3
1.2 Perumusan Masalah
Penyakit IMN telah menyebabkan kematian udang vaname sampai dengan 70. Probiotik dapat menjadi alternatif untuk pencegahan penyakit IMN karena
dianggap mampu meningkatkan sintasan dan imunitas inangnya, disamping memperbaiki pertumbuhannya. Aplikasi probiotik yang ditunjang dengan prebiotik
sinbiotik memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan bila diaplikasikan secara terpisah. Pemberian sinbiotik dari bakteri SKT-b dan oligosakarida
diharapkan dapat meningkatkan resistensi terhadap infeksi penyakit IMN serta performa pertumbuhan udang vaname.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi sinbiotik dari bakteri SKT-b dan oligosakarida untuk meningkatkan resistensi terhadap infeksi penyakit
IMN serta performa pertumbuhan udang vaname.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat dijadikan salah satu alternatif pemecahan masalah dalam penanggulangan penyakit IMN serta peningkatan produktifitas udang
vaname.
1.5 Hipotesis
Pemberian sinbiotik dari bakteri SKT-b dan oligosakarida melalui pakan dapat meningkatkan resistensi terhadap infeksi penyakit IMN dan performa
pertumbuhan udang vaname.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Probiotik, Prebiotik dan Sinbiotik
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang ketika diberikan dalam jumlah cukup dapat memberikan manfaat kesehatan pada inang FAOWHO 2001.
Menurut Lisal 2005, kriteria dalam pemilihan probiotik yaitu sebaiknya merupakan mikroflora normal usus, bersifat nonpatogenik dan nontoksik bagi
inang, toleran terhadap asam lambung dan garam empedu, mampu menempel dan berkoloniasi dalam usus, bersifat antagonistik terhadap patogen, memiliki pengaruh
yang menguntungkan bagi inang, dan memiliki jumlah serta viabilitas yang tinggi. Dalam akuakultur, jenis probiotik yang dievaluasi dan digunakan lebih luas
dibandingkan hewan terestrial, baik dalam bentuk monospesies maupun multispesies. Jenis-jenis probiotik tersebut memiliki mekanisme aksi yang berbeda
diantaranya mampu meningkatkan efisiensi pakan dan bobot tubuh, memberi proteksi dalam melawan patogen melalui kompetisi ruang, produksi asam organik
asam formik, asam asetat dan asam laktat, produksi hidrogen peroksida dan beberapa bahan lainnya seperti antibiotik, bakteriosin, siderophores, lisozim serta
memodulasi respons fisiologis dan imunologis ikan. Beberapa genus bakteri yang telah diteliti sebagai probiotik yaitu Bacillus, Lactobacillus, Lactococcus,
Aeromonas, Shewanella, Vibrio, Carnobacterium
, dan Clostridium Nayak 2010. Prebiotik adalah bahan makanan yang tidak dapat dicerna yang bermanfaat
untuk menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas bakteri tertentu bakteri menguntungkan di dalam usus. Studi mengenai prebiotik pada hewan akuatik
berkaitan dengan efek terhadap pertumbuhan, konversi pakan, mikrobiota usus, resistensi terhadap patogen dan parameter imunitas. Prebiotik umumnya merupakan
karbohidrat yang tidak dapat dicerna dalam saluran pencernaan inang. Karbohidrat dikelompokkan berdasarkan berat molekul atau tingkat polimerasinya jumlah unit
monosakarida, menjadi monosakarida, oligosakarida dan polisakarida Tabel 1. Oligosakarida tidak dapat dicerna non-digestible oligosaccharide
memiliki konfigurasi atom C dalam unit monosakarida yang membuat ikatan glikosidiknya
tidak dapat dicerna oleh aktivitas hidrolisis dari enzim pencernaan manusia atau hewan. Prebiotik yang umum digunakan di akuakutur sampai sekarang meliputi
inulin, fructooligosaccarides FOS, short-cain fructooligosaccharides scFOS, mannanoligosaccharides
MOS, galactooligosaccharides
GOS, xylooligosaccharides
XOS, arabinoxylooligosaccharides
AXOS, isomaltooligosaccharides
IMO dan GroBiotic
–A
Ringo et al. 2010. Sinbiotik merupakan kombinasi yang seimbang dari probiotik dan prebiotik.
