9
Pada tabel 2. di atas, penggenangan kelas 1 digenangi oleh seluruh pasang all high tide. Spesies predominan dalam lingkungan ini adalah Rhizophora
apiculata, R. Stylosa, dan R. Mucronata. Rhizophora mucronata menempati daerah di bawah pengaruh air tawar yang besar, sementara pada R. apiculata dan
R. stylosa berada pada kondisi asin. Penggenangan kelas 2 digenangi oleh pasang menengah medium high tide.
Spesies predominan dalam lingkungan ini adalah Avicennia alba, A. Marina, Sonneratia alba, dan R.mucronata.
Penggenangan kelas 3 oleh pasang normal normal high tide, sebagian besar spesies tumbuh dengan subur pada kondisi ini. Sebagian besar spesies
ekosistem mangrove masuk dalam kelas ini. Sebagian besar spesies ada memiliki diversitas paling tinggi. Spesies yang umum adalah Rhizophora spp sering
mendominasi, Ceriops tagal, Xylocarpus granatum, Lumnitzera littorea, dan Excoccaria agallocha.
Penggenangan kelas 4 dimana penggenangan hanya selama pasang tertinggi spring tide. Daerah biasanya terlalu kering untuk Rhizophora spp. Tetapi
mungkin ada dalam jumlah kecil. Spesies umum adalah Bruguiera spp. Xylocarpus spp, Lumnitzera littorea dan Excoccaria agallocha.
Penggenangan kelas 5 yaitu penggenangan hanya selama pasang equinoctial. Spesies predominan adalah Bruguiera gymnorhiz mendominasi,
Intsiabijuga, Nypa fruticans, Heritiera littoralis, Excoccaria agallocha, Rhizophora apiculata jarang, dan Xylocarpus granatum jarang.
Kemudian Watson 1928 juga membagi tipe-tipe hutan mangrove ke dalam 5 tipe, yaitu: tipe Api-api-Perepat, tipe Berus, tipe Lenggadai, tipe Bakau, dan tipe
Tumu. Tipe Api-api-Perepat biasanya didominasi oleh Avicennia, Sonneratia, Bruguiera, dan Rhizophora. Tipe Berus umumnya didominasi oleh Bruguiera dan
Avicennia. Tipe Lenggadai didominasi oleh Bruguiera dan Rhizophora, Tipe Bakau didominasi oleh Rhizophora dan tipe Tumu didominasi oleh Bruguiera.
2.4. Deskripsi Lokasi Penelitian.
Secara administrasi pemerintahan Kecamatan Blanakan memiliki 9 desa, yaitu Blanakan, Cilamaya Girang, Cilamaya Hilir, Jaya Mukti, Langensari,
10
Muara, Rawa Mekar, Rawa Meneng, dan Tanjung Tiga. Desa Blanakan dipilih karena memiliki kawasan mangrove dengan kondisi cukup baik dibandingkan
dengan kondisi mangrove di sepanjang Pantai Utara Jawa lainnya. Kawasan hutan mangrove yang menjadi lokasi penelitian termasuk ke dalam
wilayah Kecamatan Blanakan dengan luas sekitar 80.581 ha atau 42 dari total luas Kabupaten Subang. Secara geografis Kecamatan Blanakan terletak antara
107 311’-107
5’ Bujur Timur dan 6 11’-6
49’ Lintang Selatan dengan jarak terjauh antara utara sampai selatan kurang lebih 65 km dan arah barat sampai
timur kurang lebih 41 km. Wanawisata Blanakan atau lokasi penelitian memiliki luas 131,7 ha dengan
batas hutan mangrove Blanakan adalah sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ciasem, sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa, sebelah barat berbatasan
dengan Desa Jaya Mukti dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Langensari. Berdasarkan Perum Perhutani 1993 penguasaan informasi teritorial BKPH
Ciasem Pamanukan, RPH Tegal Tangkil, diketahui bahwa daerah Resort Polisi Hutan RPH Tegal Tangkil bertopografi datar: Desa Blanakan diketahui
bertopografi pantai, memiliki ketinggian wilayah 0-2 meter di atas permukaan laut.
Kawasan hutan mangrove Blanakan memiliki tekstur klei alluvial abu-abu, berundak, dan terumbu koral. Menurut Wahab 2003, berdasarkan klasifikasi
curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson, kecamatan Blanakan termasuk ke dalam wilayah tipe iklim D. Secara umum Kabupaten Subang beriklim tropis
dengan curah hujan rata-rata per tahun berkisar antara 1.600-2.300 mm dengan suhu rata-rata 27
C. Wilayah hutan mangrove Blanakan memiliki rat-rata curah hujan 1.328 mm pertahun, pada malam hari suhu 21,8
C dan siang hari mencapai 34
C, dan kelembaban udara berkisar antara 73-81. Mangrove di Blanakan berada di sekitar muara sungai sampai dengan pesisir
laut. Menurut Watson 1928 mangrove di daerah muara memiliki perbedaan dengan pesisir laut, di muara umumnya dibatasi dengan jenis Avicennia berdaun
kusam dan Sonneratia dengan karakteristik daun berwarna hijau keabu-abuan sedangkan pada daerah pesisir karakteristik dedaunan mangrove umumnya padat
dan berwarna hijau terang.
11
Kondisi mangrove di Blanakan sudah dimanfaatkan bagi masyarakat untuk daerah bertambakan dengan sistem tambak tumpang sari wanamina.
12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN