2. Lingkungan Kimiawi 3. Lingkungan Biologik 4. Lingkungan Sosial Budaya Stadium Dingin Cold Stage

breeding places. Hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya Anopheles. Menurut Stasiun Klimatologi Gabe Hutaraja, Kabupaten Mandailing Natal, curah hujan relatif rata-rata di Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008 mencapai 2.990 mmtahun. c.1.4. Angin Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam atau ke luar rumah adalah salah satu faktor yang ikut menentukan jumlah kontak antara manusia dan nyamuk. c.1.5. Sinar Matahari Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. An. sundaicus lebih suka tempat yang teduh, sebaliknya An. hyrcanus spp lebih menyukai tempat yang terbuka. An. barbirostris dapat hidup baik ditempat teduh maupun di tempat terang. c.1.6. Arus Air An. barbirostris menyukai tempat perindukan yang airnya statis atau mengalir sedikit. An. minismus menyukai tempat perindukan yang alirannya cukup deras dan An. letifer di tempat yang airnya tergenang.

c.2. Lingkungan Kimiawi

Lingkungan yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perindukan. Sebagai contoh An. sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya berkisar antara 12-18 00 dan tidak dapat berkembang pada kadar garam diatas 40 00 , meskipun di beberapa tempat di Sumatera Utara An. sundaicus Universitas Sumatera Utara ditemukan pula dalam air tawar. An. letifer dapat hidup di tempat yang asam pH rendah. 26

c.3. Lingkungan Biologik

Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena ia dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau melindungi dari serangan makhluk hidup lain. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah panchax spp, gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Selain itu adanya ternak besar seperti sapi dan kerbau dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia apabila kandang hewan tersebut diletakkan di luar rumah, tetapi tidak jauh jaraknya dari rumah. 26

c.4. Lingkungan Sosial Budaya

Faktor ini terkadang besar sekali pengaruhnya dibandingkan dengan faktor lingkungan yang lain. Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Penggunaan kelambu, kawat kasa pada rumah dan penggunaan zat penolak nyamukrepellent yang intensitasnya berbeda sesuai dengan perbedaan status sosial masyarakat akan mempengaruhi angka kesakitan malaria. 23 Penelitian oleh Zaluchu dan Arma 2007 di Kecamatan Gunungsitoli, Kabupaten Nias, menemukan ternyata malaria yang telah sekian lama menjadi suatu penyakit masyarakat, dianggap tidak lagi menjadi penyakit yang berbahaya atau penyakit biasa dan bahkan menyatakan malaria bukan penyakit menular yang harus dikuatirkan. 34 Universitas Sumatera Utara

