Tanah HASIL DAN PEMBAHASAN

18

4.2. Tanah

Morfologi tanah yang dilihat langsung di lapang adalah.horisonisasi tanah, warna tanah, tekstur, struktur, jumlah ukuran bandingan karat, perakaran, horison penciri, konsistensi, dan DHLEc lapang. Tanah pada zona 1 BSR1 dengan vegetasi Avicennia marina memiliki 2 horisonlapisan, yaitu lapisan pertama dengan kedalaman 0-10 cm dan lapisan kedua pada kedalaman 10-100 cm. Warna tanah yang terdiri dari hue spektrum yang dominan pada lapisan 0-10 cm dan lapisan 10-100 cm berwarna Gley 1, value gelap terang pada lapisan 0-10 cm sebesar 2,5 dan pada lapisan 10-100 cm sebesar 5, serta chroma kemurnian warna pada lapisan 0-10 cm sebesar 12 dan pada lapisan 10-100 cm sebesar 10 Y. Tekstur di lapang menunjukkan bahwa tanah lokasi 1 memiliki tekstur klei berdebu baik pada lapisan 0-10 cm maupun pada lapisan 10-100 cm. Tanah pada zona 1 ini tidak mengandung bahan kasar dan tidak memiliki struktur dari 0-100 cm. Sistem perakaran di zona 1 kasar dan sedikit pada kedalaman 0-50 cm. Tidak memiliki horison penciri dan pada kondisi basah konsistensi ditetapkan dengan dua parameter, yaitu kelekatan dan plastisitas. Tanah zona 1 pada kondisi basah di lapisan 0-10 cm dan lapisan 10- 100 cm adalah tidak lekat dan tidak plastis, sedangkan pada kondisi lembab konsistensi kedua lapisan sangat teguh dimana masa tanah sangat tahan terhadap remasan. Pada kondisi kering, konsistensi kedua lapisan sangat keras sekali extremely hard dimana tanah sangat tahan terhadap tekanan masa tanah tidak dapat dipecahkan dengan tangan. Tanah pada zona 2 BSR2 memiliki 2 horisonlapisan, yaitu lapisan pertama dengan kedalaman 0-10 cm memiliki warna tanah 10YR 21 dan lapisan kedua pada kedalaman 10-100 cm memiliki warna tanah GY1 55 . Tekstur di lapang menunjukkan bahwa tanah zona 2 memiliki tekstur klei berdebu baik pada lapisan 0-10 cm maupun pada lapisan 10-100 cm. Tanah pada zona 2 tidak mengandung bahan kasar dan tidak memiliki struktur dari kedalamn 0-100 cm. Sistem perakaran pada zona ini kasar dan sedang terdapat pada kedalaman 0-60 cm. Sistem perakaran tersebut hanya dapat ditemukan pada tanah-tanah yang dekat dengan Rhizophora. Pada zona 2 tidak ditemukan horison penciri serta 19 konsistensi tanah zona 2 pada kondisi basah di lapisan 0-10 cm dan lapisan 10- 100 cm adalah tidak lekat dan tidak plastis, sedangkan pada kondisi lembab konsistensi kedua lapisan sangat teguh dimana masa tanah sangat tahan terhadap remasan. Pada kondisi kering, konsistensi kedua lapisan sangat keras sekali dimana tanah sangat tahan terhadap tekanan masa tanah tidak dapat dipecahkan dengan tangan. Tanah pada zona 3 BSR3 memiliki 2 horisonlapisan, yaitu lapisan pertama dengan kedalaman 0-50 cm memiliki warna tanah GY1 310 dan lapisan kedua pada kedalaman 50-100 cm memiliki warna tanah GY1 45. Tekstur di lapang menunjukkan bahwa tanah zona 3 memiliki tekstur klei berdebu baik pada lapisan 0-50 cm maupun pada lapisan 50-100 cm. Tanah zona 3 tidak mengandung bahan kasar dan tidak memiliki struktur dari 0-100 cm. Sistem perakaran pada zona 3 adalah kasar dan sedikit serta halus dan sedikit. Konsistensi tanah zona 3 pada kondisi basah di lapisan 0-50 cm dan lapisan 50- 100 cm adalah tidak lekat dan tidak plastis, sedangkan pada kondisi lembab konsistensi kedua lapisan sangat teguh dimana masa tanah sangat tahan terhadap remasan. Pada kondisi kering, konsistensi kedua lapisan sangat keras sekali dimana tanah sangat tahan terhadap tekanan masa tanah tidak dapat dipecahkan dengan tangan. Tanah pada zona 4 memiliki 3 horisonlapisan, yaitu lapisan pertama dengan kedalaman 0-5 cm memiliki warna tanah 10YR 34, lapisan kedua pada kedalaman 5-40 cm memiliki warna tanah GY 1 2,512 dan pada lapisan ketiga kedalaman 40-100 cm memiliki warna tanah GY 1 35. Tekstur di lapang menunjukkan bahwa tanah di zona 4 pada ketiga kedalaman memiliki tekstur klei berdebu. Tanah zona 4 tidak mengandung bahan kasar dan tidak memiliki struktur dari 0-100 cm. Sistem perakaran pada zona 4 adalah kasar dan sedikit serta tidak memiliki horison penciri. Konsistensi tanah di zona 4 pada kondisi basah untuk ketiga lapisan adalah tidak lekat dan tidak plastis, sedangkan pada kondisi lembab konsistensi ketiga lapisan sangat teguh dimana masa tanah sangat tahan terhadap remasan. Pada kondisi kering, konsistensi ketiga lapisan sangat keras sekali dimana tanah sangat tahan terhadap tekanan masa tanah tidak dapat dipecahkan dengan tangan. 