Bahan Organik Tanah Profil Infiltrasi Tanah pada Berbagai Penggunaan Lahan

penurunan laju infiltrasi yang cukup tinggi, terutama pada awal infiltrasi. Hal ini dikarenakan ada kemungkinan terjadinya dispersi partikel tanah khususnya klei sehingga menyebabkan penyumbatan pori tanah yang dapat melalukan air. Lahan Kebun Singkong memiliki kandungan Na-dd yang terendah serta jumlah kandungan Ca-dd dan Mg-dd yang sama dengan lahan Kebun Karet. Salah satu penyebab rendahnya kandungan basa-basa pada lahan ini adalah pengolahan tanah. Pengolahan tanah yang dilakukan pada lahan Kebun Singkong ini menyebabkan unsur hara dan bahan organik tanah lebih cepat hilang dan terdekomposisi sehingga menurunkan kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah. Kandungan Na-dd yang rendah pada lahan Kebun Singkong menyebabkan tanah tidak mudah terdispersi. Hal ini dapat terlihat dimana laju infiltrasi tanah konstan pada lahan ini merupakan laju infiltrasi tertinggi. Kandungan basa-basa pada Lahan Terbuka lebih tinggi dibandingkan dengan Kebun Singkong. Pada lahan ini kandungan Na-dd lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan Ca-dd dan Mg-dd dalam tanah. Tingginya kandungan Na-dd ini mengakibatkan terjadinya dispersi dan menurunkan laju infiltrasi tanah. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5, dimana Lahan Terbuka memiliki laju infiltrasi tanah konstan yang lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan lahan lainnya. Selain itu, tidak adanya vegetasi pada lahan ini menyebabkan porositas tanah lebih buruk dibandingkan lahan yang lain, sehingga laju infiltrasinya paling rendah. V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

1. Laju infiltrasi tanah awal t=0,05 jam tertinggi terdapat pada lahan Kebun Durian dengan laju sebesar 90 cmjam, disusul Lahan Terbuka 80 cmjam, Kebun Singkong 79 cmjam, dan Kebun Karet 60 cmjam. Laju infiltrasi tanah awal lebih dipengaruhi oleh kadar air tanah awal. Kebun Karet memiliki kadar air tanah awal tertinggi sehingga laju infiltrasi tanah awal yang terjadi menjadi lebih rendah. 2. Kebun Singkong memiliki laju infiltrasi konstan tertinggi sebesar 7,80 cmjam yang tergolong kelas laju infiltrasi agak cepat, disusul Kebun Karet yang memiliki laju infiltrasi konstan sebesar 6,00 cmjam, Kebun Durian 5,40 cmjam, dan terendah pada Lahan Terbuka 5,20 cmjam dimana ketiganya termasuk kelas laju infiltrasi sedang. Tanaman Singkong yang menghasilkan umbi dapat menciptakan tanah yang lebih porus sehingga laju infiltrasi tanah konstan menjadi lebih tinggi. 3. Keberadaan vegetasi dapat mempengaruhi laju infiltrasi tanah. Tutupan kanopi vegetasi dapat melindungi permukaan tanah terhadap pukulan butir hujan yang menyebabkan pecahnya agregat dan terlepasnya partikel tanah. Partikel tanah yang terlepas itu menyebabkan penyumbatan pori tanah ketika infiltrasi berlangsung sehingga menyebabkan penurunan laju infiltrasi. 4. Kemantapan agregat tanah memberikan pengaruh pada laju infiltrasi tanah dengan mempertahankan ruang pori tanah yang ada sehingga penurunan laju laju infiltrasi dapat lebih terjaga. Adapun kandungan bahan organik dan basa-basa dapat ditukar memberikan pengaruh pada laju infiltrasi tanah melalui perbaikan sifat fisik tanah.

V.2. Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang hubungan infiltrasi tanah dengan sifat-sifat tanah yang lainnya seperti kadar bahan organik, kemantapan agregat, dan kandungan basa-basa pada berbagai jenis tanah. DAFTAR PUSTAKA Agassi M. 1995. Soil erosion, conservation, and rehabilitation. Marcel Dekker, Inc. New York Amezketa E, Aragues R, Carranza R, Urgel B. 2003. Macro-and micro- aggregatestability of soils determined by a combination of wet-sieving and laser-raydiffraction.Spanish J. Agric. Res. 14: 83-94. Asdak, C. 2002. Hidrologi dan pengelolaan daerah aliran sungai.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air.IPB Press. Bogor. Baver , L. D., W. H. Gardner and W. R. Gardner. 1972. Soil Phycics. JohnWiley and Sons, Inc., New York, London, Sidney and Toronto. Buckman, H. O. dan N. C. Brady. 1969. The Nature and Properties of Soils. G. Soepardi, penerjemah. 1983. Departemen Ilmu Tanah, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Haridjaja, O., Murtilaksoo, K. dan Rachman, LM. 1991. Hidrologi Pertanian. Jurusan Tanah, Faperta IPB. Bogor. Isyari, A. 2005. Pendugaan Laju Infiltrasi pada Beberapa Penggunaan Lahan di DAS Ciliwung Bagian Hulu.Skripsi.Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas MIPA, IPB. Jury, WA, dan Horton, R. 2004. Soil Physics.John Willey and Sons Inc. New Jersey. Kertonegoro, D. D. 1981. Bahan Organik sebagai Komponen Fase Padat Tanah. Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Rachman, LM. 1988. Infiltrasi. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sitorus S.R.P., O. Haridjaja, dan K.R. Brata. 1983. Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sofyan, M. 2006. Pengaruh Berbagai Penggunaan Lahan terhadap Laju Infiltrasi Tanah.Skripsi. Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Bogor Wahab, M. S. 1985. Tingkat dan Pola Perubahan Beberapa Sifat Fisik Tanah pada Latosol Darmaga.Skripsi. Program Studi Ilmu Tanah, Fakulttas Pertanian IPB. Bogor. Yanrilla, R. 2001. Laju Infiltrasi pada Berbagai Jenis Penutupan Lahan Hutan di RPH Tenjowaringin, BKPH Singaparna, KPH Tasikmalaya, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat.Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan, IPB.