10 pemukiman, sungai, dan pelabuhandermaga; serta keberadaan sampah perairan
dan kecerahan perairan. Namun tidak semua kecamatan memiliki ekosistem yang sama sehingga parameter jarak ekosistem menjadi terbagi berdasarkan jenis
ekosistem yang ada pada masing-masing kecamatan. Parameter jarak ekosistem pada ekosistem mangrove, estuaria, dan lamun dianggap sama sedangkan pada
ekosistem terumbu karang mempunyai jarak tersendiri Tabel 3.
Tabel 3 Parameter dan nilai indeks ekologi
Keterangan: 1 = Rendah, 2 = Sedang, 3 = Tinggi
Indeks Ekologi IE dihitung menggunakan rumus yang dikembangkan PKSPL IPB 2013, yaitu:
IE = ∑ KEj
n j=1
n 3
Keterangan: IE : Indeks Ekologi
KEj : Nilai Kepekaan Parameter IE n : Jumlah Parameter IE
Indeks Sosial Ekonomi IS Sama halnya dengan indeks kerentanan dan ekologi, indeks sosial juga indeks
terpenting dalam menentukan indeks kepekaan lingkungan. Penilaian utama indeks
1 2
3
Mangrove Lamun
500 251 – 500
0 – 250 Modifikasi Helmi
2008 dan Damar 2008
Terumbu Karang 4000 2001 – 4000 0 – 2000
Modifikasi Helmi 2008
Mangrove Lamun
200 101 – 200
0 – 100 Modifikasi Damar
2008 Terumbu Karang 2000
1001 – 2000 0 – 1000 Modifikasi Helmi
2008 Mangrove
Lamun 400
201 – 400 0 – 200
Modifikasi Helmi 2008 dan Rikardi
2013
Terumbu Karang 1500 751 – 1500 0 – 750
Modifikasi Helmi 2008
Tidak ada
10 m3 100 m
≥ 10 m3 100 m
Modifikasi Kepmen LH no 51 tahun
2004 Standar baku mutu air laut
6 3 – 6
3 Modifikasi Kepmen
LH no 51 tahun 2004 Standar baku
mutu air laut
Acuan
Jarak ekosistem dari pemukiman
meter
Jarak ekosistem dari sungai
meter
2 Keberadaan
ekosistem 1
Keberadaan sampah di perairan volume sampah panjang garis
pantai
Kecerahan perairan meter
No Nilai kepekaan
Parameter IE
Kualitas perairan
Jarak ekosistem dari pelabuhan
dermaga meter
11 sosial adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat dan potensi yang dimiliki suatu
kawasan. Parameter pembentuk indeks sosial yaitu tingkat pendapatan, persepsi masyarakat terhadap sampah, dan potensi wisata Tabel 4. Jika masing-masing
parameter memiliki dampak, maka perekonomian masyarakat akan terganggu.
Tabel 4 Parameter dan nilai indeks sosial ekonomi
Keterangan: 1 = Rendah, 2 = Sedang, 3 = Tinggi
Rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Sosial IS merupakan hasil modifikasi dari rumus yang dikembangkan PKSPL IPB 2013, yaitu:
IS = ∑ KSj
n j=1
n 4
Keterangan: IS : Indeks Sosial
KSj : Nilai Kepekaan Parameter IS N : Jumlah Parameter IS
Setiap parameter dari masing-masing indeks diklasifikasikan kedalam beberapa kriteria nilai yang selanjutnya diberi skor rangking. Skor tersebut
mulai dari 1 sampai 3, yang menandakan tingkat kepekaan rendah, sedang, dan tinggi. Dimana nilai indeks 1 = rendah, nilai indeks 1
– 2 = sedang, dan nilai indeks 2
– 3 = tinggi. Penentuan nilai IKL mengacu pada PKSPL IPB 2013, namun dalam
penelitian ini dilakukan modifikasi dimana masing-masing indeks mempunyai nilai indeks 1 sampai 3 sehingga IKL akan bernilai 1 sampai 27. Nilai tersebut kemudian
dibagi menjadi 3 kelas tingkat kepekaan yang akan mewakili tingkat sensitivitas wilayah pesisir terhadap pencemaran limbah padat. Tingkat kepekaan tersebut
dimulai dari tidak peka hingga sangat peka Tabel 5.
1 2
3
1 Tingkat pendapatan
Tinggi 3.5 juta rupiah
Sedang 1.5 – 3.5 juta rupiah
Rendah 1.5 juta rupiah
BPS 2008
2 Persepsi masyarakat
terhadap sampah Baik 210 –
350 Cukup baik
351 – 490 Buruk
491 – 630 Hasil analisis
kuisioner 2016
3 Potensi wisata Tidak ada
Sedang 1 – 3 tempat wisata
Tinggi 3 tempat wisata
Modifikasi PKSPL
2009
No Parameter IS Nilai kepekaan
Acuan
12 Tabel 5 Tingkat kepekaan berdasarkan Nilai IKL
Kelas IKL
SkorNilai Tingkat
Kepekaan
Warna
1 1
Tidak peka Hijau
2 2
– 8 Peka
Kuning 3
9 – 27
Sangat peka Merah
3. Analisis Sistem Informasi Geografis Pembuatan Peta Digital
Indeks kepekaan lingkungan IKL disajikan dalam bentuk peta. Pembuatan peta IKL dilakukan melalui beberapa tahapan, yakni: tahap rektifikasi, digitasi,
editing, pemasukan data atribut, overlay, buffer dan layout. Seluruh tahapan tersebut diproses menggunakan software ArcGIS versi 10.1. Peta yang dihasilkan
dari tahapan terakhir mengilustrasikan daerah-daerah yang peka terhadap pencemaran limbah padat sampah.
