Tempat dan Waktu Penelitian Hewan Coba dan Pemeliharaannya Alat dan Bahan Penelitian Metode Penelitian

Bobot badan dewasa betina : 250-300 gram Bobot lahir : 5-6 gram Dewasa kelamin : 50 ± 10 hari Siklus estrus : 21 hari Rasio Kawin : 1 jantan dengan 3 atau 4 betina Jumlah kromosom : 42 Suhu rektal : 37,5º C Laju respirasi : 87 xmenit Denyut jantung : 300-500x menit Sumber: Smith dan Mangkoewidjojo 1988. BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi dan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB, pada bulan Oktober 2009 sampai dengan Februari 2010.

3.2 Hewan Coba dan Pemeliharaannya

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih Rattus norvegicus betina bunting, galur Sprague Dawley. Tikus dikandangkan secara individu dalam bak plastik yang berukuran 40x30x15 cm 3 dengan menggunakan kawat untuk menutupi bagian atas kandang. Kandang dialasi dengan sekam yang diganti 3 hari sekali untuk menjaga kebersihan dan kesehatan. Pemberian minum pada tikus dilakukan ad libitum dan pemberian pakan sesuai perlakuan.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu peralatan destilasi mesin pencampur otomatis, vacuum flas, rotary-evaporator, gelas separasi, gelas erlenmeyer, penggiling, peralatan bedah, dan timbangan digital. Bahan yang digunakan adalah daun katuk, pelarut etanol EtOH, pelarut heksan, pelarut etilasetat EtAc, aquades H 2 O, eter, pakan tikus yang terdiri atas tepung jagung, bungkil kedelai, garam, minyak kelapa, tepung ikan, premix, dan CaCO 3 .

3.4 Metode Penelitian

Metode pembuatan fraksi estraksi DK dan pemberian pakan menggunakan prosedur Suprayogi et al. 2009, dapat diuraikan seperti berikut:

3.4.1 Pembuatan Simplisia

Daun katuk segar yang digunakan, diperoleh di daerah sekitar Cinangneng, Ciampea Kabupaten Bogor. Daun tersebut dicuci dengan air bersih, kemudian dijemur di bawah sinar matahari sampai layu. Pengeringan dilanjutkan dengan menggunakan oven pada suhu 60ºC selama 12 jam. Simplisia yang diperoleh diekstraksi dengan teknik maserasi.

3.4.2 Pembuatan Ekstrak Etanol

Simplisia daun katuk sebanyak 2 Kg dilarutkan dengan pelarut etanol EtOH sebanyak 13 L. Campuran tersebut diaduk secara manual selama 30 menit, kemudian didiamkan selama 24 jam dan diulangi 3-4 kali sampai jernih. Setelah itu dilakukan penyaringan dengan menggunakan vacuum flash. Filtrat dari penyaringan ini kemudian dievaporasikan dengan menggunakan rotary- evaporator pada temperatur 40 C. Dari hasil ekstraksi ini diperoleh ekstrak etanol. Ekstrak etanol E-EtOH ini kemudian dihaluskan hingga menjadi bubuk.

3.4.3 Pembuatan Fraksi Heksan

Ekstrak etanol sebanyak 20 g dilarutkan dalam 500 mL etanol yang kemudian dicampurkan dengan pelarut heksan sebanyak 500 mL pada gelas separasi. Larutan tersebut kemudian dikocok hingga tercampur sempurna, kemudian didiamkan selama beberapa menit sampai terjadi pemisahan yaitu larutan heksan pada bagian atas dan larutan etanol pada bagian bawah. Pencampuran dan pengocokan dilakukan berulang hingga didapat larutan yang menggunakan pelarut heksan yang jernih. Kedua larutan tersebut kemudian dipisah dan ditempatkan pada gelas erlenmeyer yang berbeda. Filtrat yang didapat merupakan larutan ekstrak etanol yang telah bebas senyawa non-polarnya dan larutan ekstrak heksan. Filtrat tersebut kemudian dievaporasikan sehingga didapat fraksi heksan dan ekstrak etanol. Fraksi heksan F-H hasil dari evaporasi Daun Katuk Kering Giling Ekstrak Etanol Daun Katuk Fraksi Etanol Fraksi Hexan Fraksi Air Fraksi Etilasetat kemudian dihaluskan hingga menjadi bubuk. Sedangkan ekstrak etanol akan digunakan untuk membuat fraksi air dan fraksi etilasetat.

