22
Gambar 4 Kondisi saluran air di kecamatan pesisir Kota Makassar Penyebab utama karena terjadi pendangkalan yang disebabkan oleh
sedimentasi dan sumbatan sampah. Sampah yang masuk ke kanal akan menimbulkan bau yang menyengat, menjadi sarang berkembangnya bibit penyakit
sehingga dapat mengganggu kesehatan manusia, dan menyumbat saluran air sehingga dapat memicu terjadinya banjir. Hasil wawancara dengan beberapa pihak
terkait, menyatakan bahwa masalah yang terjadi pada sistem pembuangan utama Kota Makassar merupakan masalah yang sama dari beberapa tahun sebelumnya.
Hanya saja kondisi saat ini semakin diperparah dengan adanya pembangunan di daerah pantai reklamasi pantai.
6. Potensi daerah banjir
Dataran rendah merupakan wilayah yang paling dominan di Kota Makassar sehingga sebagian besar wilayah ini akan tergenang saat musim penghujan tiba.
Daerah pesisir yang paling sering terkena banjir adalah Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, dan Tallo Lampiran 3.6. Sejak tahun 2013 ketiga kecamatan tersebut
tidak pernah luput dari yang namanya banjir. Banjir terjadi hampir setiap kali turun hujan. Pada tahun 2015 Kecamataan Tamalate menjadi daerah yang sering terkena
banjir. Intensitas hujan di Kota Makassar cukup tinggi. Rata-rata jumlah hari hujan mencapai 14 kali dalam sebulan dengan rata-rata curah hujan 238,89 mm selama
kurun waktu tiga tahun Lampiran 3.6. Selain intensitas hujan yang tinggi, fenomena banjir didukung oleh daerah resapan air yang semakin berkurang serta
kondisi saluran air yang tidak berfungsi maksimal. Berkurangnya daerah resapan air disebabkan oleh pembangunan yang cukup pesat. Saluran air yang ada di Kota
Makassar banyak mengalami kerusakan dan pendangkalan. Salah satu penyebab utama yang paling sering ditemukan adalah adanya tumpukan sampah. Aliran air
yang tidak lancar menjadi penyebab air tergenang dan lama kelamaan akan banjir jika hujan terjadi terus menerus. Fenomena banjir akan meluapkan air dari sungai
dan drainase. Air yang meluap akan membawa tumpukan sampah didalamnya. Kondisi demikian dapat memicu berkembangnya bibit penyakit. Hal inilah yang
menjadikan daerah yang terkena banjir peka terhadap pencemaran limbah padat.
70
23.33 6.67
66.67 23.33
10 70
23.33 6.67
76.67
16.67 6.67
73.33
20 6.67
80
13.33 6.67
76.67
16.67 6.67
70
20 10
20 40
60 80
100
bersih dan lancar kotor dan tersumbat
rusak
Persenta se
Kondisi saluran air
Persentase kondisi saluran air tiap kecamatan
Biringkanaya Tamalanrea
Tallo Ujung Tanah
Wajo Ujung Pandang
Mariso Tamalate
23
7. Pola arus
Kisaran arus yang didapatkan pada lokasi penelitian mulai 0 – 0,58 ms
dengan rata-rata 0,10 ms. Kecepatan arus meningkat pada Bulan Juli – September
dan menurun pada Bulan Februari – April Lampiran 3.7. Kecepatan arus ini
digolongkan pada kecepatan arus lambat sampai sedang. Menurut Mason 1981, kecepatan arus 0,25 ms termasuk kategori arus lambat dan kecepatan arus 0,25
– 0,5 ms termasuk kategori arus sedang. Pola pergerakan arus turut mempengaruhi pergerakan limbah padat di sekitar pantai. Seperti yang telah dikemukakan oleh
Barnes et al. 2009 bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat akumulasi sampah di perairan adalah pola angin serta arus laut yang ada di daerah
tersebut.
Menurut Law et al. 2010, akumulasi sampah tertinggi ditemukan pada wilayah dengan kecepatan arus permukaan 2cms. Hal ini menandakan kecepatan
arus yang relative lemah dapat memicu penimbunan sampah dalam satu wilayah. Sebaliknya kecepatan arus kuat dapat memicu pergerakan sampah menjadi semakin
jauh. Oleh karena itu, baik arus yang lemah maupun kuat memiliki tingkat kepekaan yang tinggi terhadap pencemaran sampah. Namun untuk wilayah pesisir, arus
lemah jauh lebih peka terhadap pencemaran sampah dibanding arus yang kuat. Wilayah pesisir tidak hanya mendapat suplai sampah dari daratan utama tetapi juga
dari tempat lain sampah kiriman. Kondisi arus lemah tidak mampu mengembalikan sampah kiriman sehingga timbunan sampah akan meningkat.
Selain merusak nilai estetika, timbunan sampah bisa menimbulkan bau yang menyengat dan menjadi sarang berkembangnya bibit penyakit, serta menganggu
pelayaran.
Parameter Pembentuk Indeks Ekologi IE
Berikut adalah parameter yang digunakan sebagai pembentuk indeks ekologi:
1. Keberadaan ekosistem
Ekosistem pesisir memiliki fungsi ekologis dan nilai ekonomi tinggi, merupakan habitat penting bagi pertumbuhan ikan dan biota lainnya. Oleh karena
itu kerusakan ekosistem dapat menyebabkan kerugian besar. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ditemukan adanya ekosistem pesisir yang berbeda pada
kawasan pesisir Kota Makassar mulai dari ekosistem mangrove, lamun, hingga terumbu karang Lampiran 3.8.
Luasan ekosistem mangrove di kawasan pantai Makassar ± 81,37 ha Lampiran 3.1 sedangkan luasan terumbu karang di Kota Makassar mencapai
909,7 ha Statistik KP3K, 2015. Secara umum kondisi ekosistem mangrove cukup memprihatinkan, dipenuhi tumpukan sampah terutama sisi yang berdekatan dengan
pemukiman penduduk. Visualisasi untuk kondisi tersebut bisa dilihat pada Lampiran 5. Kondisi terumbu karang pada tahun 2013 masih dalam kondisi baik.
Namun kondisi ekosistem terumbu karang saat ini sudah mulai menurun. Berdasarkan hasil pemantauan terumbu karang oleh MSDC-UH pada tahun 2015
didapatkan ekosistem terumbu karang di Kota Makassar berada pada kondisi sedang. Fakta terbaru ditemukan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan
kondisi terumbu karang menurun adalah banyaknya sampah yang menutupi