13 Tabel 3 Karakteristik sifat biokimia dan fisiologis bakteri probiotik SKT-b
Parameter Keterangan
Gram Negatif
Bentuk sel Batang pendek
Motilitas +
Protease +
Amilase +
Kitinase -
Sumber karbon:
Glukosa +
Sukrosa
+
Laktosa -
3.2.3 Uji Kombinasi Sinbiotik Optimal
Pengujian kombinasi prebiotik-probiotik sinbiotik yang optimal dilakukan secara in vitro. Pengujian ini mencari kombinasi prebiotik-probiotik yang
memperlihatkan kecepatan pertumbuhan bakteri probiotik paling baik. Biakan cair bakteri SKT-b konsentrasi 10
7
, 10
8
, 10
9
, dan 10
10
cfu ml
-1
, masing-masing sebanyak 1 ml ditumbuhkan dalam 9 ml air laut steril yang telah dicampur dengan prebiotik
konsentrasi 0, 1, 2 dan 3 vv. Sterilisasi prebiotik dilakukan dengan filtrasi mess size
0,20 µm. Biakan bakteri selanjutnya diinkubasi dalam waterbath shaker kecepatan 140 rpm, suhu 29
o
C selama 12 jam. Pertumbuhan bakteri SKT-b diketahui dengan mengukur nilai absorbansi biakan setiap perlakuan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 600 nm.
3.2.4 Uji In Vivo
3.2.4.1 Preparasi Probiotik
Bakteri probiotik yang akan diberikan ke udang, sehari sebelumnya dikultur di media SWC cair dan diinkubasi dalam waterbath shaker kecepatan 140 rpm,
suhu 29
o
C selama 16 jam. Pelet bakteri dipisahkan dengan supernatan menggunakan sentrifus kecepatan 10.000 rpm selama lima menit. Pelet bakteri
dicampurkan ke pakan sebanyak 10
10
cfu g pakan
-1
.
3.2.4.2 Preparasi Pakan
Bakteri SKT-b dan prebiotik sesuai dosis perlakuan ditambahkan ke pakan komersil menggunakan pengikat berupa gelatin sebanyak 3 dari bobot pakan.
Pakan untuk udang kontrol juga ditambahkan gelatin 3 tanpa sinbiotik. Pelet dikeringanginkan selama 30 menit dan segera diberikan ke udang sebanyak satu
kali setiap hari selama 30 hari. Pembuatan pakan perlakuan dilakukan setiap hari untuk menjaga kesegaran bahan.
14
3.2.4.3 Persiapan Wadah dan Media
Wadah perlakuan berupa akuarium kaca berukuran 60x30x40 cm
3
. Sebelum digunakan, wadah didesinfeksi dengan klorin 100 ppm selama satu jam. Wadah
dibilas air sampai bersih dan dijemur di bawah sinar matahari untuk menghilangkan residu klorin. Akuarium kemudian ditutup dengan plastik hitam untuk mengurangi
intensitas cahaya yang masuk. Masing-masing akuarium dilengkapi dengan shelter pipa
paralon ½ inci dan “anco” tutup toples plastik diameter 18 cm. Air yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Pantai Ancol. Air laut ditampung dalam
tandon dan didesinfeksi dengan klorin 30 ppm. Residu klorin dihilangkan dengan menambahkan Na-Thiosulfat 15 ppm setengah dosis klorin. Setiap akuarium
perlakuan diisi air laut setinggi 30 cm 54 liter. Akuarium dengan perlakuan yang sama digabung dalam satu sistem resirkulasi untuk mempertahankan kualitas air
media pemeliharaan udang Lampiran 3.
