Jumlah Tempat Penampungan Sementara TPS

21 Menurut aturan SNI 19-2454-2002 pengangkutan sampah yang aman sebaiknya dilakukan setiap hari namun untuk kondisi tertentu bisa dilakukan 2 - 3x pengangkutan dalam sepekan. Jika melewati batas tersebut maka dikhawatirkan akan menimbulkan pencemaran seperti bau yang menyengat dan menjadi sarang berkembangnya bibit penyakit. Sampah rumah tangga umumnya bervariasi, sampah organik dan non organik namun dibuang dalam wadah yang sama sehingga kemungkinan menimbulkan bau tak sedap akan jauh lebih cepat. Tempat sampah rumah tangga memiliki kapasitas terbatas yang bahkan bisa penuh hanya dalam sehari. Jika petugas kebersihan tidak cepat tanggap maka disinilah peluang terjadinya pembuangan sampah di lingkungan sekitar. Sampah yang sudah penuh dan berbau tentunya akan dibuang secepatnya. Hal ini yang menjadikan Jadwal pengangkutan sampah sangat berpengaruh terhadap timbulan sampah yang muncul di lingkungan sekitar.

5. Saluran air

Saluran air memiliki peran yang sangat penting yakni berfungsi untuk menyalurkan air hujan, air permukaan bahkan air pembuangan ke suatu tempat agar tidak menjadi masalah bagi lingkungan dan kesehatan. Berdasarkan proses terbentuknya saluran air terbagi dua yaitu saluran air alami sungai dan saluran air buatan kanal, drainase, parit, selokan dan sejenisnya. Saluran air yang berfungsi dengan baik dapat mencegah terjadinya banjir. Hal ini karena air yang tergenang di permukaan tanah dapat segera dialirkan ke tempat yang lebih rendah. Namun sebaliknya jika saluran air tidak berfungsi maksimal maka akan memicu terjadinya banjir. Saluran air yang tersumbat dapat menyebabkan air meluap dan menambah genangan di permukaan sehingga lama kelamaan akan terjadi banjir. Secara geografis, Kota Makassar diapit dua sungai besar, yaitu Sungai Tallo yang bermuara di sebelah utara kota dan Sungai Jeneberang yang bermuara di sebelah selatan kota. Selain itu, pada perbatasan Makassar Maros juga dijumpai Sungai MarosMandai yang bermuara pada salah satu kecamatan di Kota Makassar, yakni Kecamatan Biringkanaya. Sistem pembuangan utama Kota Makassar adalah beberapa kanal besar, yang berada pada bagian barat dan timur kota Lampiran 3.5. Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan fungsi utama Sungai Tallo dan Jeneberang sebagai saluran air sudah terganggu. Hal ini disebabkan beberapa spot tertentu terutama yang dekat dengan pemukiman telah terjadi penumpukan sampah dalam badan air. Sampah yang masuk ke badan sungai dapat menyebabkan sedimentasi, pendangkalan, dan menghalangi cahaya matahari masuk ke perairan. Selanjutnya dapat menghambat proses fotosintesis tumbuhan air dalam menghasilkan oksigen sehingga kondisi perairan akan kekurangan oksigen. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka kehidupan organisme lain dapat terhenti. Cemaran yang masuk ke badan air sungai pada akhirnya bermuara ke laut sehingga daerah yang dekat dengan sungai dan drainase akan lebih peka terhadap pencemaran limbah padat Wibowo dan Supriatna 2011. Selain itu didapatkan beberapa kanal yang tidak berfungsi maksimal. Diantaranya kanal yang berada pada bagian barat kota yakni: Kanal Sinrijala, Kanal Jongaya, dan Kanal Panampu yang bermuara ke laut. Hal yang sama juga terjadi pada beberapa drainase yang ada dimasing-masing kecamatan Lampiran 5. Sekitar 30 saluran air yang ada di Kota Makassar tidak berfungsi dengan baik Gambar 4. 22 Gambar 4 Kondisi saluran air di kecamatan pesisir Kota Makassar Penyebab utama karena terjadi pendangkalan yang disebabkan oleh sedimentasi dan sumbatan sampah. Sampah yang masuk ke kanal akan menimbulkan bau yang menyengat, menjadi sarang berkembangnya bibit penyakit sehingga dapat mengganggu kesehatan manusia, dan menyumbat saluran air sehingga dapat memicu terjadinya banjir. Hasil wawancara dengan beberapa pihak terkait, menyatakan bahwa masalah yang terjadi pada sistem pembuangan utama Kota Makassar merupakan masalah yang sama dari beberapa tahun sebelumnya. Hanya saja kondisi saat ini semakin diperparah dengan adanya pembangunan di daerah pantai reklamasi pantai.

6. Potensi daerah banjir

Dataran rendah merupakan wilayah yang paling dominan di Kota Makassar sehingga sebagian besar wilayah ini akan tergenang saat musim penghujan tiba. Daerah pesisir yang paling sering terkena banjir adalah Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, dan Tallo Lampiran 3.6. Sejak tahun 2013 ketiga kecamatan tersebut tidak pernah luput dari yang namanya banjir. Banjir terjadi hampir setiap kali turun hujan. Pada tahun 2015 Kecamataan Tamalate menjadi daerah yang sering terkena banjir. Intensitas hujan di Kota Makassar cukup tinggi. Rata-rata jumlah hari hujan mencapai 14 kali dalam sebulan dengan rata-rata curah hujan 238,89 mm selama kurun waktu tiga tahun Lampiran 3.6. Selain intensitas hujan yang tinggi, fenomena banjir didukung oleh daerah resapan air yang semakin berkurang serta kondisi saluran air yang tidak berfungsi maksimal. Berkurangnya daerah resapan air disebabkan oleh pembangunan yang cukup pesat. Saluran air yang ada di Kota Makassar banyak mengalami kerusakan dan pendangkalan. Salah satu penyebab utama yang paling sering ditemukan adalah adanya tumpukan sampah. Aliran air yang tidak lancar menjadi penyebab air tergenang dan lama kelamaan akan banjir jika hujan terjadi terus menerus. Fenomena banjir akan meluapkan air dari sungai dan drainase. Air yang meluap akan membawa tumpukan sampah didalamnya. Kondisi demikian dapat memicu berkembangnya bibit penyakit. Hal inilah yang menjadikan daerah yang terkena banjir peka terhadap pencemaran limbah padat. 70 23.33 6.67 66.67 23.33 10 70 23.33 6.67 76.67 16.67 6.67 73.33 20 6.67 80 13.33 6.67 76.67 16.67 6.67 70 20 10 20 40 60 80 100 bersih dan lancar kotor dan tersumbat rusak Persenta se Kondisi saluran air Persentase kondisi saluran air tiap kecamatan Biringkanaya Tamalanrea Tallo Ujung Tanah Wajo Ujung Pandang Mariso Tamalate