2.4. Siklus Hidup Plasmodium

Siklus hidup Plasmodium berlangsung pada manusia dan nyamuk. Di dalam tubuh manusia yang merupakan hospes perantara, terjadi siklus hidup aseksual yang terdiri dari empat tahapan yaitu tahap skizogoni, tahap skizogoni eksoeritositik, tahap skizogoni eritrositik dan tahap gametogoni. Tahap skizogoni preeritrositik dan skizogoni eksoeritrositik berlangsung di dalam sel-sel hati, sedangkan tahap skizogoni eritrositik dan tahap gametogoni berlangsung di dalam sel-sel eritrosit. Pada tahap skizogoni preeritrositik, stadium sprozoit yang masuk bersama gigitan nyamuk, mula-mula masuk dan berkembang biak di dalam jaringan sel-sel parenkim hati. Tahap skizogoni preeritrositik berlangsung selama 8 hari pada Plasmodium vivax, 6 hari pada Plasmodium falciparum dan 9 hari pada Plasmodium ovale. Lamanya tahap ini pada Plasmodium malariae sukar ditentukan. Siklus preeritrositik di dalam jaringan hati pada Plasmodium falciparum hanya berlangsung satu kali, sedangkan pada spesies lainnya siklus ini dapat berlangsung berulang kali. Keadaan ini disebut skizogoni eksoeritrositik yang merupakan sumber pembentukan stadium aseksual parasit yang menjadi penyebab terjadinya kekambuhan pada malaria vivax, malaria ovale dan malaria malariae. Tahap skizogoni eritrositik berlangsung di dalam sel darah merah eritrosit. Tahap ini berlangsung selama 48 jam pada Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum dan Plasmodium ovale, sedangkan pada Plasmodium malariae berlangsung setiap 72 jam. Pada tahap ini akan terjadi bentuk-bentuk trofozoit, skizon dan merozoit. Bentuk-bentuk tersebut mulai dijumpai 12 hari sesudah terinfeksi Plasmodium vivax, dan 9 hari sesudah terinfeksi Plasmodium falciparum. Universitas Sumatera Utara Multiplikasi malaria pada tahap skizogoni eritrositik akan menyebabkan pecahnya sel eritrosit yang menyebabkan terjadinya demam yang khas pada gejala klinik malaria. Sesudah tahap skizogoni eritrositik berlangsung beberapa kali, sebagian dari merozoit akan berkembang menjadi bentuk gametosit. Perkembangan ini terjadi di dalam eritrosit yang terdapat di dalam kapiler-kapiler limpa dan sumsum tulang. Tahap ini disebut tahap gametogoni yang berlangsung selama 96 jam. Gametosit tidak menyebabkan gangguan klinik pada penderita malaria, sehingga penderita dapat bertindak sebagai karier malaria. Di dalam tubuh nyamuk Anopheles yang bertindak sebagai hospes definitive, berlangsung siklus hidup seksual sporogoni. Bentuk gametosit yang terhisap bersama darah manusia, di dalam tubuh nyamuk akan berkembang menjadi bentuk gamet dan akhirnya menjadi bentuk sporozoit yang infektif bagi manusia. Di dalam lambung nyamuk terjadi proses awal pematangan parasit. Dari satu mikrogametosit akan terbentuk 4-8 mikrogamet, dan dari satu makrogametosit akan terbentuk satu makrogamet. Fusi antara mikrogamet dengan makrogamet akan menghasilkan zigot yang dalam waktu 24 jam akan berkembang menjadi ookinet. Ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk, masuk ke jaringan antara lapisan epitel dan membran basal dinding lambung, berubah menjadi ookista yang bulat bentuknya. Di dalam ookista akan terbentuk ribuan sprozoit. Jika ookista telah matang, dindingnya pecah dan sporozoit menyebar ke berbagai organ nyamuk, terutama masuk ke dalam kelenjar ludah nyamuk. Dalam keadaan ini nyamuk vektor yang infektif. 35 Universitas Sumatera Utara Pada gambar di bawah ini Gambar 2.1. dapat dilihat daur hidup Plasmodium dalam tubuh nyamuk dan dalam tubuh manusia. Gambar 2.1. Siklus Hidup Plasmodium 2.5. Penularan Penyakit Malaria Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina infektif. Sebagian besar nyamuk Anopheles akan menggigit pada waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar. Malaria ditularkan dengan berbagai cara yang pada umumnya dibagi atas alamiah dan tidak alamiah. 21 Universitas Sumatera Utara

2.5.1. Penularan Secara Alamiah

Penularan malaria yang berlangsung secara alamiah yaitu melalui gigitan nyamuk Anopheles betina infektif. Nyamuk menggigit orang sakit malaria maka parasit akan ikut terhisap bersama darah penderita. Di dalam tubuh nyamuk parasit akan berkembang dan bertambah banyak, kemudian nyamuk menggigit orang sehat, maka melalui gigitan tersebut parasit ditularkan ke orang lain. 21