20 Hasil analisis sifat kimia tanah daerah penelitian merupakan gambaran tentang kesuburan dan potensi wilayah yang diteliti. Sifat-sifat tanah tersebut merupakan parameter untuk diuji hubungannya dengan vegetasi mangrove yang terbentuk. Analisis dilakukan terhadap 23 sifat tanah, baik sifat fisik maupun sifat kimia, mencakup tanah lapisan atas, tanah lapisan tengah, dan tanah lapisan bawah. Sifat kimia tanah tersebut meliputi pH H 2 O, C-Organik, N-Total, P- Tersedia, Ca-dd, Mg-dd, K-dd, Na-dd, Total Basa, KTK, KB, Al-dd, H-dd, Fe, S- tersedia, Ec, Salinitas dan tekstur tanah. Sifat Kimia Tanah Kemasaman Tanah Tanah pada zona 1 BSR1 dengan vegetasi Avicennia memiliki pH di atas 5 yaitu pH 5,6-6,6 yang menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki tingkat kemasaman sedang hingga rendah. Nilai pH tanah terkecil terdapat pada lapisan atas, sedangkan nilai pH tertinggi terdapat pada lapisan tengah seperti yang terlihat pada Gambar 4 di bawah ini. Gambar 4. Grafik Tingkat Kemasaman Tanah pH H 2 O, Blanakan Subang. Zona 2 BSR2 dengan vegetasi Rhizophora mucronata memiliki nilai pH 4,6-6,1 yang menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki tingkat kemasaman yang tinggi hingga sedang. Nilai pH terkecil terdapat pada lapisan tengah, sedangkan nilai pH tertinggi terdapat pada lapisan bawah. BSR1.1 BSR1.5 BSR1.10 BSR2.1 BSR2.5 BSR2.10 BSR3.1 BSR3.5 BSR3.10 BSR4.1 BSR4.5 BSR4.10 pH H2O 5,0 6,6 5,6 5,7 4,6 6,1 4,8 5,5 6,9 4,8 5,0 5,3 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 Nila i pH T a na h Tingkat Kemasaman Tanah pH H 2 O Blanakan, Kabupaten Subang 21 Kemasaman tanah pada zona 3 BSR3 dengan vegetasi jeruju dan zona 4 BSR4 dengan vegetasi Sonneratia acida dapat dilihat pada gambar 4 di atas, dimana pada zona 3 pH tanah berkisar antara 4,8-6,9 yang menunjukkan bahwa tanah pada zona ini memiliki tingkat kemasaman yang tinggi hingga sangat rendah. Nilai pH terkecil terdapat pada lapisan atas, sedangkan nilai pH tertinggi terdapat pada lapisan bawah. Nilai pH pada zona 4 berkisar antara 4,8-5,3 yang menunjukkan bahwa tanah pada zona 4 memiliki tingkat kemasaman yang tinggi. Zona 4 memiliki tingkat kemasaman paling tinggi dibandingkan dengan tanah pada keempat zona lainnya. Nilai pH terkecil pada zona 4 terdapat pada lapisan 1 sedangkan nilai pH tertinggi terdapat pada lapisan bawah. Pengamatan berdasarkan nilai pH pada keempat lokasi menunjukkan bahwa pengaruh genangan, aerasi tanah, dan aliran air baik dari sungaimuaralaut yang menyebabkan nilai pH pada keempat lokasi berbeda-beda. Tanah dengan vegetasi Avicennia marina memiliki aerasi yang paling baik dibandingkan dengan ketiga jenis tanah lainnya, selain itu aliran air berpengaruh pada tanah ini karena kondisi di lapang terlihat bahwa tanah ini memiliki masa keringtidak tergenang pada musim kemarau panjang. Sedangkan pada tanah dengan vegetasi Rhizophora mucronata yang cenderung lebih kering jika diamati di lapang memiliki pH dengan batas minimum kemasaman tinggi, hal ini dikarenakan lokasi tanah Rhizophora mucronata relatif sedikit sekali dipengaruhi oleh aliran air. Tanah dengan vegetasi Jeruju memiliki rentang kisaran nilai pH yang paling tinggi dibandingkan dengan zona lainnya, tanah ini terpengaruh oleh aliran air namun selalu tergenang. Kondisi yang hampir serupa juga ditemukan pada kondisi tanah dengan vegetasi Sonneratia acida, dimana tanah selalu tergenang. Zona Jeruju dan Sonneratia acida pada sekitar pukul 17.00 WIB sore hari mengalami kenaikan air pengaruh pasang hingga mencapai 30 cm. Penyebab zona Sonneratia acida lebih rendah dibandingkan dengan zona Jeruju, dimungkinkan karena zona Sonneratia acida dekat dengan zona yang selalu tergenang sedangkan zona Jeruju dikelilingi oleh zona mangrove yang telah dibudidayakan sehingga aerasi sekitar zona Jeruju menjadi lebih baik. 22 Daya Hantar Listrik DHLEC Nilai Daya Hantar Listrik DHLEC dari lapisan atas ke lapisan bawah pada tanah zona 1 semakin meningkat dengan nilai berkisar antara 7,63 mScm sampai dengan 13,7 mScm, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5 di bawah ini. Nilai DHL terkecil pada zona 1 terdapat pada lapisan atas, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada lapisan bawah. Nilai DHL pada zona 1 tergolong rendah dibandingkan dengan nilai DHL pada tanah mangrove secara umum. Hal ini dapat menunjukkan bahwa keempat zona dipengaruhi oleh air laut dan air sungai dengan kecenderungan dari zona 1 ke zona 4 pengaruh air laut semakin berkurang dan pengaruh air sungai semakin meningkat. Gambar 5. Grafik Nilai Daya Hantar Listrik DHLEC Tanah, Blanakan Subang Daya hantar listrik untuk zona 2 BSR2 vegetasi Rhizophora mucronata memiliki nilai DHLEC yang lebih rendah dibandingkan dengan zona 1 dengan nilai berkisar 4,12 mScm sampai dengan 8,12 mScm. Hal ini juga menunjukkan bahwa lokasi zona 2 lebih sedikit dipengaruhi air payauasin dibandingkan dengan zona 1, karena lokasi zona 2 yang juga relatif lebih jauh dengan sungai dibandingkan zona 1. Nilai DHLEc pada zona 2 mengalami peningkatan dari lapisan atas ke lapisan bawah, dengan nilai terkecil terdapat pada lapisan atas dan nilai tertinggi terdapat pada lapisan bawah. Zona 3 BSR3 dengan vegetasi jeruju memiliki nilai rata-rata DHL yang lebih rendah lagi dibandingkan dengan nilai DHL pada zona 1 dan zona 2. Nilai BSR1.5 BSR1.10 BSR2.1 BSR2.5 BSR2.10 BSR3.1 BSR3.5 BSR3.10 BSR4.1 BSR4.5 BSR4.10 EC mScm 7,63 11,13 13,70 4,12 7,30 8,12 4,90 6,05 6,96 3,11 3,65 5,62 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 Nila i DH L E C T a na h Nilai DHLEC Tanah mScm, Blanakan Subang 23 DHL zona 3 berkisar antara 4,9 mScm sampai dengan 6,96 mScm, dengan nilai DHL terkecil terdapat pada lapisan atas dan nilai DHL tertinggi terdapat pada lapisan bawah. Sedangkan pada