3.2.4.4 Kondisi Hewan Uji
Udang vaname diperoleh dari PT. Global Gen Indonesia, Labuan, Banten. Sebelum digunakan, udang vaname PL 41; bobot rataan 0,6 g diadaptasikan
selama dua minggu dalam wadah fiber volume 1 ton. Udang diberi pakan sekenyangnya sebanyak lima kali sehari pada pukul 06.00, 10.00, 14.00, 18.00 dan
22.00 WIB. Setelah proses adaptasi, udang uji PL 55; bobot rataan 1,9 g kemudian dipindahkan ke dalam akuarium perlakuan sebanyak 40 ekor per akuarium. Udang
diberi pakan perlakuan selama 30 hari dengan metode dan frekuensi pemberian pakan yang sama seperti saat adaptasi. Selain dengan menggunakan sistem
resirkulasi, kualitas air media dipertahankan dengan aerasi terus menerus dan penyifonan setiap dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Penyifonan juga
dilakukan untuk mengambil sisa pakan untuk pengukuran parameter jumlah konsumsi pakan.
Uji in vivo dikelompokkan menjadi dua yaitu uji resistensi udang vaname terhadap infeksi IMNV dan uji performa pertumbuhan. Setelah pemberian pakan
perlakuan selama 30 hari, dilakukan analisis dan perhitungan parameter pertumbuhan untuk uji performa pertumbuhan serta pengukuran populasi bakteri
usus. Setelah itu, sebanyak 18 ekor udang tiap akuarium dipelihara kembali untuk dilakukan uji resistensi terhadap IMNV. Infeksi IMNV dilakukan dengan
menginjeksikan hasil ekstraksi tubuh udang yang positif terinfeksi berdasarkan pengamatan gejala klinis dan hasil analisis PCR. Sampel udang yang positif
terinfeksi IMNV didapatkan dari Balai Pengembangan Budidaya Air Payau BPBAP Situbondo, Jawa Timur dan diekstrak berdasarkan Escobedo et al. 2006
Lampiran 4. Udang yang diinfeksi IMNV pada masing-masing akuarium, sebanyak 15 ekor digunakan untuk pengukuran parameter sintasan dan gejala klinis
serta 3 ekor untuk pengukuran parameter imunitas. Selama waktu pengamatan, udang diberi pakan kontrol dengan metode dan frekuensi yang sama seperti saat
perlakuan. Resirkulasi air, aerasi dan penyifonan tetap dilakukan untuk mempertahankan kualitas air.
15
3.2.4.5 Pengujian Resistensi Udang Vaname terhadap Infeksi IMNV
Uji ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja sinbiotik dalam meningkatkan resistensi udang vaname yang diinfeksi IMNV. Pengujian terdiri dari lima
perlakuan dengan tiga ulangan, sebagai berikut: Kontrol - : Udang vaname diberi pakan komersil dan diinjeksi PBS.
Kontrol + : Udang vaname diberi pakan komersil dan diinfeksi IMNV. Pro+Pre 1 : Udang vaname diberi pakan komersil dengan penambahan probiotik
dan prebiotik 1 serta diinfeksi IMNV. Pro+Pre 2 : Udang vaname diberi pakan komersil dengan penambahan probiotik
dan prebiotik 2 serta diinfeksi IMNV. Pro+Pre 3 : Udang vaname diberi pakan komersil dengan penambahan probiotik
dan prebiotik 3 serta diinfeksi IMNV. Udang diberi pakan perlakuan setiap hari selama 30 hari. Infeksi IMNV
dilakukan melalui injeksi sebanyak 0,1 ml per ekor udang. Pengamatan dilakukan selama 10 hari setelah infeksi. Parameter yang diamati meliputi sintasan SR dan
gejala klinis yang diukur pada akhir pengamatan, serta parameter imunitas total hemosit dan aktivitas phenoloxidase pada awal hari ke 0 sebelum infeksi, tengah
dan akhir pengamatan hari ke 5 dan ke 10 setelah infeksi. Tahapan dan waktu kegiatan uji resistensi udang vaname terhadap IMNV dijelaskan pada Lampiran 5.
a. Pengambilan Sampel Hemolimph
Hemolimph diambil dari ventral sinus pada pangkal kaki renang pertama dengan menggunakan syringe 1 ml yang telah dibilas dan diisi antikoagulan
sebanyak 200 µl. Hemolimph yang terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam eppendorf 2 ml dan dicatat volumenya sebagai faktor pengencer pada
perhitungan nilai total hemosit dan aktivitas phenoloxidase. Untuk mengawetkan sampel hemolimph selama pengukuran parameter imunitas,
sampel disimpan di dalam cool box yang telah diisi dengan batu es.
b. Sintasan SR
Sintasan udang dihitung dengan menggunakan rumus berikut: SR = Nt No x 100
Keterangan : Nt : Jumlah udang yang hidup pada akhir pengamatan ekor
No : Jumlah udang pada awal pengamatan ekor
c. Gejala Klinis
Gejala klinis yang timbul pada udang dapat menunjukkan tingkat infeksi dari IMNV tersebut. Data gejala klinis yang dihasilkan berupa kualitatif
deskriptif dan kemudian dibuat semi kuantitatif dengan cara skoring.