Aplikasi sinbiotik memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pemberian probiotik dan prebiotik secara terpisah. Efek sinergis dari Bacillus OJ dan IMO
mampu meningkatkan populasi mikrobial, respons imunitas dan resistensi terhadap penyakit pada L. vanammei, lebih baik dibandingkan dengan aplikasi terpisah dari
Bacillus
OJ dan IMO Li et al. 2009. Hasil serupa juga dilaporkan oleh Rodriguez- Estrada et al. 2009 yang menyebutkan bahwa aplikasi Enterococcus faecalis dan
MOS pada ikan salmon mampu meningkatkan respons imun dan sintasan ikan terhadap infeksi V. L. anguillarum.
5
Tabel 1 Klasifikasi karbohidrat Subandiyono dan Hastuti 2009
No. Kelompok
Jenis Contoh
1 Monosakarida a. Triosa C
3
H
6
O
3
Gliseraldehida; Dihidroksiaseton 1 unit
b. Tetrosa C
4
H
8
O
4
Eritrosa glukosa
c. Pentosa C
5
H
10
O
5
Rribosa; Arabinosa; Xilosa; Xilulosa d. Heksosa C
6
H
12
O
6
Glukosa; Galaktosa; Mannosa; Fruktosa 2
Oligosakarida a. Disakarida C
12
H
22
O
11
Sukrosa; Laktosa; Maltosa; Selobiosa 2-10 unit
b. Trisakarida C
18
H
32
O
16
Rafinosa glukosa
c. Tetrasakarida C
24
H
42
O
16
Stasilosa d. Pentasakarida C
30
H
52
O
26
Verbaskosa 3
Polisakarida a. Homo-polisakarida
1. Pentosan Araban; Xilan 10 unit
glukosa glukosa dengan jenis
yang sama 2. Heksosan Glukan [Starch, Dekstrin,
Glikogen, Selulosa]; Fruktan [Inulin, Levan]; Galaktan; Manan
b. Hetero-polisakarida glukosa dengan jenis
Pektin; Hemiselulosa; Gum; Mucilage; Mukopolisakarida
yang berbeda 4
Persenyawaan a. Khitin khusus
b. Lignin
2.2 Sistem Imunitas Krustasea
Mekanisme pertahanan tubuh krustasea kurang berkembang dibandingkan ikan bersirip finfish dan vertebrata lainnya. Krustasea tidak memiliki memori
adaptif dan hanya bergantung pada sistem pertahanan nonspesifik Roch 1999. Sistem pertahanan tersebut meliputi pertahanan seluler berupa aktivitas sel-sel
hemosit fagositosis, enkapsulasi, dan pembentukkan nodul, serta pertahanan humoral berupa aktivasi dan pelepasan molekul-molekul penting yang tersimpan
dalam hemosit protein antikoagulan, aglutinin, enzim phenoloxidase [PO], peptida antimikrobial, protease inhibitor, dan sebagainya Jiravanichpaisal et al. 2006;
Holmblad dan Soderhall 1999. Mekanisme pertahanan tubuh krustasea dijelaskan pada Gambar 1 Smith et al. 2003.
Berdasarkan keberadaan granular pada sitoplasma, terdapat tiga tipe hemosit pada krustasea yaitu sel hialin nongranular, semi granular dan sel granular
Gambar 2. Fungsi dari masing-masing hemosit seperti pada Tabel 2 Soderhall dan Cerenius 1992. Fagositosis merupakan mekanisme pertahanan sel yang paling
umum dengan cara menelan dan menghancurkan patogen dan partikel asing yang masuk ke dalam tubuh. Penghancuran material yang difagosit melibatkan produksi
intraseluler berupa radikal bebas. Selama proses kontak dan pengenalan dengan patogen, enzim inang seperti NADPH-oksidase menjadi aktif yang ditandai dengan
meningkatnya konsumsi oksigen dan menghasilkan radikal bebas diantaranya anion superoksida O
2 -
dan hidrogen peroksida H
2
O
2
Munoz et al. 2000; Rodriguez dan Le Moullac 2000. Radikal bebas ini dapat langsung membunuh organisme
yang menyerang, berkombinasi dengan senyawa-senyawa nitrogen nitric oxide atau bersinergi dengan lisozim Roch 1999. Enkapsulasi dan pembentukan nodul