Kebun Karet Kebun Durian
Kebun Karet, rendahnya laju infiltrasi awal ini diduga sangat ditentukan oleh kadar air tanah awalnya. Lahan Kebun Karet ini memiliki kadar air tanah awal
sebesar 69,64 Tabel Lampiran 1. Kadar air tanah awal ini lebih tinggi dibandingkan dengan lahan lainnya sehingga menyebabkan laju infiltrasi awal
t=0,05 jam pada lahan ini menjadi lebih rendah.
Laju infiltrasi tanah awal t=0,05 jam tertinggi terdapat pada lahan Kebun Durian dengan laju sebesar 90 cmjam. Lahan Kebun Durian ini memiliki kadar
air tanah awal yang lebih rendah dibandingkan dengan Kebun Karet yaitu sebesar 45,75 . Kadar air tanah awal yang rendah pada lahan Kebun Durian
memungkinkan terjadinya hisapan matriks yang lebih besar dibandingkan dengan Kebun Karet. Hisapan matriks yang terjadi ini menyebabkan infiltrasi yang terjadi
menjadi lebih cepat, namun hisapan matriks tersebut akan berkurang seiring dengan bertambahnya kelembaban tanah. Oleh karena itu, laju infiltrasi awal t =
0,05 jam pada lahan Kebun Durian lebih tinggi dibandingkan dengan Kebun Karet.
Laju infiltrasi tanah awal t=0,05 jam pada lahan Kebun Singkong lebih rendah dibandingkan dengan Lahan Terbuka. Perbedaan laju infiltrasi awal
t=0,05 jam pada kedua lahan ini berkaitan dengan kadar air tanah awal, dimana Lahan Terbuka memiliki kadar air tanah awal yang lebih rendah 39,87
dibandingkan dengan Kebun Singkong 40,51. Oleh karena itu, laju infiltrasi awal yang terjadi pada lahan Kebun Singkong lebih rendah dibandingkan dengan
Lahan Terbuka.
Kadar air tanah awal mempengaruhi laju infiltrasi tanah awal sehingga tanah-tanah yang kering mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menarik
dan memasukkan air ke dalam tanah. Kadar air tanah awal yang tinggi menunjukkan tanah sudah mulai jenuh sehingga kecepatan air masuk ke dalam
tanah menjadi berkurang.