16 Pengelompokan gejala klinis ditentukan berdasarkan Hasan 2011 dengan
sedikit modifikasi Tabel 4 dan Gambar 9
Tabel 4 Pengelompokan tingkat infeksi IMNV terhadap udang vaname berdasarkan gejala klinis yang muncul
Level Gejala Klinis
Tingkat Infeksi
1 Terinfeksi tanpa gejala klinis
Ringan 2
Sedikit warna putih lebam di dalam jaringan di beberapa segmen abdomen
Sedang 3
Sebagian besar jaringan abdomen berwarna putih lebam
Berat 4
Bagian abdomen dari arah ekor berwarna merah jaringan mati
Sangat berat
Gambar 9 Gejala klinis udang yang terinfeksi IMNV. Angka menunjukkan tingkat
infeksi ringan 1, sedang 2, berat 3, dan sangat berat 4
d. Total Hemosit
Pengukuran total hemosit THC dilakukan berdasarkan metode Blaxhall dan Daishley 1973. Hemolimph sebanyak 0,1 ml yang sudah ditambahkan
antikoagulan, dihitung dengan menggunakan hemasitometer pada mikroskop perbesaran 400 kali. Perhitungan nilai THC dijelaskan di Lampiran 6.
4 3
2 1
17 e.
Aktivitas Phenoloxidase PO Pengukuran PO dilakukan berdasarkan Liu dan Chen 2004. Aktivitas
PO diukur berdasarkan formasi dopachrome yang dihasilkan oleh L-DOPA. Hemolimph yang sudah dicampur dengan antikoagulan sebanyak 1 ml
disentrifus 1.500 rpm; suhu 4
o
C selama 10 menit. Supernatan dibuang dan pelet disuspensikan kembali secara perlahan ke dalam 1 ml larutan cacodylate-
citrate buffer , selanjutnya disentrifus kembali. Pelet diambil dan disuspensikan
dalam 200 μl cacodylate-citrate buffer. Suspensi sel sebanyak 100 μl diinkubasi dengan 50 μl trypsin 1 mg ml
-1
cacodylate-citrate buffer selama 10 menit pada suhu 25-26
o
C. Selanjutnya ditambahkan 50 μl L-DOPA 3 mg ml
-1
cacodylate- citrate buffer
setelah 5 menit, dan ditambahkan 800 μl cacodylate-citrate buffer
. Densitas optikal optical density diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 490 nm. Larutan standar
mengandung 100 μl suspensi hemosit, 50 μl cacodylate-citrate buffer pengganti tripsin dan 50 μl L-DOPA yang digunakan untuk mengukur
background aktivitas PO pada semua larutan uji. Aktivitas PO dihitung
berdasarkan rumus berikut: � � �
= �
− �
µ ℎ �
ℎ µ ℎ
� � ℎ+µ � � �
�
3.2.4.6 Pengujian Performa Pertumbuhan
Penelitian ini dilakukan untuk menguji kinerja sinbiotik dengan berbagai dosis oligosakarida terhadap performa pertumbuhan udang vaname. Pengujian
terdiri dari empat perlakuan dengan tiga ulangan sebagai berikut: Kontrol
: Udang vaname diberi pakan komersil. Pro+Pre 1 : Udang vaname diberi pakan komersil dengan penambahan probiotik
dan prebiotik 1. Pro+Pre 2 : Udang vaname diberi pakan komersil dengan penambahan probiotik
dan prebiotik 2. Pro+Pre 3 : Udang vaname diberi pakan komersil dengan penambahan
probiotik dan prebiotik 3. Udang diberi pakan perlakuan setiap hari selama 30 hari. Parameter yang
diukur berupa penambahan bobot tubuh, jumlah konsumsi pakan, laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan, retensi nutrien protein dan lemak serta aktivitas enzim
pencernaan protease dan amilase. Parameter uji dihitung dengan menggunakan rumus seperti pada Tabel 5. Tahapan dan waktu kegiatan uji performa pertumbuhan
dijelaskan pada Lampiran 5. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi, FPIK IPB dan analisis enzim di Laboratorium Mikrobiologi, Pusat Antar
Universitas PAU IPB. Prosedur analisis proksimat dan enzim dijelaskan di Lampiran 7 dan 8, serta hasil proksimat tubuh udang dan pakan perlakuan di
Lampiran 9.