zona 4 memiliki nilai rata-rata DHL paling rendah dibandingkan dengan ketiga zona lainnya, yaitu berkisar antara 3,11 mScm sampai dengan 5,62 mScm. Nilai DHL semakin meningkat dari lapisan atas ke lapisan bawah. Dari hasil pengamatan DHLEC menunjukkan bahwa dari zona Avicennia marina hingga zona Sonneratia acida sedikit sekali dipengaruhi oleh air asin, hal ini karena lokasi penelitian berjarak cukup jauh dengan laut. Aliran air yang mempengaruhi keempat lokasi ini berasal dari aliran sungai dan air cenderung payau. Kadar Air Persentase kadar air keempat zona sangat tinggi, hal ini karena keempat zona saat pengambilan sampel berada pada kondisi tergenang. Persentase kadar air lapang pada zona 1 paling kecil jika dibandingkan dengan zona lainnya. persentase kadar air dari lapisan atas ke lapisan bawah pada tanah di zona 1 BSR1 semakin menurun dengan persentase kadar air berkisar antara 88,86 sampai dengan 95,15, hal ini dapat dilihat pada gambar 6. berikut ini. Rendahnya nilai persentase kadar air pada zona ini kemungkinan dipengaruhi oleh kerapatan tanaman, dimana pada zona ini kerapatan tanaman sangat tinggi dibandingkan dengan zona lainnya. Selain itu, serasah dan lumpur pada lapisan atas tanah yang tebal dapat menghambat air yang masuk ke tanah. Gambar 6. Grafik Nilai Persentase Kadar Air Tanah Blanakan, Subang BSR1.1 BSR1.5 BSR1.10 BSR2.1 BSR2.5 BSR2.10 BSR3.1 BSR3.5 BSR3.10 BSR4.1 BSR4.5 BSR4.10 Kadar Air 95 93 89 120 104 101 124 121 110 183 117 137 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 K a da r Air Nilai Kadar Air Tanah Blanakan, Subang 24 Gambar 6 di atas juga menunjukkan persentase kadar air pada zona 2, zona 3, dan zona 4 dengan persentase kadar air di atas 100. Persentase kadar air pada zona 2 berkisar antara 101,22 sampai 120,23 dengan nilai persentase yang semakin menurun dari lapisan atas ke lapisan bawah. Persentase kadar air pada zona 3 sebesar 110,12 sampai 124,42 dengan nilai persentase yang semakin menurun dari lapisan atas ke lapisan bawah. Pada zona 4 persentase kadar air berkisar antara 117,32 sampai dengan 182,91. Persentase kadar air terkecil pada zona 4 terdapat pada lapisan tengah sedangkan persentase kadar air tertinggi terdapat pada lapisan atas. Tekstur Tekstur pada tanah zona 1 didominasi oleh klei dengan kandungan yang semakin meningkat dari lapisan atas ke lapisan bawah, berkisar antara 62,2 sampai dengan 71,1. Rata-rata persentase klei pada zona 1 paling kecil dibandingkan dengan rata-rata persentase klei pada ketiga zona lainnya. Sedangkan persentase debu memiliki nilai berkisar antara 25,9 sampai 37,1, nilai persentase debu semakin menurun dari lapisan atas ke lapisan bawah. Sebaliknya pada persentase pasir, nilainya semakin meningkat dari lapisan atas ke lapisan bawah dengan persentase pasir berkisar antara 0,66 sampai 2,34 seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Gambar 7. Grafik Persentase Pasir, Debu, dan Klei, serta Kematangan n-value Tanah Blanakan, Subang BSR1.1 BSR1.5 BSR1.10 BSR2.1 BSR2.5 BSR2.10 BSR3.1 BSR3.5 BSR3.10 BSR4.1 BSR4.5 BSR4.10 Pasir 0,72 0,66 2,34 0,69 0,92 0,67 1,05 1,00 0,58 0,72 4,01 1,06 Klei 62,23 73,42 71,09 77,18 75,78 75,46 75,43 74,45 82,24 92,24 73,35 76,19 Debu 37,06 25,92 26,57 22,13 23,31 23,87 23,53 24,55 17,18 7,04 22,64 22,75 n-value 1,6 2,7 2,3 3,2 2,3 3,0 3,0 2,8 4,0 4,8 3,4 4,0 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 Nila i Tekstur Pasir, Debu, Klei dan n-value Tanah Blanakan Subang 25 Komposisi tekstur pada zona 2 didominasi oleh klei dengan persentase berkisar antara 75,5 sampai dengan 77,2. Persentase klei mengalami penurunan dari lapisan atas ke lapisan bawah. Komposisi tekstur tertinggi kedua yaitu debu dengan nilai persentase berkisar antara 22,1 sampai 23,9. Kecenderungan persentase debu semakin meningkat nilainya dari lapisan atas ke lapisan bawah. Komposisi pasir sangatlah kecil pada tanah di zona 2, berkisar antara 0,67 sampai dengan 0,92. Persentase pasir terkecil terdapat pada lapisan bawah, sedangkan persentase pasir tertinggi terdapat pada lapisan tengah. Tekstur tanah pada zona 3 masih didominasi oleh klei dengan nilai persentase berkisar antara 74,4 sampai dengan 82,2. Persentase klei terkecil terdapat pada lapisan tengah dan persentase klei tertinggi terdapat pada lapisan bawah. Persentase debu pada tanah zona 3 berkisar antara 17,2 sampai dengan 23,5. Nilai persentase debu terkecil terdapat pada lapisan bawah dan persentase debu tertinggi terdapat pada lapisan tengah. Persentase pasir tanah zona 3 sebesar 0,58 sampai 1,05 dengan nilai persentase debu yang semakin menurun dari lapisan atas ke lapisan bawah. Tanah zona 4 masih didominasi oleh klei dengan persentase sebesar 73,4 sampai dengan 92,2. Nilai persentase klei pada lapisan atas adalah nilai persentase tertinggi hingga mencapai 92, sedangkan nilai persentase klei terkecil terdapat pada lapisan tengah. Komposisi tekstur zona 4 berikutnya adalah debu dengan nilai persentase berkisar antara 7,04 sampai dengan 22,8. Nilai persentase debu meningkat dari lapisan atas ke lapisan bawah. Persentase pasir pada zona 4 memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata- rata persentase pasir ketiga zona lainnya. Nilai persentase pasir berkisar antara 0,72 sampai 4,01 dengan nilai terkecil terdapat pada lapisan atas dan nilai tertinggi terdapat pada lapisan tengah. Apabila kita perhatikan gambar 7 di atas, terlihat komposisi tekstur keempat zona didominasi oleh klei, hal ini disebabkan karena aliran air yang tenang menuju ke laut hilir banyak membawa dan mengendapkan klei. Nilai persentase klei ini juga mengalami peningkatan dari zona 1 ke zona 4. Rata-rata persentase klei terkecil terdapat pada zona 1, sedangkan rata-rata persentase terbesar terdapat pada zona 4. Kecenderungan ini juga dimiliki oleh persentase pasir, terlihat 26 kenaikan persentase pasir dari zona 1 ke zona 4. Rata-rata persentase pasir terkecil terdapat pada zona 1, sedangkan rata-rata persentase terbesar terdapat pada zona 4. Hal ini berbeda dengan persentase debu, dari zona 1 ke zona 4 nilai persentase debu semakin menurun. Rata-rata persentase debu terbesar terdapat pada zona 1, sedangkan rata-rata persentase debu terkecil terdapat pada zona 4. Kematangan Tanah n-value Nilai kematangan suatu tanah berhubungan dengan besarnya air yang diikat oleh klei. Menurut tabel 1, kematangan tanah juga dapat kita lihat dari kadar air lapang tanah tersebut. Kematangan tanah daerah ini umumnya relatif rendah atau termasuk ke dalam kelompok tanah belum matang, hal ini ditunjukkan pada nilai n-valuenilai kematangan yang sangat tinggi yaitu lebih besar dari 1, pada tanah yang ditanami Avicenniazona 1 memiliki nilai kematangan tanah 1,6-2,4 dengan n-value terkecil terdapat pada lapisan atas dan n-value tertinggi terdapat pada lapisan tengah. Zona 2 memiliki rata-rata n-value tanah yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata n-value tanah zona 1, hal ini menunjukkan zona 2 tanahnya lebih mentah dibandingkan dengan zona 1. Besarnya n-value zona 2 sebesar 2,28 sampai 3,15 dengan n-value terkecil terdapat pada lapisan tengah dan n-value tertinggi terdapat pada lapisan atas. Kematangan tanah zona 3 berkisar antara 2,78 sampai 3,96, dengan n-value terkecil terdapat pada lapisan tengah dan n-value tertinggi terdapat pada lapisan atas. Nilai kematangan terendah pada tanah zona 4 dengan nilai kematangan berkisar antara 3,39 sampai 4,8 dengan n-value terkecil terdapat pada lapisan tengah dan n-value tertinggi terdapat pada lapisan atas. Secara berurutan dapat kita amati bahwa rata-rata n-value tanah dari zona 1 ke zona 4 semakin meningkat sesuai dengan peningkatan persentase klei pada tanah keempat zona, hal ini menunjukkan bahwa dari zona 1 ke zona 4 tanahnya semakin mentah. Kematangan tanah semakin rendah seiring dengan meningkatnya kadar air lapang. Kapasitas Tukar Kation Nilai KTK pada tanah di zona 1 BSR1 berkisar antara 23,9 me100 gram sampai dengan 33,2 me100 gram. Nilai KTK terkecil terdapat pada lapisan atas, sedangkan nilai KTK tertinggi terdapat pada lapisan tengah. Nilai KTK tanah zona 2 berkisar antara 30,2 me100 gram sampai dengan 39,83 me100. Persentase 27 KTK pada lapisan atas tanah zona 2 lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan tengah tanah, sedangkan nilai KTK pada lapisan tengah lebih rendah dibandingkan dengan lapisan bawah. Nilai KTK tanah zona 3 berkisar antara 28,7 me100 gram sampai dengan 31,5 me100 gram. Nilai terkecil terdapat pada lapisan atas dan lapisan bawah, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada lapisan tengah. Nilai KTK tanah zona 4 berkisar antara 25 me100 gram sampai dengan 36,7 me100 gram, dengan nilai terkecil terdapat pada lapisan tengah dan nilai tertinggi terdapat pada lapisan atas. Peningkatan KTK pada zona 1, zona 2, dan zona 3 seiring dengan peningkatan kandungan klei dalam tanah. Pada zona 4, peningkatan KTK terjadi secara acak. Berdasarkan nilai KTK tanah, keempat zona tidak berbeda signifikan. Kation Basa Zona 1 memiliki kandungan kalium, magnesium, kalsium, dan natrium yang mengalami peningkatan dari lapisan atas ke lapisan bawah. Kandungan basa-basa pada zona ini sesuai dengan kenaikan pH dari lapisan atas ke lapisan bawah. Kandungan Basa-basa ini berpengaruh pada nilai persentase kejenuhan natrium ESP dan nisbah jerapan natrium SAR. Nilai ESP dan nilai SAR dari lapisan atas ke lapisan bawah mengalami kenaikan. Persentase ESP tanah di zona 1 berada di atas 50 yang menunjukkan bahwa tanah ini termasuk ke dalam kelompok tanah sangat sodik. Nilai SAR pada zona ini tergolong sangat rendah, hal ini berkaitan dengan DHLEc dan Na yang dipengaruhi oleh air laut. Persentase KB pada lapisan atas ke lapisan bawah mengalami peningkatan dengan nilai berkisar 97,4 sampai dengan 162. Pada zona 2, Kandungan Na berkisar antara 11,6 me100 gram sampai dengan 18,3 me100 gram. Kandungan Na ini lebih rendah dibandingkan dengan kandungan Na pada zona 1. