Fisiologis Ginjal Patologi Ginjal

sehingga meningkatkan pengeluaran rennin Wilson 1997. Pengeluaran rennin mempengaruhi angiotensinogen suatu protein plasma untuk menghasilkan angiotensin 1. Kemudian angiotensin 1 diubah menjadi angiotensin II yang menyebabkan peningkatan tekanan darah melalui efek vasokonstriksi perifer dan dilepasnya aldosteron. Peningkatan kadar aldosteron akan merangsang reabsorbsi Na + dan H 2 O. Sehingga terjadi peningkatkan volume plasma. Peningkatan volume plasma ikut berperat dalam peningkatan tekanan darah yang selanjutnya akan mengurangi iskemia ginjal Wilson 1997. Eritropoietin merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh se-sel interstitium peritubulus ginjal sebagai respon terhadap anemia. Hal ini dapat merangsang pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang Corwin 2009.

2.5.2.2 Fisiologis Ginjal

Ginjal merupakan organ utama yang berperan terhadap homeostatis cairan tubuh dan elektrolit. Ginjal juga merupakan organ utama yang terkena efek toksisitas jika tubuh terpapar zat toksik. Fungsi utama ginjal adalah mengeluarkan limbah metabolisme, memusnahkan bahan toksik, mengatur cairan, garam, keseimbangan asam basa, serta mengatur tekanan darah Dellman dan Brown 1992. Selain itu ginjal berfungsi menyaring filtrat dan membawanya melalui tubulus. Ginjal juga memiliki fungsi sebagai penyingkir buangan metabolisme normal dan mengekskresikan xenobiotik serta metabolitnya Lu 1995.

2.5.2.3 Patologi Ginjal

Ginjal merupakan organ yang mempunyai fungsi utama dalam mengekskresikan nitrogenous wastes seperti ureum, uric acid, kreatinin, dan ammoniak. Pada studi toksisitas, fungsi ginjal dapat dievaluasi melalui urinalisis dan serum darah. Serum darah yang diperiksa adalah kreatinin dan ureum Seely 1996. Ureum disintesis dari ammonia selama proses katabolisme protein. Kadar ureum yang tinggi menunjukkan adanya gangguan fungsi ginjal Meyer 1992. Parameter lain yang digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal adalah kadar kreatinin. Kreatinin merupakan hasil degradasi dari kreatin dan merupakan produk akhir dari metabolisme otot. Kreatinin disintesis dari asam amino arginin dan glisin di dalam hati dan ginjal. Penurunan laju filtrasi glomerulus dapat meningkatkan konsentrasi kreatinin dalam serum Mayer 1992. Jika terjadi peningkatan konsentrasi kreatinin, menunjukkan adanya gangguan fungsi ginjal. Kerusakan yang terjadi pada ginjal dapat bersifat akut atau kronis karena kerusakan yang berlangsung lama. Hilangnya fungsi ginjal pada gagal ginjal akut dan kronis tersebut mengakibatkan ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan homeostasis cairan, elektrolit, dan asam-basa. Sehingga terjadi akumulasi adanya bahan toksik. Gangguan pada ginjal seperti nephrotoxin racun, polutan, dan obat-obatan yang merusak ginjal dapat menyebabkan terhambatnya proses pembentukan urin. Gangguan yang paling jelas pada kasus gagal fungsi ginjal adalah kemampuan filtrasi glomerulus yang menurun . Akibatnya jumlah urin berkurang, tekanan darah menurun, dan timbul racun metabolisme dalam darah, terutama limbah metabolisme nitrogen seperti urea dan kreatinin Corwin 2009 Salah satu bagian ginjal yang sering mengalami kelainan adalah glomerulus. Menurut Confer dan Panciera 1995, kerusakan yang terjadi sering disebabkan oleh adanya deposisi imun kompleks, thrombosis, emboli, dan infeksi virus pada komponen glomerulus. Kerusakan dapat menyebabkan berbagai dampak secara morfologi maupun fungsional. Secara morfologis, kerusakan glomerulus ditandai dengan terjadinya nekrosa, proliferasi sel membran, dan infiltrasi leukosit. Rusaknya glomerulus secara fungsional ditandai dengan berkurangnya perfusi aliran darah. Jika aliran darah berkurang dapat mengurangi laju filtrasi glomerulus, proses reabsorbsi, serta sekresi tubulus. Hal ini mengakibatkan aliran dalam tubulus tersumbat dan menghambat aliran urin. Jika berlanjut mengakibatkan retensi cairan dan elektrolit. Rusaknya glomerulus juga dapat ditandai dengan lolosnya protein dan makromolekul dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan ekskresi urin, udema, hiperlipidemia, dan proteinuria. Kejadian proteinuria menyebabkan hipoproteinemia hipoalbuminemia dalam darah, yang mengakibatkan udema pada paru-paru. Hal ini mengakibatkan difusi O 2 menjadi terganggu. Jika berlanjut tubuh menjadi hipoksia yang kemudian gagal nafas. Pada akhirnya dapat menyebabkan kematian pada hewan Sowden dan Betz 2009. Epitel tubuli ginjal dapat mengalami degenerasi dan nekrosa. Kematian epitel tubuli ginjal dapat menyebabkan nekrosa maupun apoptosis. Seperti di hati, epitel tubuli ginjal juga mengalami apoptosis Harrison 1999.

2.6 Efek Samping Setelah Mengkonsumsi Daun Katuk

Daun katuk memiliki banyak manfaat untuk kesehatan bagi semua