3.4.4 Pembuatan Fraksi Air dan Fraksi Etilasetat

Sebanyak 20 g fraksi ekstrak etanol dilarutkan dengan air sedikit demi sedikit hingga membentuk larutan fraksi ekstrak etanol sebanyak 500 mL. Larutan ini dimasukkan dalam gelas separasi yang kemudian dicampurkan dengan 500 mL pelarut etilasetat. Larutan tersebut kemudian dikocok hingga tercampur sempurna, kemudian didiamkan selama beberapa menit sampai terjadi pemisahan yaitu larutan etilasetat pada bagian atas dan larutan air pada bagian bawah. Pencampuran dan pengocokan dilakukan berulang hingga didapat larutan yang menggunakan pelarut etilasetat yang jernih. Larutan kemudian dipisah dan ditempatkan pada gelas erlenmeyer yang berbeda. Filtrat yang didapat kemudian dievaporasikan sehingga didapat fraksi etilasetat F-EtAc dan fraksi air F-H 2 O. Hasil dari evaporasi ini kemudian dihaluskan hingga menjadi bubuk. Prosedur fraksinasi ekstrak daun katuk dapat dilihat pada Gambar 5. EtOH 500 ml Evaporasi Hexan 500 ml EtOH 500 ml Evaporasi Evaporasi Etilasetat 500 ml Aquades 500 ml Evaporasi Evaporasi Gambar 5 Prosedur fraksinasi ekstrak daun katuk.

3.4.5 Pembuatan Bubuk Ekstrak dan Fraksi Ekstrak Daun Katuk

Ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi dan fraksinasi dibuat menjadi bentuk bubuk. Pembuatan bubuk ekstrak dan fraksi dilakukan dengan menambahkan tepung pada masing-masing kelompok fraksi ekstrak sehingga diperoleh persentase bahan bubuk E-EtOH 25, F-H 13, F-H 2 O 25, dan F- EtAc 25. Pembuatan bubuk ini diperlukan untuk mempermudah pembuatan pakan.

3.4.6 Pembuatan dan Pemberian Pakan

Pembuatan pakan perlakuan dilakukan menurut prosedur Suprayogi et al. 2009. Pakan yang diberikan berupa pelet yang dibuat secara manual dengan komposisi terdiri atas tepung jagung, tepung ikan, bungkil kedelai, premiks, garam, CaCO 3 , minyak kelapa dan terigu yang disisipi dengan fraksi heksan, air, etilasetat, dan ekstrak etanol sesuai pakan perlakuan yang akan dibuat. Penambahan dan pencampuran fraksi ekstrak pada daun katuk dilakukan untuk mendapatkan pakan yang mengandung E-EtOH 4,53, F-H 0,87, F-H 2 O 3,22, dan F-EtAc 0,45. Penambahan fraksi ekstrak kedalam pakan ini disesuaikan dengan proporsi fraksinasi dari fraksi-fraksi tersebut terhadap ekstrak kasarnya . Komposisi nutrisi pakan terdiri dari protein kasar, lemak kasar, dan energi. Hasil analisis proksimat pakan kontrol, E-EtOH, F-H, F-H 2 O, dan F-EtAc serta persentase fraksi ekstrak yang ada di dalam pakan tersebut disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Komposisi nutrisi dan konsentrasi ekstrak daun katuk dalam pakan. Kelompok Konsentrasi ekstrak D aun Katuk Protein Kasar Lemak Kasar Energi Kal100 g Kontrol 20,01 6,55 3499 E-EtOH 4,53 20,06 6,54 3497 F-H 0,87 20,03 6,55 3498 F-H 2 O 3,22 20,04 6,54 3498 F-EtAc 0,45 20,02 6,55 3499 Suprayogi et al. 2009 3.5 Pelaksanaan Penelitian 3.5.1 Pengelompokan Hewan Coba