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh air laut lebih sedikit diterima oleh tanah pada zona 2 dibandingkan dengan zona 1. Sedangkan nilai K pada zona ini berkisar antara 0,7 me100 gram sampai dengan 1,03 me100 gram. mengalami kenaikan dari lapisan atas ke lapisan bawah. Kandungan Ca mengalami penurunan dari lapisan atas ke lapisan bawah. Kandungan Mg pada zona 2 berkisar antara 14,7 me100 gram sampai 17,2 me100 gram dengan nilai terkecil pada lapisan tengah dan nilai tertinggi terdapat pada lapisan atas. Jika kita 28 amati kandungan basa-basa pada zona 2 tidak mengikuti perubahan pH tanah, dimana seharusnya kandungan Ca semakin meningkat mengikuti kenaikan pH dan kandungan Mg terdapat pada lapisan yang memiliki pH tertinggi. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena rentang nilai pH yang tinggi sehingga variasi menjadi tinggi dan error semakin tinggi. Berdasarkan gambar 8, dapat kita ketahui nilai ESP dan SAR mengalami kenaikan dari lapisan atas ke lapisan bawah. Persentase ESP tergolong tinggi artinya tanah tergolong sodik, dan nilai SAR zona 2 masih tergolong rendah. Persentase KB pada lapisan ini berkisar antara 75,4 sampai 104 dengan nilai terkecil terdapat pada lapisan tengah dan nilai tertinggi terdapat pada lapisan atas. Gambar 8. Grafik KTK; Kandungan Na, K, Mg, dan Ca; Kejenuhan Basa; Persentase ESP; dan Nilai SAR Tanah Blanakan Subang. Pada zona 3 yang mengalami kenaikan nilai dari lapisan atas ke lapisan bawah terlihat pada kandungan K dan kandungan Ca sesuai dengan kenaikan pH tanah zona tersebut. Kandungan Na pada zona 3 berkisar antara 11,1 me100 gram sampai dengan 13 me100 gram dengan nilai terkecil terdapat pada lapisan tengah dan nilai tertinggi terdapat pada lapisan bawah. Kandungan Na lebih rendah dibandingkan dengan tanah zona 1 dan tanah zona 2, yang menunjukkan bahwa tanah zona 3 lebih sedikit dipengaruhi oleh air laut dibandingkan dengan tanah BSR1.1 BSR1.5 BSR1.10 BSR2.1 BSR2.5 BSR2.10 BSR3.1 BSR3.5 BSR3.10 BSR4.1 BSR4.5 BSR4.10 KTK 23,94 33,24 28,24 39,83 30,19 34,54 28,69 31,51 28,71 36,67 24,97 28,80 Na 11,29 18,61 24,85 11,60 15,56 18,28 11,44 11,12 13,04 6,99 6,49 9,98 K 0,49 0,57 0,63 0,67 0,96 1,03 0,88 0,88 0,89 0,42 0,33 0,39 Mg 11,30 17,38 20,03 17,22 14,66 15,88 14,70 15,24 13,83 15,04 10,03 11,24 Ca 0,25 0,31 0,38 0,52 0,33 0,30 0,31 0,41 0,63 0,85 0,62 0,60 KB 97,44 110,90 162,44 75,37 104,38 102,70 95,27 87,77 98,86 63,55 69,94 77,09 ESP 47,14 55,97 87,99 29,13 51,55 52,91 39,88 35,29 45,40 19,05 26,00 34,66 SAR 3,32 4,42 5,50 2,75 4,02 4,54 2,95 2,81 3,43 1,75 1,99 2,90 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00 180,00 Nila i KTK; Kandungan Na, K, Mg, dan Ca; Kejenuhan Basa; ESP; dan SAR Tanah Blanakan Subang 29 zona 1 dan tanah zona 2. Kandungan Mg zona 3 berkisar antara 13,8 me100 gram sampai dengan 15,2 me100 gram, kandungan Mg terkecil terdapat pada lapisan bawah dan kandungan Mg tertinggi terdapat pada lapisan tengah. Persentase kejenuhan basa zona 3 kurang dari 100 dengan kisaran nilai 87,8 sampai dengan 98,9, dengan nilai KB terkecil terdapat pada lapisan tengah dan nilai KB tertinggi terdapat pada lapisan bawah. Persentase ESP zona ini berkisar antara 35,3 sampai dengan 45,4 tergolong ke dalam tanah sodik, persentase ESP terkecil terdapat pada lapisan tengah dan tertinggi terdapat pada lapisan bawah. Nilai SAR zona 3 pada lapisan atas sampai lapisan bawah semakin meningkat. Kandungan Na pada zona 4 berkisar antara 6,49 me100 gram sampai dengan 9,98 me100 gram dengan nilai terkecil terdapat pada lapisan tengah dan nilai tertinggi terdapat pada lapisan bawah. Kandungan Na pada zona ini paling rendah dibandingkan dengan keempat zona lainnya. Kandungan K berkisar antara 0,33 me100 gram sampai dengan 0,42 me100 gram. Kandungan K terkecil terdapat pada lapisan tengah dan kandungan K tertinggi terdapat pada lapisan atas. Kandungan Mg zona 4 berkisar antara 10 me100 gram sampai dengan 15 me100 gram, kandungan Mg terkecil terdapat pada lapisan tengah dan kandungan Mg tertinggi terdapat pada lapisan atas. Kandungan Ca zona ini berkisar antara 0,6 me100 gram sampai dengan 0,85 me100 gram, dengan nilai yang semakin menurun dari lapisan atas ke lapisan bawah. Kejenuhan basa zona 4 meningkat dari lapisan atas ke lapisan bawah dengan nilai berkisar 63,5 sampai dengan 77,1. Nilai ESP pada zona 4 berkisar antara 19,05 sampai dengan 34,66 tergolong ke dalam tanah sodik, sedangkan nilai SAR yang tergolong sangat kecil berkisar antara 1,75 sampai dengan 2,90. Nilai ESP dan SAR semakin meningkat dari lapisan atas ke lapisan bawah. 30 Kejenuhan masing-masing kation pada masing-masing zona dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 9. Grafik Kejenuhan Kation-Kation Kejenuhan Na pada zona 1 berkisar antara 47 sampai dengan 88 dengan persentase kejenuhan Na yang semakin meningkat dari lapisan atas ke lapisan bawah, kejenuhan K pada zona ini sama pada ketiga lapisan yaitu sebesar 2, kejenuhan Mg mengalami kenaikan dari lapisan atas ke lapisan bawah dengan nilai terendah sebesar 47 sampai dengan 71, sedangkan kejenuhan Ca sama halnya dengan kejenuhan K sama pada ketiga lapisan yaitu sebesar 1. Pada lapisan atas tanah zona 1, kejenuhan basa-basa didominasi oleh Na dan Mg dengan urutan perbandingan persentase kejenuhan kation Na:Mg:K:Ca yaitu 47:47:2:1. Pada lapisan tengah tanah zona 1, kejenuhan basa-basa didominasi oleh Na dengan urutan