Pembesaran Limpa Splenomegali Anemia Leukositosis

semua stadium ditemukan pada penderita, sehingga defenisi malaria klinis seperti di atas hanya dipakai sebagai pedoman untuk penemuan penderita di daerah yang tidak mempunyai fasilitas laboratorium.

2.6.2. Pembesaran Limpa Splenomegali

Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada malaria kronis atau menahun. Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana Plasmodium dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limposit. Penambahan sel-sel radang ini akan menyebabkan limpa membesar. Limpa membengkak akibat penyumbatan oleh sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria. Lama-kelamaan konsisten limpa menjadi keras karena jaringan ikat pada limpa semakin bertambah. Dengan pengobatan yang baik, limpa akan kembali normal. 37,39,40

2.6.3. Anemia

Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi seluruh stadium sel darah merah sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis. Plasmodium vivax hanya menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2 dari seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan Plasmodium malariae menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1 dari jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae umunya terjadi pada keadaan kronis. 39 Gejala anemia berupa badan terasa lemah, pusing, pucat, penglihatan kabur, jantung berdebar-debar dan kurang nafsu makan. Diagnosa anemia ditentukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin dalam darah. 40 Universitas Sumatera Utara

2.6.4. Leukositosis

Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peran utama leukosit atau sel darah putih. Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh dari berbagai infeksi ; baik infeksi bakteri, virus, parasit, dan sebagainya. Variasi kecil dalam jumlah leukosit tidak mempunyai arti klinik, tetapi adanya infeksi dalam tubuh meningkatkan leukosit sampai 20.000 bahkan 40.000 per mm 3 darah. Terjadinya leukositosis merupakan indikator prognosis buruk penyakit malaria. 41 Sel darah putih leukosit dibagi menjadi dua kelompok besar fagosit dan limfosit. Granulosit yang mencakup tiga jenis sel, neutrofil, eosinofil dan basofil bersama-sama dengan monosit merupakan fagosit. Limfosit sel prekursornya dan sel plasma membentuk populasi imunosit. Normal hanya sel fagosit matang dan limfosit yang ditemukan dalam darah tepi. 42 Tabel 2.1. Sel Darah Putih Normal 42 Leukosit Total Bayi Baru Lahir 10,00 - 25,0 x 10 3 µL 1 tahun 6,00 - 18,0 x 10 3 µL 1-3 tahun 6,00 - 17,0 x 10 3 µL 4-7 tahun 6,00 -15,0 x 10 3 µL 8-12 tahun 4,50 - 13,5 x 10 3 µL Dewasa 4,00 - 11,0 x 10 3 µL 2.7. Diagnosa atas Dasar Pemeriksaan Laboratorium Diagnosis malaria dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium mikroskopik, tes diagnostik cepat dan tanpa pemeriksaan laboratorium. Pada daerah yang tidak tersedia fasilitas dan tenaga untuk pemeriksaan laboratorium, maka diagnosis tanpa pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan berdasarkan anamnese Universitas Sumatera Utara dan pemeriksaan fisik, maka diagnosa malaria ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Kasus malaria yang didiagnosis hanya berdasarkan gejala dan tanda klinis disebut kasus tersangka malaria atau malaria klinis. Sampai saat ini diagnosis pasti malaria berdasarkan ditemukannya parasit malaria dalam sediaan darah secara mikroskopik. 40 Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan dengan membuat sediaan darah hapus tipis dan darah tebal kemudian dilakukan pewarnaan preparat. Pewarnaan darah tipis untuk melihat perubahan bentuk eritrosit, dapat dilakukan berdasarkan jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1.000 sel darah merah, dan pewarnaan darah tebal untuk melihat Plasmodium. Pewarnaan darah tebal merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Hitung parasit pada sediaan darah tebal dapat dilakukan dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatip tidak mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatip maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga laboratorik yang berpengalaman dalam pemeriksaan parasit malaria. Pemeriksaan pada saat penderita demam atau panas dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasit. 37 Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap Universitas Sumatera Utara 6 jam sampai 3 hari berturut-turut. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak ditemuka n parasit maka diagnosis malaria disingk irkan. 39 Pengambilan darah penderita malaria dapat dilakukan dengan langkah- langkah berikut : 21 a. Siapkan peralatan yang dibutuhkan antara lain : kaca sediaan KS yang bersih, bebas lemak serta dibungkus, lanset yang steril, bukucatatan pengambilan darah, kapas, dan alkohol 70. b. Sobeklah kertas pembungkus KS dan keluarkan satu KS setiap kali diperlukan. Ingat jangan menyentuh permukaan KS. c. Pegang jari manistengah kiri pasien dan bersihkan ujung jari itu dengan kapas beralkohol. Gosok jari itu sampai bersih lalu bersihkan ulang dengan kapas kering. d. Tusuk ujung jari agak dipinggir dengan cepat. Pada bayi umur 6-12 bulan, bagian yang akan ditusuk adalah ujung jempol kaki dan bayi yang kurang dari 6 bulan sebaiknya bagian yang akan ditusuk adalah tumit kaki. e. Tetes darah pertama dilap dengan kapas kering untuk menghindarkan sel darah pembeku trombosit terdapat pada sediaan darah SD dan agar SD terbebas dari alkohol. f. Tekan ujung jari sampai tetes darah kedua yang agak besar keluar. g. Ambil KS dari bungkus yang sudah dirobek. Tempelkan permukaan bawah KS pada darah. Jangan KS digosok-gosokkan pada kulit, sebab sel darah putih dapat pecah dan granula-granulanya menyebar pada SD. Universitas Sumatera Utara h. Ambil 2-3 tetes darah sesuai dengan banyaknya darah yang keluar. Letakkan tetes darah berikutnya di ujung KS untuk pembuatan etiket. i. Letakkan KS yang sudah berisi darah di atas meja dan bersihkan jari pasien dengan kapas kering. j. Segeralah buat SD sebelum darah menggumpal.

2.8. Komplikasi Malaria