Sifat dan Jenis Tanah Daerah Hutan Mangrove.

6 berbentuk zigzagbergerigi. Bunga Jeruju majemuk berbentuk bulir berwarna putih yang biasanya berjatuhan. Buahnya berbentuk kapsul kecilbulat telur berwarna coklat kehitaman. Identifikasi vegetasi Sonnetaria acida menurut Watson 1928, memiliki akar yang berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul ke permukaan sebagai akar nafas yang berbentuk kerucut tumpul dengan ketinggian mencapai 20 cm. Identifikasi batang yaitu berkulit kayu berbentuk lurus yang tidak ditopang dengan tajuk menyebar dan ranting berjumbai, kulit batang relatif halus berwarna krem hingga coklat. Pada tanaman yang telah dewasa terdapat retakan-retakan pada kulit batangnya. Daun Sonneratia acida memiliki kulit dan tersusun tunggal bersilangan, berbentuk oblong sampai bulat telur terbalik. Bunga Sonneratia berbentuk seperti lonceng, solitersendiri berwarna ungu dengan 6 sepal dan 6 kelopak. Buah Sonneratia acida berbentuk oval pada saat masak berwarna hijau tua dan pepat pada bagian atas buahnya.

2.3. Sifat dan Jenis Tanah Daerah Hutan Mangrove.

Karakteristik tanah mangrove dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu halic hydraquent dan halic sulfaquent Tomlison, 1986. Sedangkan keadaan tekstur tanah secara umum sangat halus dengan kadar partikel-partikel koloid yang tinggi. Kesuburan tanah mangrove tergantung dari endapan yang dibawa oleh air sungai, yang umumnya kaya akan bahan organik dan mempunyai nilai nitrogen tinggi. Kehadiran bahan-bahan organik yang dibawa air sungai tersebut sangat menentukan tekstur tanah pada tempat di mana bahan-bahan tersebut diendapkan. Perubahan tekstur yang cepat dan tiba-tiba menyebabkan terganggunya vegetasi yang ada di tempat tersebut. Topografi tanah pada komunitas mangrove pada umumnya landai atau bergelombang dengan tanahnya yang bertekstur klei, klei berdebu dan lom. Topografi hutan mangrove mempengaruhi intensitas dan seringnya penggenangan yang mengakibatkan perbedaan kadar garam dalam tanah. Tomlison 1986 juga mengatakan bahwa hutan mangrove dapat ditemukan di pesisir pantai wilayah tropis sampai sub tropis, terutama pada pantai yang landai, dangkal, terlindung dari gelombang besar dan muara sungai. Secara umum 7 hutan mangrove dapat berkembang dengan baik pada habitat dengan jenis tanah berlumpur, berlom, atau berpasir, dengan bahan bentukan berasal dari lumpur, pasir atau pecahan karang koral. Habitat mangrove tergenang air laut secara berkala, dengan frekuensi sering harian atau hanya saat pasang purnama saja, frekuensi genangan ini akan menentukan komposisi vegetasi hutan mangrove. Selain dipengaruhi oleh air laut, habitat mangrove juga menerima pasokan air tawar yang cukup, baik berasal dari sungai, mata air maupun air tanah yang berguna untuk menurunkan kadar garam dan menambah pasokan unsur hara dan lumpur. Kondisi air di habitat mangrove dengan air payau dengan salinitas sekitar 2- 22‰ sampai dengan asin yang bisa mencapai salinitas 38 ‰. Sitorus dan Djokosudardjo 1979 menyatakan bahwa pengaruh air pasang yang mengandung garam-garam terlarut akan mewarnai susunan kimia tanah di daerah tersebut sebagai hasil pertukaran dan penyerapan kation-kation oleh koloid tanah. Selanjutnya Matondang 1979 menyatakan bahwa tanah yang dipengaruhi air asin dapat dicirikan oleh sifat halik tanah yang biasanya dapat didekati dari daya hantar listrik DHL, persentase kejenuhan natrium ESP atau nisbah jerapan natrium SAR. Hardjowigeno 1986 juga menyatakan bahwa tanah daerah mengrove dicirikan oleh tiga hal, yaitu: salinitas tanah yang tinggi, tingkat kematangan tanah yang rendah, serta mengandung tanah klei masam cat clay. Klei masam cat clay adalah klei dalam tanah yang mengandung sejumlah sulfida atau sulfat. Hal ini terjadi karena pengaruh pasang air laut atau air payau pada saat pembentukan tanah ini dan proses pasang surut selanjutnya. Menurut Wiradinata 1992, salinitas tanah tinggi disebabkan karena pengaruh air payau atau air asin pada saat tanah daerah mangrove terbentuk. Tanah daerah mangrove dengan salinitas tinggi umumnya mempunyai DHL sebesar 20-35 mmhoscm pada 25 C atau kadar garam 0.80 sampai lebih. Tanah tersebut umumnya memiliki nilai alkalinitas yang tinggi dengan