perbandingan persentase kejenuhan kation Na:Mg:K:Ca yaitu 56:52:2:1, sama halnya susunan kation pada lapisan bawah tanah zona 1 serupa dengan susunan pada lapisan tengah dengan urutan perbandingan persentase kejenuhan Na:Mg:K:Ca yaitu 88:71:2:1. Kejenuhan Na pada zona 2 terendah sebesar 29 dan tertinggi sebesar 53, dengan persentase kejenuhan Na yang semakin meningkat dari lapisan atas ke lapisan bawah. Kejenuhan K pada zona 2 mengalami peningkatan dari lapisan atas ke lapisan bawah dengan nilai terendah sebesar 2 sampai dengan 3. Kejenuhan Mg pada zona ini mengalami peningkatan dari lapisan atas ke lapisan bawah namun tidak beraturan. Sedangkan persentase kejenuhan Ca sama pada BSR1.1 BSR1.5 BSR1.10 BSR2.1 BSR2.5 BSR2.10 BSR3.1 BSR3.5 BSR3.10 BSR4.1 BSR4.5 BSR4.10 Kejenuhan Na 47 56 88 29 52 53 40 35 45 19 26 35 Kejenuhan K 2 2 2 2 3 3 3 3 3 1 1 1 Kejenuhan Mg 47 52 71 43 49 46 51 48 48 41 40 39 Kejenuhan Ca 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 P er sen tase K ej en u h an Katio n Kejenuhan Kation-Kation 31 setiap lapisan dengan persentase sebesar 1. Pada zona 2, lapisan atas tanah di dominasi oleh Mg kemudian diikuti dengan Na, K dan Ca dengan urutan perbandingan persentase kejenuhan kation Na:Mg:K:C yaitu 29:43:2:1. Lapisan tengah tanah zona 2 didominasi oleh Na dengan urutan perbandingan persentase kejenuhan kation Na:Mg:K:C yaitu 52:49:3:1. Lapisan bawah tanah zona 2 didominasi oleh Na dengan urutan perbandingan persentase kejenuhan kation Na:Mg:K:C yaitu 53:46:3:1. Kejenuhan Na pada zona 3 terendah sebesar 35 pada lapisan tengah dan tertinggi sebesar 45 pada lapisan bawah. Kejenuhan K pada zona ini bernilai sama pada setiap lapisan yaitu sebesar 3. Kejenuhan Mg pada zona 3 mengalami penurunan dari lapisan atas ke lapisan bawah dengan persentase terendah sebesar 48 dan persentase tertinggi sebesar 51. Kejenuhan Ca pada zona 3 mengalami peningkatan dari lapisan atas ke lapisan bawah dengan nilai terendah sebesar 1 san tertinggi sebesar 2. Pada lapisan atas tanah zona 3 didominasi oleh Mg dengan urutan perbandingan persentase kejenuhan kation Mg:Na:K:Ca yaitu 51:40:3:1. Pada lapisan tengah, kejenuhan basa didominasi oleh kation Mg dengan urutan perbandingan persentase kejenuhan kation Mg:Na:K:Ca yaitu 48:35:3:1. Pada lapisan bawah, kejenuhan basa masih didominasi oleh kation Mg dengan urutan perbandingan persentase kejenuhan kation Mg:Na:K:Ca yaitu 48:45:3:2. Kejenuhan Na pada zona 4 dari lapisan atas ke lapisan bawah mengalami peningkatan dengan nilai terendah sebesar 19 dan nilai tertinggi sebesar 35. Kejenuhan K pada zona 4 sama pada setiap lapisan yaitu sebesar 1, sama halnya dengan kejenuhan Ca zona 4 sama pada setiap lapisan sebesar 2. Sedangkan kejenuhan Mg pada zona 4 mengalami penurunan dari lapisan atas ke lapisan bawah dengan nilai terendah sebesar 39 dan nilai tertinggi sebesar 41. Kejenuhan basa pada lapisan atas tanah zona 4 didominasi oleh Mg dengan urutan perbandingan persentase kejenuhan kation Mg:Na:K:Ca yaitu 41:19:1:2. Kejenuhan basa pada lapisan tengah didominasi oleh Mg dengan urutan perbandingan persentase kejenuhan kation Mg:Na:K:Ca yaitu 40:26:1:2. Kejenuhan basa pada lapisan bawah masih didominasi oleh Mg dengan perbandingan persentase kejenuhan Mg:Na:K:Ca yaitu 39:35:1:2. 32 Pada keempat zona ini dapat kita lihat perubahan susunan kimia tanah akibat pengaruh aliran airsungaimuara yang mengandung garam-garam terlarut. Pada zona 1 Avicennia marina dapat kita perhatikan bahwa rata-rata kandungan Mg pada lapisan atas tanah relatif lebih besar dibandingkan dengan rata-rata kandungan nilai Na. Jika dilihat dari kejenuhan kation, kejenuhan Na dan Mg tidak signifikan pada lapisan atas atau dapat dikatakan bahwa kejenuhan Na dan Mg pada lapisan atas relatif sama. Kemudian susunan kation diikuti dengan kandungan K dan Ca, sehingga urutan kation pada zona 1 lapisan atas berdasarkan kejenuhan basa-basanya adalah NaMgKCa. Lapisan tengah dan lapisan bawah menunjukkan hal yang sedikit berbeda dengan lapisan atas, dimana nilai Na lebih tinggi dibandingkan dengan Mg begitu pula kejenuhan Na dan Mg sehingga susunan kation pada lapisan tengah dan bawah adalah NaMgKCa mengikuti model I. Jika kita perhatikan kejenuhan basa-basa pada zona 1, terlihat kejenuhan Na sangat tinggi dan mendominasi yang menunjukkan banyak terkandung garam-garam bebas serta kandungannya semakin meningkat mengikuti pertambahan kedalaman. Pada zona 2 Rhizophora mucronata rata-rata kandungan Mg relatif lebih besar dibandingkan dengan kandungan Na pada permukaan tanah, kemudian diikuti oleh kandungan K dan Ca secara berturut-turut, sehingga urutan kation pada zona 2 adalah MgNaKCa dipermukaan. Namun pada lapisan tengah dan lapisan bawah, susunan basa didominasi oleh Na. Susunan kation pada lapisan tengah dan bawah adalah NaMgKCa. Kejenuhan basa-basa pada zona 2, menunjukkan kandungan garam bebas yang tinggi dengan nilai kejenuhan Na mendominasi pada lapisan tengah dan lapisan bawah yang semakin meningkat. Berbeda dengan lapisan atas, dimana kejenuhan basa didominasi oleh Mg. Zona 3 Jeruju memiliki rata-rata kandungan Mg yang lebih besar dibandingkan dengan kandungan Na, dan berturut-turut menurun nilainya pada kandungan K dan kandungan Ca, sehingga susunan kation pada zona 3 adalah MgNaKCa. Kejenuhan basa-basa pada zona 3 didominasi oleh Mg pada setiap lapisan yang menunjukkan bahwa tidak ada garam bebas. Zona 4 memiliki nilai kandungan Mg tertinggi kemudian berturut-turut menurun pada kandungan Na, Ca, dan K, sehingga susunan kation 33 MgNaCaK. Kejenuhan basa-basa pada zona 4 didominasi oleh Mg pada setiap lapisan yang menunjukkan bahwa tidak ada garam bebas seperti halnya pada zona 3. Namun Kejenuhan Basa pada zona 4 lebih rendah jika dibandingkan dengan zona 3. Jika kita amati pada zona 1, zona 2, dan zona 3 memiliki susunan kation yang sama mendekati model I, apabila kita perhatikan kejenuhan kation pada masing-masing zona terdapat perbedaan yang signifikan mengikuti pengaruh dari jarak atau aliran air dari sungaimuaralaut. Nilai rata-rata kandungan natrium semakin menurun dari zona 1 ke zona 4 diikuti dengan menurunnya kandungan garam-garam bebas, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh aliran air sungaimuaralaut semakin berkurang. Sama halnya dengan pH, keempat zona yang menunjukkan jarakpengaruh yang semakin berkurang dari zona 1 sampai zona 4. Seiring dengan menurunnya kejenuhan natrium dan kandungan garam- garam bebas, rata-rata kejenuhan kalsium mengalami peningkatan dari zona 1 ke zona 4. Kecenderungan natrium mengalami penurunan diiringi dengan peningkatan kalsium mendekati model III dimana CaMgNa atau K meskipun susunannya tidak terlihat seperti model III. Berdasarkan nilai kandungan basa-basa dan nilai SAR terlihat bahwa keempat zona sangat sedikit dipengaruhi oleh air laut. Kecenderungan semakin berkurangnya pengaruh air laut dapat terlihat pada zona 1 ke zona 4 dimana kandungan Na dan nilai SAR yang semakin menurun. Berdasarkan kandungan basa-basa, persentase ESP, dan nilai SAR secara berturut-turut dari zona 1 menuju zona 4 semakin menjauh dari air laut atau pengaruh air laut semakin sedikit. Besi Fe Zona 1 memiliki kandungan Fe berkisar antara 2,16 ppm sampai dengan 10,80 ppm dengan kandungan yang semakin menurun dari lapisan atas ke lapisan bawah. Pada zona 2 memiliki rata-rata kandungan Fe lebih besar dibandingkan dengan kandungan Fe pada zona 1, dengan nilai kandungan Fe berkisar antara 3,71 ppm sampai dengan 27,89 ppm. Kandungan Fe terkecil pada zona 2 terdapat pada lapisan atas sedangkan kandungan tertinggi terdapat pada lapisan bawah. Zona 3 memiliki kandungan Fe berkisar 4,12 ppm sampai dengan 16,47 ppm dengan kandungan Fe yang semakin menurun dari lapisan atas ke lapisan bawah. 34 Zona 4 memiliki kandungan Fe berkisar antara 2,47 ppm sampai dengan 23,78 ppm dengan kandungan Fe yang semakin menurun dari lapisan atas ke lapisan bawah. Grafik kandungan Fe pada masing-masing zona terlihat pada gambar 10 berikut ini. Gambar 10. Grafik Kandungan Fe ppm Tanah Blanakan Subang. Penurunan dan kenaikan nilai kandungan Fe pada keempat zona terlihat sangat signifikan pada setiap lapisan. Zona Avicennia marina dan Jeruju memiliki penumpukan besi pada lapisan yang sama yaitu lapisan pertama, zona Rhizophora mucronata penumpukan besi terdapat pada lapisan tengah, sedangkan zona Sonneratia acida penumpukan besi terlihat pada lapisan atas. Belerang S Kandungan S-tersedia pada keempat zona tergolong kecil, seperti yang ditunjukkan pada gambar 10, hal ini mungkin disebabkan tanah pada daerah lokasi penelitian rata-rata memiliki kandungan belerang yang rendah yang juga dikarena pengaruh dari aliran air. Kandungan S-tersedia ini pun tidak mengikuti perubahan pH tanah. Ketersediaan belerang pada tanah akan semakin meningkat dengan meningkatnya pH tanah tersebut, sebaliknya apabila pH tanah mengalami penurunan maka kandungan S akan semakin kecil. Pada zona 1 kandungan S-tersedia berkisar antara 0,01 ppm sampai dengan 0,02 ppm dengan kecenderungan mengalami penurunan kandungan S-tersedia dari lapisan atas ke lapisan bawah. Pada zona 2, kandungan S-tersedia hampir sangat kecil berkisar antara 0,0045 ppm sampai dengan 0,01 ppm dengan kecenderungan yang semakin meningkat kandungannya BSR1.1 BSR1.5 BSR1.10 BSR2.1 BSR2.5 BSR2.10 BSR3.1 BSR3.5 BSR3.10 BSR4.1 BSR4.5 BSR4.10 Fe ppm 10,80 4,26 2,16 3,71 27,89 19,54 16,47 12,94 4,12 23,78 19,33 2,47 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 F e pp m Kandungan Fe ppm 35 dari lapisan atas ke lapisan bawah. Zona 3 memiliki kandungan S berkisar 0,02 ppm sampai 0,03 ppm, pada lapisan atas dan lapisan tengah memiliki kandungan yang sama yaitu 0,03 ppm sedangkan kandungan S-tersedia terkecil terdapat pada lapisan bawah. Zona 4 memiliki nilai kandungan S-tersedia sama pada lapisan atas dan lapisan bawah yaitu sebesar 0,02 ppm, sedangkan pada lapisan tengah kandungan S-tersedia sebesar 0,03 ppm. C-Organik Persentase karbon organik C-organik zona 1 sebesar 1,37 sampai dengan 3,47, dengan persentase C-organik terkecil terdapat pada lapisan tengah dan kandungan C-organik tertinggi terdapat pada lapisan atas. Pada zona 2, kandungan C-organik sebesar 1,65 sampai dengan 3,92, dengan