Peta yang dihasilkan diantaranya adalah peta masing-masing indeks dan peta indeks kepekaan lingkungan. Peta indeks kerentanan dihasilkan dari overlay
parameter pembentuk indeks kerentanan. Peta indeks ekologi merupakan hasil overlay dari parameter pembentuk indeks ekologi; serta peta indeks sosial
merupakan hasil overlay dari parameter pembentuk indeks sosial. Peta IKL akhir mengilustrasikan wilayah pesisir Kota Makassar yang peka terhadap pencemaran
sampah. Wilayah pesisir dalam peta IKL akhir merupakan batas administrasi terkecil kelurahandesa pesisir. Selanjutnya peta estimasi sebaran sampah di
pesisir Kota Makassar sebagai validasi hasil lapangan.
Alur Penelitian
Secara umum tahapan penelitian digambarkan dalam alur penelitian. Berikut adalah alur penelitian yang dilakukan Gambar 2:
13
YES NO
HASIL LAPANGAN
PETA IKL
ANALISI DATA SIG 1.
Rektifikasi 2.
Digitasi 3.
Editing 4.
Input Data Atribut
5. Overlay
6. Layout
MATRIKS 1.
Parameter 2.
Skoring
TEORI
Studi Literatur + Survei Awal
METODE ESIIKL
Koreksi
PETA IKL
FINAL
PENGAMBILAN DATA
LAPANGAN Primer dan Sekunder
Gambar 2 Bagan alur penelitian
14
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan wilayah administratif Kota Makassar. Kota Makassar merupakan dataran rendah dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-
25 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 119º 24 17.38 BT dan 5º 8 6.19 LS. Luas wilayah Kota Makassar seluruhnya adalah 175,77 km
2
daratan, termasuk 11 pulau didalamnya dan luas wilayah perairan ±100 km². Batas
administrasi Kota Makassar meliputi bagian utara dan timur berbatasan dengan Kabupaten Maros, bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Takalar,
dan bagian barat berbatasan dengan Selat Makassar.
Wilayah administrasi Kota Makassar terdiri dari 14 kecamatan, 8 diantaranya merupakan kecamatan pesisir. Penelitian dilakukan pada kawasan pesisir Kota
Makassar yang meliputi 8 kecamatan yaitu: Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Tallo, Ujung Tanah, Wajo, Ujung Pandang, Mariso, dan Kecamatan Tamalate.
Secara umum kawasan pesisir yang padat infrastruktur dan pemukiman adalah
pesisir bagian tengah Kota Makassar mulai dari Kecamatan Tallo sampai Mariso. Selanjutnya wilayah pengembangan adalah bagian utara dan selatan Kota Makassar
Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, dan Tamalate. Kecamatan Biringkanaya
Kecamatan Biringkanaya merupakan kecamatan terbesar yang ada di Kota Makassar dengan luas wilayah 48,22 km². Batas administrasi Kecamatan
Biringkanaya bagian utara dan timur berbatasan dengan Kabupaten Maros, bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Tamalanrea, dan bagian barat berbatasan
dengan Selat Makassar.
Kecamatan Biringkanaya memiliki PT. Kawasan Industri Makassar KIMA didalamnya sehingga menjadi pusat industri terbesar di Kota Makassar bahkan di
Kawasan Timur Indonesia. PT. KIMA terbentang diatas areal 303 Ha dan akan dikembangkan menjadi 703 Ha. Pengembangan tersebut berpeluang besar
mencapai wilayah pesisir mengingat bangunan yang ada saat ini sudah mendekati kelurahan pesisir yang ada di Kecamatan Biringkanaya.
Kecamatan Biringkanaya terdiri dari 7 kelurahan, namun hanya satu kelurahan yang berbatasan langsung dengan daerah pantai yakni Kelurahan Untia.
Kelurahan Untia merupakan kelurahan terkecil di Kecamatan Biringkanaya dengan luas wilayah 2,89 km². Terdapat kawasan pemukiman, tambak, dan persawahan.
Infrastruktur yang ada adalah pelabuhan Pelabuhan UntiaSalodong, kampus kampus baru ATKP Makassar, kampus II PIP Makassar dan kampus baru
Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar, SMK Neg 9 Makassar, dan PT. Manunggal Viviron. Pelabuhan Untia merupakan pelabuhan perikanan nusantara terbesar
kedua di Kota Makassar.
Secara umum pantai di Kelurahan Untia merupakan pantai yang landai dan termasuk pantai berlumpur. Relatif stabil dan tenang, namun cenderung maju ke
arah laut akibat sedimentasi dari Sungai MandaiMaros. Ditinjau dari pemanfaatannya maka pantai ini dapat dikatakan tidak dimanfaatkan. Vegetasi