2.5.2. Penularan yang Tidak Alamiah a. Malaria Bawaan Kongenital

Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan, karena ibunya menderita malaria. Penularan terjadi melalui tali pusat atau plasenta. Malaria kongenital dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : 23,36 a.1. True Congenital Malaria acquired during pregnancy Pada malaria kongenital ini sudah terjadi kerusakan plasenta sebelum bayi dilahirkan. Parasit malaria ditemukan pada darah perifer bayi dalam 48 jam setelah lahir dan gejalanya ditemukan pada saat lahir atau 1-2 hari setelah lahir. a.2. False Congenital Malaria acquired during labor Malaria kongenital ini paling banyak dilaporkan dan terjadi karena pelepasan plasenta diikuti transmisi parasit malaria ke janin. Gejala-gejalanya muncul 3-5 minggu setelah bayi lahir.

b. Secara Mekanik

Penularan terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para morfinis yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril secara bergantian. Kadang-kadang seorang anak atau bayi dapat terinfeksi Universitas Sumatera Utara oleh transfusi darah yang didonor seorang donor darah terinfeksi, tetapi asimtomatik. 23,36 2.6. Gejala Gejala klinis malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya transmisi infeksi malaria. Beratringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis Plasmodium, daerah asal infeksi pola resistensi terhadap pengobatan, umur penderita, keadaan kesehatan dan nutrisi. Gejala-gejala permulaan malaria sering tidak spesifik dan serupa dengan gejala yang terjadi pada penderita penyakit virus sistemik. Malaria berat pada anak, biasanya menimbulkan gejala berupa kelemahan, anemia, pembesaran limpa dan hati. Demam selalu dijumpai tetapi bervariasi, muntah, nyeri perut dan diare juga sering dijumpai. Tanda dan gejala batuk pada anak-anak dengan malaria berat juga sangat umum terjadi. 3,37,38

2.6.1. Demam

Secara klinis, gejala dari penyakit malaria infeksi tunggal terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu paroksisme, yang diselingi oleh suatu periode periode laten dimana penderita bebas dari demam. Sebelum demam penderita biasanya merasa lemah, sakit kepala, tidak ada nafsu makan, mual atau muntah. Pada penderita dengan infeksi majemuk lebih dari satu jenis Plasmodium atau satu jenis Plasmodium tetapi infeksi berulang dalam jarak waktu berbeda, maka serangan panasnya bisa terus-menerus tanpa interval, sedangkan pada yang imun, maka gejalanya minimal. 24,36 Universitas Sumatera Utara Suatu paroksisme biasanya terdiri atas tiga stadium yang berurutan yakni stadium dingin cold stage, stadium demam hot stage, stadium berkeringat sweating stage. Paroksisme ini biasanya jelas pada orang dewasa, namun pada anak dan bayi paroksisme ini makin jarang pada yang usianya masih muda, kebanyakan bereaksi sebagai kejang. Serangan demam yang pertama didahului oleh masa inkubasi intrinsik. Masa inkubasi ini bervariasi antara 9-30 hari tergantung pada spesies parasit, paling pendek pada Plasmodium falciparum dan paling panjang pada Plasmodium malariae. Masa inkubasi ini juga tergantung pada intensitas infeksi, pengobatan yang pernah didapat sebelumnya, tingkat imunitas penderita dan cara penularan. Penularan yang bukan alamiah seperti melalui transfusi darah, masa inkubasi tergantung pada jumlah parasit yang turut masuk bersama darah dan tingkat imunitas penerima darah. Secara umum dapat dikatakan bahwa masa inkubasi bagi Plasmodium falciparum adalah 10 hari setelah transfusi, Plasmodium vivax setelah 16 hari, dan Plasmodium malariae setelah 40 hari atau lebih. Setelah lewat masa inkubasi, maka gejala demam terlihat dalam tiga stadium, biasanya lebih sering terjadi pada anak besar dan orang dewasa, yaitu : 36

a. Stadium Dingin Cold Stage

Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat atau sianosis, kulit kering dan pucat, penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam. Universitas Sumatera Utara

b. Stadium Demam Hot Stage