18 Tabel 5 Perhitungan parameter pengujian performa pertumbuhan: penambahan
bobot tubuh ∆ Biomasa, jumlah konsumsi pakan JKP, laju pertumbuhan SGR, efisiensi pakan EP, retensi nutrien protein dan
lemak, aktivitas enzim AE protease dan amilase
Parameter Rumus perhitungan
Pustaka ∆ Biomasa g
� ℎ� −
� -
JKP g bobot pakan yang diberikan
– bobot sisa pakan -
SGR hari
-1
[ � �
� 1
− ] × Huisman 1987
EP ℎ
� � ℎ
� �
Takeuchi 1988 Retensi
nutrien [ � − � ⁄ ] ×
Takeuchi 1988 AE unit
menit
-1
ml
-1
[ �
− � �
− � ] �
−1
Bergmeyer dan Grassi 1983;
Bernfeld 1955
Keterangan tabel: Wf = Bobot udang akhir
Wi = Bobot udang awal t
= Periode pemeliharaan F = Jumlah nutrien tubuh pada akhir pemeliharaan g
I = Jumlah nutrien tubuh pada awal pemeliharaan g
P = Jumlah nutrien pakan yang dikonsumsi g OD = Persen absorbansi
P = Pengenceran T = Waktu menit
3.2.4.7 Populasi Bakteri Usus Udang
Pengukuran populasi bakteri usus udang dilakukan pada sebelum awal dan setelah 30 hari pemberian pakan perlakuan. Sampel udang untuk pengukuran
populasi usus awal diambil dari wadah stok sebanyak lima ekor, sesaat sebelum udang dipindahkan ke akuarium perlakuan. Sedangkan sampel udang untuk
pengukuran populasi usus setelah perlakuan diambil dari masing-masing akuarium sebanyak satu ekor dan digabungkan antar perlakuan yang sama. Pengambilan
sampel udang dilakukan secara acak. Sampel udang yang telah diambil kemudian didesinfeksi dengan mencelupkan udang ke alkohol 70 untuk mengurangi
kemungkinan kontaminasi pada usus. Usus udang perlakuan yang sama digabungkan dan dimasukkan ke dalam eppendorf yang sebelumnya telah diberi
larutan PBS 500 µl. Sebelum dan sesudah diisi usus, eppendorf ditimbang untuk mengetahui bobot usus. Selanjutnya usus digerus sampai homogen dan kemudian
19 dihitung konsentrasi total bakterinya dengan metode total plate count pada media
SWC agar.
3.2.4.8 Kualitas Air Media Pemeliharaan
Pengukuran kualitas air media pemeliharaan udang dilakukan tiga kali selama masa pemberian pakan perlakuan yaitu pada awal, tengah dan akhir perlakuan.
Parameter kualitas air yang diukur meliputi suhu
o
C, salinitas
o oo
, oksigen terlarut DO mg l
-1
, TAN mg l
-1
, dan pH. Pengukuran suhu, salinitas, DO dan pH dilakukan dengan menggunakan alat berupa termometer, refraktometer,
DOmeter dan pHmeter. Pengukuran nilai TAN dilakukan di Laboratorium Pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian TIN IPB.
