ppm  sampai  dengan 10,80 ppm dengan kandungan yang semakin menurun dari lapisan atas ke lapisan
bawah.  Pada  zona  2  memiliki  rata-rata  kandungan  Fe  lebih  besar  dibandingkan dengan  kandungan  Fe  pada  zona  1,  dengan  nilai  kandungan  Fe  berkisar  antara
3,71 ppm sampai dengan 27,89 ppm. Kandungan Fe terkecil pada zona 2 terdapat pada  lapisan  atas  sedangkan  kandungan  tertinggi  terdapat  pada  lapisan  bawah.
Zona  3  memiliki  kandungan  Fe  berkisar  4,12  ppm  sampai  dengan  16,47  ppm dengan kandungan Fe yang semakin menurun dari lapisan atas ke lapisan bawah.
34
Zona  4  memiliki  kandungan  Fe  berkisar  antara  2,47  ppm  sampai  dengan  23,78 ppm  dengan  kandungan  Fe  yang  semakin  menurun  dari  lapisan  atas  ke  lapisan
bawah.  Grafik  kandungan  Fe  pada  masing-masing  zona  terlihat  pada  gambar  10 berikut ini.
Gambar 10. Grafik Kandungan Fe ppm Tanah Blanakan Subang. Penurunan  dan  kenaikan  nilai  kandungan  Fe  pada  keempat  zona  terlihat
sangat signifikan pada setiap lapisan. Zona Avicennia marina dan Jeruju memiliki penumpukan besi pada lapisan yang sama yaitu lapisan pertama, zona Rhizophora
mucronata  penumpukan  besi  terdapat  pada  lapisan  tengah,  sedangkan  zona Sonneratia acida penumpukan besi terlihat pada lapisan atas.
Belerang S
Kandungan  S-tersedia  pada  keempat  zona  tergolong  kecil,  seperti  yang ditunjukkan  pada  gambar  10,  hal  ini  mungkin  disebabkan  tanah  pada  daerah
lokasi  penelitian  rata-rata  memiliki  kandungan  belerang  yang  rendah  yang  juga dikarena pengaruh dari aliran air.
Kandungan  S-tersedia  ini  pun  tidak  mengikuti  perubahan  pH  tanah. Ketersediaan belerang pada tanah akan semakin meningkat dengan meningkatnya
pH  tanah  tersebut,  sebaliknya  apabila  pH  tanah  mengalami  penurunan  maka kandungan  S  akan  semakin  kecil.  Pada  zona  1  kandungan  S-tersedia  berkisar
antara  0,01  ppm  sampai  dengan  0,02  ppm  dengan  kecenderungan  mengalami penurunan kandungan S-tersedia dari lapisan atas ke lapisan bawah. Pada zona 2,
kandungan  S-tersedia  hampir  sangat  kecil  berkisar  antara  0,0045  ppm  sampai dengan 0,01 ppm dengan kecenderungan yang semakin meningkat kandungannya
BSR1.1  BSR1.5 BSR1.10 BSR2.1  BSR2.5 BSR2.10
BSR3.1  BSR3.5 BSR3.10 BSR4.1  BSR4.5 BSR4.10
Fe ppm  10,80 4,26
2,16 3,71
27,89 19,54
16,47 12,94
4,12 23,78
19,33 2,47
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00
F e
pp m
Kandungan Fe ppm
35
dari  lapisan  atas  ke  lapisan  bawah.  Zona  3  memiliki  kandungan  S  berkisar  0,02 ppm sampai 0,03 ppm, pada lapisan atas dan lapisan tengah memiliki kandungan
yang sama yaitu 0,03 ppm sedangkan kandungan S-tersedia terkecil terdapat pada lapisan  bawah.  Zona  4  memiliki  nilai  kandungan  S-tersedia  sama  pada  lapisan
atas  dan  lapisan  bawah  yaitu  sebesar  0,02  ppm,  sedangkan  pada  lapisan  tengah kandungan S-tersedia sebesar 0,03 ppm.
C-Organik
Persentase karbon organik C-organik zona 1 sebesar 1,37 sampai dengan 3,47,  dengan  persentase  C-organik  terkecil  terdapat  pada  lapisan  tengah  dan
kandungan C-organik tertinggi terdapat pada lapisan atas. Pada zona 2, kandungan C-organik  sebesar  1,65  sampai  dengan  3,92,  dengan  persentase  C-organik
terkecil terdapat pada lapisan bawah dan persentase tertinggi terdapat pada lapisan tengah. Kandungan C-organik  pada zona  3 sebesar 1,89 sampai dengan 3,32
dengan kandungan C-organik terkecil terdapat pada lapisan bawah dan kandungan tertinggi  terdapat  pada  lapisan  tengah.  Pada  zona  4  memiliki  kandungan  C-
organik  sebesar  1,99  sampai  dengan  5,95  dengan  persentase  C-organik  yang semakin menurun dari lapisan atas ke lapisan bawah.
Fosfor
Nilai  fosfor  tersedia  P-tersedia  pada  lokasi  penelitian  tidak  mengikuti perubahan  pH,  dimana  seharusnya  semakin  masam  kandungan  P-tersedia  akan
semakin  kecil  dan  sebaliknya  semakin  rendah  kemasamannya  kandungan  P- tersedia semakin tinggi. P-tersedia pada zona 1 sebesar 0,63 ppm sampai dengan
1,88 ppm, dengan kandungan P-tersedia terkecil terdapat pada lapisan tengah dan kandungan tertinggi terdapat pada lapisang bawah. Kandungan P-tersedia zona 2
sebesar  0,89  ppm  sampai  dengan  2,67  ppm,  memiliki  nilai  rata-rata  P-tersedia lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan P-tersedia pada zona 1. Kandungan
P-tersedia  zona  2  memiliki  kecenderungan  yang  semakin  menurun  dari  lapisan atas  ke  lapisan  bawah.  Kandungan  P-tersedia  pada  zona  3  sebesar  1,01  ppm
sampai dengan 1,63 ppm dengan kandungan terkecil terdapat pada lapisan tengah dan kandungan P-tersedia tertinggi terdapat pada lapisan bawah. Zona 4 memiliki
nilai  rata-rata  kandungan  P-tersedia  tertinggi  dibandingkan  dengan  ketiga  zona
36
lainnya yaitu sebesar 1,90 ppm sampai dengan 3,66 ppm dengan nilai kandungan P-tersedia yang semakin meningkat dari lapisan atas ke lapisan bawah.