persentase C-organik terkecil terdapat pada lapisan bawah dan persentase tertinggi terdapat pada lapisan tengah. Kandungan C-organik pada zona 3 sebesar 1,89 sampai dengan 3,32 dengan kandungan C-organik terkecil terdapat pada lapisan bawah dan kandungan tertinggi terdapat pada lapisan tengah. Pada zona 4 memiliki kandungan C- organik sebesar 1,99 sampai dengan 5,95 dengan persentase C-organik yang semakin menurun dari lapisan atas ke lapisan bawah. Fosfor Nilai fosfor tersedia P-tersedia pada lokasi penelitian tidak mengikuti perubahan pH, dimana seharusnya semakin masam kandungan P-tersedia akan semakin kecil dan sebaliknya semakin rendah kemasamannya kandungan P- tersedia semakin tinggi. P-tersedia pada zona 1 sebesar 0,63 ppm sampai dengan 1,88 ppm, dengan kandungan P-tersedia terkecil terdapat pada lapisan tengah dan kandungan tertinggi terdapat pada lapisang bawah. Kandungan P-tersedia zona 2 sebesar 0,89 ppm sampai dengan 2,67 ppm, memiliki nilai rata-rata P-tersedia lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan P-tersedia pada zona 1. Kandungan P-tersedia zona 2 memiliki kecenderungan yang semakin menurun dari lapisan atas ke lapisan bawah. Kandungan P-tersedia pada zona 3 sebesar 1,01 ppm sampai dengan 1,63 ppm dengan kandungan terkecil terdapat pada lapisan tengah dan kandungan P-tersedia tertinggi terdapat pada lapisan bawah. Zona 4 memiliki nilai rata-rata kandungan P-tersedia tertinggi dibandingkan dengan ketiga zona 36 lainnya yaitu sebesar 1,90 ppm sampai dengan 3,66 ppm dengan nilai kandungan P-tersedia yang semakin meningkat dari lapisan atas ke lapisan bawah. Nitrogen Nilai nitrogen total N-total akan semakin meningkat dengan menurunnya tingkat kemasaman atau meningkatnya nilai pH. Nitrogen total pada zona 1 paling rendah dibandingkan dengan N-total zona lainnya yaitu berkisar 0,04 sampai dengan 0,05. Lapisan atas dan lapisan tengah memiliki N-total yang sama, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada lapisan tengah. Kandungan N-total tertinggi dari keempat zona terdapat pada zona 2 dengan nilai sebesar 0,05 sampai dengan 0,14, dengan nilai kandungan N-total yang semakin menurun dari lapisan atas ke lapisan bawah. Zona 3 memiliki kandungan N-total sebesar 0,05 sampai dengan 0,08. Kandungan N-total pada lapisan atas dan lapisan tengah zona 3 memiliki nilai yang sama, sedangkan N-total terkecil terdapat pada lapisan bawah. N-total zona 4 sebesar 0,07 sampai dengan 0,18, dengan nilai N-total pada lapisan tengah dan lapisan bawah memiliki kesamaan serta N-total tertinggi terdapat pada lapisan atas. Gambar 11. Grafik S-Tersedia, Persentase C-Organik, P-tersedia, dan Persentase N-Total Tanah Blanakan, Subang. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat kita ketahui bahwa beberapa sifat kimia tanah pada lokasi penelitian tidak semuanya memiliki pengaruh terhadap jenis vegetasi mangrove yang tumbuh. Sifat kimia yang memiliki pengaruh terhadap perbedaan tipe mangrove di Desa Blanakan adalah daya hantar listrik, BSR1.1 BSR1.5 BSR1.10 BSR2.1 BSR2.5 BSR2.10 BSR3.1 BSR3.5 BSR3.10 BSR4.1 BSR4.5 BSR4.10 S-tersedia ppm 0,01 0,01 0,02 0,00 0,01 0,01 0,03 0,03 0,02 0,02 0,03 0,02 C-organik 3,47 1,37 1,88 2,82 3,92 1,65 3,23 3,32 1,89 5,95 2,01 1,99 P-tersedia ppm 1,33 0,63 1,88 2,67 1,25 0,89 1,42 1,01 1,63 1,90 3,26 3,66 N-total 0,04 0,05 0,04 0,14 0,11 0,05 0,08 0,08 0,05 0,18 0,07 0,07 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 Nila i S-tersedia, Persentase C-Organik, P-Tersedia, dan Persentase N-Total Tanah, Blanakan Subang 37 persentase kadar air lapang, kejenuhan basa, persentase kejenuhan kation-kation, SAR, dan kematangan tanah. Sifat kimia tersebut membuktikan bahwa zona yang terbentuk akibat pengaruh dari aliran air muarasungailaut, dimana keempat zona tersebut membentuk pola seperti pada gambar 12 di bawah ini. Gambar 12. Zonasi Mangrove Blanakan, Kabupaten Subang Zona yang mendekati aliran sungai atau dipengaruhi oleh air sungailaut adalah zona Avicennia marina kemudian secara berturut-turut menjauhi air sungailaut yaitu zona Rhizopora mucronata, dan Jeruju seperti yang ditunjukkan pada penampang horizontal zonasi mangrove di atas, namun karena sudah adanya campur tangan manusia dan usaha budidaya mangrove maka daerah yang mendekati laut seperti pada penampang vertikal terlihat bahwa terdapat Rhizopora Laut Jawa U 38 mucronata lebih dekat dengan laut kemudian secara berturut-turut yaitu Avicennia marina, Bruguiera, dan Sonneratia acida. Pembudidayaan mangrove banyak menggunakan Rhizophora mucronata karena pemeliharaannya relatif lebih mudah dan tahan terhadap arusaliran air. Tanah pada lokasi penelitian diklasifikasikan ke dalam tanah berjenis Entisol, hal ini dtunjukkan dari kondisi tanah yang belum berkembang dan n- value yang tinggi atau kematangan tanah sangat rendah. Keempat zona digenangi oleh air sehingga tergolong subordo Aquent. Klasifikasi pada level great group, tanah lokasi ini tergolong ke dalam Hydraquent, dimana memiliki ciri-ciri tanah tergolong “mentah” dengan kandungan air yang tinggi, nilai n 0.7, dan kandungan fraksi klei 8. 39

4.3. Pembahasan Umum