3.3 Prosedur Analisis Data
Uji resistensi udang vaname terhadap infeksi IMNV terdiri dari lima perlakuan dengan tiga ulangan, sedangkan uji performa pertumbuhan terdiri dari
empat perlakuan dengan tiga ulangan. Kedua percobaan tersebut menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL dengan satu faktor. Analisis data dilakukan
dengan dua metode yaitu analisis ragam analysis of varianceANOVA pada selang kepercayaan 95
α=0,05 dan analisis deskriptif. ANOVA digunakan untuk analisis data sintasan, gejala klinis, total hemosit, aktivitas PO, dan data
parameter pertumbuhan. Apabila terdapat perbedaan antar perlakuan maka analisis dilanjutkan dengan uji Tukey menggunakan software IBM SPPS Statistics version
19
. Sedangkan analisis desktiptif digunakan untuk data kandungan oligosakarida, pertumbuhan bakteri SKT-b, kombinasi sinbiotik optimal, populasi bakteri usus,
aktivitas enzim dan data kualitas air.
20
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kandungan Oligosakarida dalam Ubi Jalar dan Pakan Komersil
Ubi jalar memiliki kandungan karbohidrat tinggi ± 20, termasuk tanaman yang mudah dibudidayakan, produksi melimpah dan harganya yang relatif murah
sehingga sangat potensial untuk dikembangkan. Ubi jalar diketahui memberikan manfaat bagi kesehatan karena mengandung oligosakarida tidak dapat dicerna non-
digestible oligosaccharides
[NDOs] yang berfungsi sebagai prebiotik, diantaranya rafinosa dan sukrosa Marlis 2008; Putra 2010; Haryati dan Supriyati 2010. Hasil
penelitian menunjukkan konsentrasi oligosakarida dalam ekstrak etanol dari tepung kukus ubi jalar sebesar 64,86. Sukrosa merupakan jenis oligosakarida dengan
persentase konsentrasi tertinggi 52,86 diikuti rafinosa dan maltoheptaosa masing-masing 8,14 dan 3,86. Kontras dengan komposisi oligosakarida pada
ubi jalar, pakan udang komersial didominasi oleh maltoheptaosa sebesar 3,07 Tabel 6 dan Lampiran 10. Kandungan sukrosa dalam pakan udang sangat kecil
serta tidak terdeteksi adanya rafinosa, sehingga perlu ditambahkan oligosakarida dari sumber lain sebagai prebiotik. Pengkayaan pakan dengan NDOs terbukti
memperbaiki mikroekologi usus termasuk meningkatkan populasi bakeri, profil biokimia dan efek fisiologis Mussatto dan Mancilha 2007.
Tabel 6 Jenis dan konsentrasi oligosakarida hasil ekstraksi dari tepung kukus ubi jalar dan pakan udang komersil dengan metode HPLC
Jenis oligosakarida Konsentrasi oligosakarida hasil ekstraksi
Ubi jalar Pakan udang komersil
Maltoheptaosa 3,86
3,07 Rafinosa
8,14 -
Sukrosa 52,86
0,91 Total oligosakarida
64,86 3,98
tidak terdeteksi
4.2 Pertumbuhan Bakteri Probiotik SKT-b
Bakteri yang ditumbuhkan di media akan mengalami empat fase pertumbuhan yaitu fase lamban, eksponensial, stasioner dan fase kematian. Biakan
dengan inokulan berasal dari biakan bakteri segar umumnya tidak mengalami fase lamban, sehingga fase eksponensial terjadi mulai jam ke 0. Puncak pertumbuhan
bakteri SKT-b terjadi pada jam ke 16 dan masuk fase kematian pada jam ke 18. Fase stasioner bakteri SKT-b diduga berada pada selang jam ke 16-18 Gambar 10.
Konsentasi bakteri SKT-b pada puncak pertumbuhannya mencapai 5,9x10
10
cfu ml
-1
Lampiran 11.