nilai Na-dd mencapai lebih dari 15 dan nisbah jerapan Na SAR-nya sekitar 15-40. Nilai SAR dan ESP tanah menentukan tingkat sodisitas tanah, dimana pada tanah non- sodik persentase ESP berkisar antara 0-5, pada tanah sodik persentase ESP berkisar antara 5-15, dan di atas 15 tanah tergolong ke dalam tanah sangat 8 sodik. Nilai kematangan tanah n-value daerah mangrove yang dipengaruhi pasang surut berkisar antara 1.4 sampai dengan 2.0, sedangkan yang kadang- kadang dipengaruhi pasang surut n-value berkisar antara 0.7 sampai dengan 1.4. Semakin rendah n-value tanah menunjukkan tanah tersebut semakin matang dan sebaliknya semakin tinggi n-value tanah menunjukkan tanah tersebut semakin mentah. Kisaran nilai kematangan tanah adalah sebagai berikut: Tabel 1. Kriteria Pematangan Tanah Rawa Berdasarkan Nilai-n Tingkat Pematangan Nilai-n Kandungan air Mentah totally unripe Agak mentah practically unripe Agak mentah half ripe Hampir matang nearly ripe Matang ripe 2.0 1.4-2.0 1.0-1.4 0.7-1.0 0.7 80 70-80 60-70 50-60 50 Sumber: Pons dan Zonneveld, 1965 Menurut Sitorus dan Djokosudardjo 1979 daerah pasang surut mempunyai aneka ragam sifat-sifat kimia terutama dalam susunan kation pada kompleks jerapan tanah. Susunan kation dinilai berdasarkan urutan dominasi kation-kation K, Na, Ca, dan Mg pada kompleks jerapan tanah. Terdapat 3 model susunan kation berdasarkan tingkat dominasinya yaitu Model I NaMgCa atau K, Model II MgCaNa atau K dan Model III CaMgNa atau K. Model I terdapat di daerah dekat lautpantai atau muara sungai-sungai utama daerah pengaruh air laut; semakin menjauhi laut atau sungai-sungai utama daerah pengaruh payau susunan kation mengikuti Model II dan daerah yang lebih jauh lagi daerah pengaruh air tawar mengikuti Model III. Zonasi mangrove menurut Watson 1928 juga dipengaruhi oleh tipe penggenangan. Watson 1928 membagi tipe penggenangan yang mempengaruhi zona pertumbuhan mangrove ke dalam lima kelas, seperti pada Tabel 2 di bawah ini: Tabel 2. Kelas-kelas Penggenangan untuk Zonasi Mangrove Menurut Watson 1928 Kelas Diairi oleh Ketinggian dalam feet m Frekuensi Penggenanganbulan 1 2 3 4 5 All high tide Medium high tide Normal high tide Spring high tide Abnormal equinoctial tide 0-8 2.44 8-11 3.35 11-13 3.96 13-15 4.57 15 56-62 45-59 20-45 2-20 2 Sumber: Watson, 1928 9 Pada tabel 2. di atas, penggenangan kelas 1 digenangi oleh seluruh pasang all high tide. Spesies predominan dalam lingkungan ini adalah Rhizophora apiculata, R. Stylosa, dan R. Mucronata. Rhizophora mucronata menempati daerah di bawah pengaruh air tawar yang besar, sementara pada R. apiculata dan R. stylosa berada pada kondisi asin. Penggenangan kelas 2 digenangi oleh pasang menengah medium high tide. Spesies predominan dalam lingkungan ini adalah Avicennia alba, A. Marina, Sonneratia alba, dan R.mucronata. Penggenangan kelas 3 oleh pasang normal normal high tide, sebagian besar spesies tumbuh dengan subur pada kondisi ini. Sebagian besar spesies ekosistem mangrove masuk dalam kelas ini. Sebagian besar spesies ada memiliki diversitas paling tinggi. Spesies yang umum adalah Rhizophora spp sering mendominasi, Ceriops tagal, Xylocarpus granatum, Lumnitzera littorea, dan Excoccaria agallocha. Penggenangan kelas 4 dimana penggenangan hanya selama pasang tertinggi spring tide. Daerah biasanya terlalu kering untuk Rhizophora spp. Tetapi mungkin ada dalam jumlah kecil. Spesies umum adalah Bruguiera spp. Xylocarpus spp, Lumnitzera littorea dan Excoccaria agallocha. Penggenangan kelas 5 yaitu penggenangan hanya selama pasang equinoctial. Spesies predominan adalah Bruguiera gymnorhiz mendominasi, Intsiabijuga, Nypa fruticans, Heritiera littoralis, Excoccaria agallocha, Rhizophora apiculata jarang, dan Xylocarpus granatum jarang. Kemudian Watson 1928 juga membagi tipe-tipe hutan mangrove ke dalam 5 tipe, yaitu: tipe Api-api-Perepat, tipe Berus, tipe Lenggadai, tipe Bakau, dan tipe Tumu. Tipe Api-api-Perepat biasanya didominasi oleh Avicennia, Sonneratia, Bruguiera, dan Rhizophora. Tipe Berus umumnya didominasi oleh Bruguiera dan Avicennia. Tipe Lenggadai didominasi oleh Bruguiera dan Rhizophora, Tipe Bakau didominasi oleh Rhizophora dan tipe Tumu didominasi oleh Bruguiera.

2.4. Deskripsi Lokasi Penelitian.