Nitrogen
Nilai  nitrogen  total  N-total  akan  semakin  meningkat  dengan  menurunnya tingkat kemasaman atau meningkatnya nilai pH. Nitrogen total pada zona 1 paling
rendah  dibandingkan  dengan  N-total  zona  lainnya  yaitu  berkisar  0,04  sampai dengan  0,05.  Lapisan  atas  dan  lapisan  tengah  memiliki  N-total  yang  sama,
sedangkan  nilai  tertinggi  terdapat  pada  lapisan  tengah.  Kandungan  N-total tertinggi  dari  keempat  zona  terdapat  pada  zona  2  dengan  nilai  sebesar  0,05
sampai  dengan  0,14,  dengan  nilai  kandungan  N-total  yang  semakin  menurun dari  lapisan  atas  ke  lapisan  bawah.  Zona  3  memiliki  kandungan  N-total  sebesar
0,05  sampai  dengan  0,08.  Kandungan  N-total  pada  lapisan  atas  dan  lapisan tengah zona 3 memiliki nilai yang sama, sedangkan N-total terkecil terdapat pada
lapisan bawah. N-total zona 4 sebesar 0,07 sampai dengan 0,18, dengan nilai N-total  pada  lapisan  tengah  dan  lapisan  bawah  memiliki  kesamaan  serta  N-total
tertinggi terdapat pada lapisan atas.
Gambar 11. Grafik S-Tersedia, Persentase C-Organik, P-tersedia, dan Persentase N-Total Tanah Blanakan, Subang.
Berdasarkan  pembahasan  di  atas,  dapat  kita  ketahui  bahwa  beberapa  sifat kimia  tanah  pada  lokasi  penelitian  tidak  semuanya  memiliki  pengaruh  terhadap
jenis  vegetasi  mangrove  yang  tumbuh.  Sifat  kimia  yang  memiliki  pengaruh terhadap  perbedaan  tipe  mangrove  di  Desa  Blanakan  adalah  daya  hantar  listrik,
BSR1.1  BSR1.5  BSR1.10 BSR2.1  BSR2.5  BSR2.10
BSR3.1  BSR3.5  BSR3.10 BSR4.1  BSR4.5  BSR4.10
S-tersedia ppm 0,01
0,01 0,02
0,00 0,01
0,01 0,03
0,03 0,02
0,02 0,03
0,02 C-organik
3,47 1,37
1,88 2,82
3,92 1,65
3,23 3,32
1,89 5,95
2,01 1,99
P-tersedia ppm 1,33
0,63 1,88
2,67 1,25
0,89 1,42
1,01 1,63
1,90 3,26
3,66 N-total
0,04 0,05
0,04 0,14
0,11 0,05
0,08 0,08
0,05 0,18
0,07 0,07
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00 7,00
Nila i
S-tersedia, Persentase C-Organik, P-Tersedia, dan Persentase N-Total Tanah, Blanakan Subang
37
persentase kadar air lapang, kejenuhan basa, persentase kejenuhan kation-kation, SAR, dan kematangan tanah.
Sifat  kimia  tersebut  membuktikan  bahwa  zona  yang  terbentuk  akibat pengaruh  dari  aliran  air  muarasungailaut,  dimana  keempat  zona  tersebut
membentuk pola seperti pada gambar 12 di bawah ini.
Gambar 12. Zonasi Mangrove Blanakan, Kabupaten Subang Zona  yang  mendekati  aliran  sungai  atau  dipengaruhi  oleh  air  sungailaut
adalah  zona  Avicennia  marina  kemudian  secara  berturut-turut  menjauhi  air sungailaut yaitu zona Rhizopora mucronata, dan Jeruju seperti yang ditunjukkan
pada penampang horizontal zonasi mangrove di atas, namun karena sudah adanya campur  tangan  manusia  dan  usaha  budidaya  mangrove  maka  daerah  yang
mendekati laut seperti pada penampang vertikal terlihat bahwa terdapat Rhizopora
Laut Jawa U
38
mucronata lebih dekat dengan laut kemudian secara berturut-turut yaitu Avicennia marina,  Bruguiera,  dan  Sonneratia  acida.  Pembudidayaan  mangrove  banyak
menggunakan Rhizophora mucronata karena pemeliharaannya relatif lebih mudah dan tahan terhadap arusaliran air.
Tanah  pada  lokasi  penelitian  diklasifikasikan  ke  dalam  tanah  berjenis Entisol,  hal  ini  dtunjukkan  dari  kondisi  tanah  yang  belum  berkembang  dan  n-
value yang tinggi atau kematangan tanah sangat rendah. Keempat zona digenangi oleh  air  sehingga  tergolong  subordo  Aquent.  Klasifikasi  pada  level  great  group,
tanah  lokasi  ini  tergolong  ke  dalam  Hydraquent,  dimana  memiliki  ciri-ciri  tanah tergolong  “mentah”  dengan  kandungan  air  yang  tinggi,  nilai  n  0.7,  dan
kandungan fraksi klei 8.
39
4.3. Pembahasan Umum