21
Gambar 10 Kurva pertumbuhan bakteri SKT-b yang dikultur di media SWC cair
dan dihitung dengan metode total plate count
4.3 Kombinasi Sinbiotik Optimal
Oligosakarida yang berasal dari ubi jalar dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan oleh bakteri probiotik SKT-b untuk menunjang pertumbuhan bakteri
tersebut secara in vitro. Penambahan oligosakarida ke media kultur meningkatkan pertumbuhan bakteri SKT-b, yang berkorelasi positif terhadap peningkatan dosis
prebiotik tersebut, pada semua perlakuan konsentrasi bakteri. Jumlah inokulan yang ditambahkan ke media kultur juga menentukan konsentrasi akhir dari biakan bakteri
yang dikultur. Pengurangan jumlah inokulan bakteri SKT-b menyebabkan penurunan konsentrasi akhir biakan pada semua perlakuan dosis prebiotik.
Kombinasi prebiotik dan probiotik yang optimal didapatkan pada penambahan prebiotik 3 dan inokulan bakteri SKT-b konsentrasi 10
10
cfu ml
-1
Gambar 11. Li et al. 2009 menyebutkan bahwa ada hubungan yang erat antara efek dosis
probiotik dan prebiotik terhadap efisiensinya. Oligosakarida dalam jumlah tertentu bersifat antinutrisi. Pemberian karbohidrat yang berasal dari bungkil kedelai
kandungan total karbohidrat terlarut 12-15, dengan kandungan oligosakarida utama yaitu sukrosa 6-7, rafinosa 1-2 dan stakiosa 5-6, menurunkan
konsumsi pakan pada hybrid striped bass dan rainbow trout, serta menurunkan kecernaan pakan pada trout Francis et al. 2001. Selain itu, dosis prebiotik yang
diaplikasikan dalam kegiatan budidaya berkolerasi positif dengan biaya produksi. Oleh karena itu perlu dievaluasi efek dosis prebiotik tersebut secara in vivo.
Diharapkan diperoleh dosis prebiotik terkecil yang memberikan dampak tidak berbeda dengan dosis yang lebih tinggi terhadap penanggulangan infeksi IMNV
maupun performa pertumbuhan udang vaname.
5.68 10.77
8.50
5 6
7 8
9 10
11 12
2 4
6 8
10 12 14 16 18 20 22 K
on se
nt ra
si s
el b
ak te
ri S
K T
-b lo
g
cf u
m l
-1
Jam ke
22
Gambar 11 Nilai absorbansi biakan perlakuan kombinasi bakteri SKT-b
konsentrasi 10
7
, 10
8
, 10
9
dan 10
10
cfu ml
-1
dengan prebiotik dosis
0 kontrol , 1 , 2 dan 3
4.4 Uji In Vivo
4.4.1 Populasi Bakteri Usus Udang
Secara in vivo, pemberian oligosakarida selama 30 hari terbukti meningkatkan populasi bakteri di dalam usus udang vaname. Peningkatan yang
signifikan ditunjukkan oleh udang yang diberi perlakuan Pro+Pre 2 dan Pro+Pre 3 masing-masing sebesar 2,03 x 10
8
dan 1,25 x 10
8
cfu g usus
-1
atau mencapai 10,9 dan 6,7 kali lebih tinggi dibandingkan Kontrol Gambar 12. Rafinosa
diketahui mampu meningkatkan jumlah mikroflora spesifik dalam usus Mathious et al
. 2006; Haryati dan Supriyati 2010. Namun efek dari peningkatan populasi mikroflora terhadap inang karena pemberian ekstrak oligosakarida dari ubi jalar,
perlu dipelajari lebih lanjut. Mekanisme kerja dari berbagai jenis prebiotik tidak selalu sama. Beberapa prebiotik menyebabkan peningkatan mikroflora spesifik asli
usus pencernaan yang menyebabkan menurunnya bakteri patogen di usus melalui kompetisi langsung terhadap nutrien atau binding site dengan memproduksi
blocking factors
. Beberapa prebiotik bekerja dengan cara menurunkan pH usus karena dihasilkannya short-cain fatty acid SCFA, yang mengakibatkan persentase
bakteri menguntungkan meningkat dan menurunkan persentase bakteri merugikan. Mannanoligosaccharides
MOS sebagai prebiotik mempunyai mekanisme berbeda yang secara selektif tidak menyebabkan peningkatan populasi bakteri
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
1010 109
108 107
A bs
or ba
ns i
µ m
Konsentrasi inokulan bakteri SKT-b cfu ml
-1