Ginjal .1 Anatomi Ginjal Kematian Sel Hati

caspase kemudian akan mengaktifasi apoptosis pada sel Green 2007. Secara histopatologi, apoptosis ditandai dengan bentuk inti sel yang mengalami karyopiknosis, karyorexis, dan karyolysis inti menghilang. Fragmentasi selnya membentuk badan apoptotik dengan kromatin gelap dan tidak mengundang akumulasi sel radang leukosit. Induksi apoptosis dapat dirangsang oleh rangsangan fisiologis atau patologis. Bentuk perluasan apoptosis yaitu meningkatnya jumlah individu sel di suatu area jaringan; bersifat individual dan tidak membentuk kelompok yang padat. Kematian sel apoptosis melalui mekanisme kerusakan genetik fragmentasi kromosom atau DNA sehingga membran sel tetap utuh Harada et al. 1996. 2.5.2 Ginjal 2.5.2.1 Anatomi Ginjal Ginjal tikus mempunyai permukaan halus, berwarna merah kecoklatan, dan terdapat di dalam ruang abdominal, di daerah lumbar bagian atas. Pada umumnya ginjal berbentuk seperti kacang dengan hillus renalis, yaitu tempat masuknya pembuluh darah dan keluarnya ureter. Ginjal tikus terbagi menjadi dua bagian, yaitu korteks dan medulla, dengan perbandingan rata-rata 1 banding 2-3 Seely 1996. Gambar 2 Nefron memperlihatkan bagian-bagiannya, fungsi, serta pembuluh darahnya Louis 1988. Unit fungsional terkecil dari ginjal yaitu nefron. Nefron tersebut terdiri dari struktur vaskuler yang utama, yaitu glomerulus dan struktur non vaskuler yaitu kapsula Bowman, tubulus kontortus proksimal, ansa Henle pars acendens dan pars decendens, tubulus kontortus distal, dan tubulus kolektivus lihat pada Gambar 2 . Glomerulus adalah massa kapiler yang membentuk kumparan berawal dari arteriol aferen dan keluar dari glomerulus menjadi arteriol eferen. Tekanan darah pada arteriol aferen relatif cukup tinggi sedangkan pada arteriol eferen relatif lebih rendah, sehingga memungkinkan terjadinya filtrasi glomerulus. Sel-sel darah dan molekul-molekul yang besar, seperti protein secara efektif tertahan oleh pori-pori membran filtrasi sedangkan air, kristaloid, dan pada protein berat molekul rendah dapat lewat dari saringan glomerulus dengan mudah Wilson 1997. Setelah darah dfiltrasi oleh glomerulus, terjadi proses reabsorbsi selektif oleh epitel tubuli di tubulus proksimalis. Fungsi tubulus proksimal ialah mengurangi isi filtrat glomerulus sebanyak 80 sampai 85 persen melalui transport dan pompa natrium aktif. Glukosa, asam amino, protein, dan bikarbonat direabsorbsi lihat Gambar 1. Pada umumnya semua glukosa direabsorbsi, akan tetapi bila kadar dalam darah sangat tinggi misalnya pada diabetes kemampuan reabsorbsi terlampaui dan glukosa terdapat dalam kemih. Sehingga dapat menyebabkan glukosuria Wilson 1997. Pada disfungsi glomerulus dimana terlihat glomerulus yang bocor, dan bahan-bahan toksik tiba di tubulus dalam kadar yang berlebihan melalui ruang Bowman. Hal ini menyebabkan sel epitel tubulus mengalami degenerasi bahkan kematian jika terlalu banyak bahan-bahan yang harus direabsorbsi kembali. Dalam lengkung Henle, Cl - ditranspor secara aktif keluar dari bagian ascendens dan diikuti secara pasif oleh Na + . NaCl selanjutnya secara pasif berdifusi masuk bagian descendens lengkung. Saat filtrat bergerak ke bawah melalui bagian descendens, konsentrasi filtrat mencapai maksimum pada ujung lengkung. Proses ini penting dalam pemekatan kemih. Kemudian saat filtrat bergerak keatas melalui bagian ascendens, konsentrasi makin lama makin encer sehingga menjadi hipoosmotik pada ujung atas lengkung. Mekanisme ini merupakan suatu mekanisme aliran balik countercurrent yang terpusat pada lengkung Henle Wilson 1997. Asam urat, kalium, dan hidrogen disekresi kedalam tubulus distal. Air dan Cl - ditransport melalui transport pasif. Saat filtrat bergerak disepanjang tubulus distal, filtrat menjadi semakin pekat. Ketika filtrat turun melalui duktus koligen, sekali lagi konsentrasi filtrat meningkat. Pada bagian akhir duktus koligen, sekitar 99 persen air sudah direabsorbsi dan hanya sekitar 1 persen filtrat yang diekskresi sebagai kemih Wilson 1997. Berdekatan dengan glomerulus, sel-sel otot polos dalam tunika media arteriol aferen bersifat epiteloid, berinti bulat dan sitoplasma bergranula. Sel-sel ini adalah sel Jugsta-Glomerular JG. Dalam arteriol aferen, sel JG berdekatan dengan endotel dan berhubungan erat dengan macula densa suatu bagian khusus tubulus distal yang terdapat diantara arteriol aferen dan eferen lihat Gambar 3. Sel JG menghasilkan enzim yang disebut rennin Wilson 1997. Gambar 3 Korpuskulus ginjal, sel-sel mesangial diantara kapiler dan apparatus JG macula densa dan sel JG Berne dan Levy 1988. Rennin adalah suatu enzim yang penting pada pengaturan tekanan darah. Terdapat dua teori mengenai pengaturan pengeluaran rennin. Menurut teori yang satu, sel JG berfungsi sebagai baroreseptor sensor tekanan yang sensitif terhadap aliran darah melalui arteri aferen. Penurunan tekanan arteri akan merangsang peningkatan granularitas sel-sel JG dan peningkatan sekresi rennin. Teori lain menyebutkan, sel-sel macula densa tubulus distal bertindak sebagai kemoreseptor yang sensitif terhadap kadar natrium dari cairan tubulus. Peningkatan kadar natrium akan mempengaruhi sel-sel JG erat berhubungan dengan macula densa sehingga meningkatkan pengeluaran rennin Wilson 1997. Pengeluaran rennin mempengaruhi angiotensinogen suatu protein plasma untuk menghasilkan angiotensin 1. Kemudian angiotensin 1 diubah menjadi angiotensin II yang menyebabkan peningkatan tekanan darah melalui efek vasokonstriksi perifer dan dilepasnya aldosteron. Peningkatan kadar aldosteron akan merangsang reabsorbsi Na + dan H 2 O. Sehingga terjadi peningkatkan volume plasma. Peningkatan volume plasma ikut berperat dalam peningkatan tekanan darah yang selanjutnya akan mengurangi iskemia ginjal Wilson 1997. Eritropoietin merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh se-sel interstitium peritubulus ginjal sebagai respon terhadap anemia. Hal ini dapat merangsang pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang Corwin 2009.

2.5.2.2 Fisiologis Ginjal