Ubi Jalar Ipomoea batatas

11 3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan selama 16 minggu, pada bulan Mei –September 2012. Bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan FPIK dan Program Diploma, Institut Pertanian Bogor IPB. 3.2 Metode 3.2.1 Preparasi, Ekstraksi, dan Analisis Oligosakarida Ubi jalar Ipomoea batatas berumbi putih didapatkan dari penjual ubi di pasar Ciampea. Proses preparasi dan ekstraksi dimulai dengan mengukus ubi selama 30 menit, kemudian diiris tipis-tipis, dikeringkan dalam oven suhu 50 o C selama dua hari sampai kering, dan selanjutnya ditepungkan menggunakan blender . Tepung kukus ubi jalar diekstraksi dalam etanol 70 dengan perbandingan 1:10 dan digoyang dalam shaker kecepatan 120 rpm suhu 30 o C selama 15 jam Muchtadi 1989. Setelah disaring, filtrat yang diperoleh dipekatkan menggunakan evaporator vakum pada suhu 40 o C, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer untuk memisahkan filtrat dari pelarutnya. Sebanyak 50 gram ekstrak diencerkan dengan 100 ml akuades hingga didapatkan larutan stok 50 Gambar 7. Gambar 7 Ubi jalar Ipomoea batatas berumbi putih yang digunakan sebagai sumber oligosakarida: a mentah, b setelah dikukus, diiris tipis dan dikeringkan, c tepung, d larutan stok ekstrak ubi jalar a b c d 12 Ekstrak oligosakarida hasil freeze dry kemudian dianalisis menggunakan High Performance Liquid Chromatography HPLC, untuk mengetahui jenis dan konsentrasi oligosakarida yang terkandung dalam ekstrak. Analisis oligosakarida dengan HPLC menggunakan kolom Aminex HPX-87H pada suhu 35 o C dengan refractive indeks detector , laju alir 1 ml menit -1 , fase gerak H 2 SO 4 0,008N dan volume injeksi 20 µl. Analisis HPLC dilakukan di Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT, Serpong.

3.2.2 Pertumbuhan Bakteri Probiotik SKT-b

Bakteri SKT-b yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Kesehatan Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan FPIK IPB. Bakteri SKT-b memiliki ciri koloni berbentuk bulat, elevasi cembung, tepian rata, berwarna kuning pada media Thiosulfate Citrate Bilesalt Sucrose TCBS agar dan agak berlendir Gambar 8. Karakteristik fisiologis dan biokimia bakteri SKT-b disajikan pada Tabel 3 Widanarni et al. 2003. Bakteri SKT-b dikultur pada media Seawater Complete SWC cair dan diinkubasi dalam waterbath shaker kecepatan 140 rpm, suhu 29 o C selama 22 jam. Setiap dua jam, kultur bakteri diambil sebanyak 1 ml dan kemudian dihitung konsentrasinya dengan metode total plate count TPC pada media TCBS agar Cappuccino dan Sherman 2008 Lampiran 1. Selanjutnya dibuat kurva pertumbuhan bakteri SKT-b terhadap waktu. Pembuatan media bakteri dijelaskan pada Lampiran 2. Gambar 8 Koloni bakteri probiotik SKT-b yang dikultur di media TCBS agar 13 Tabel 3 Karakteristik sifat biokimia dan fisiologis bakteri probiotik SKT-b Parameter Keterangan Gram Negatif Bentuk sel Batang pendek Motilitas + Protease + Amilase + Kitinase - Sumber karbon:  Glukosa +  Sukrosa +  Laktosa -

3.2.3 Uji Kombinasi Sinbiotik Optimal

Pengujian kombinasi prebiotik-probiotik sinbiotik yang optimal dilakukan secara in vitro. Pengujian ini mencari kombinasi prebiotik-probiotik yang memperlihatkan kecepatan pertumbuhan bakteri probiotik paling baik. Biakan cair bakteri SKT-b konsentrasi 10 7 , 10 8 , 10 9 , dan 10 10 cfu ml -1 , masing-masing sebanyak 1 ml ditumbuhkan dalam 9 ml air laut steril yang telah dicampur dengan prebiotik konsentrasi 0, 1, 2 dan 3 vv. Sterilisasi prebiotik dilakukan dengan filtrasi mess size 0,20 µm. Biakan bakteri selanjutnya diinkubasi dalam waterbath shaker kecepatan 140 rpm, suhu 29 o C selama 12 jam. Pertumbuhan bakteri SKT-b diketahui dengan mengukur nilai absorbansi biakan setiap perlakuan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 600 nm.

3.2.4 Uji In Vivo

3.2.4.1 Preparasi Probiotik

Bakteri probiotik yang akan diberikan ke udang, sehari sebelumnya dikultur di media SWC cair dan diinkubasi dalam waterbath shaker kecepatan 140 rpm, suhu 29 o C selama 16 jam. Pelet bakteri dipisahkan dengan supernatan menggunakan sentrifus kecepatan 10.000 rpm selama lima menit. Pelet bakteri dicampurkan ke pakan sebanyak 10 10 cfu g pakan -1 .

3.2.4.2 Preparasi Pakan

Bakteri SKT-b dan prebiotik sesuai dosis perlakuan ditambahkan ke pakan komersil menggunakan pengikat berupa gelatin sebanyak 3 dari bobot pakan. Pakan untuk udang kontrol juga ditambahkan gelatin 3 tanpa sinbiotik. Pelet dikeringanginkan selama 30 menit dan segera diberikan ke udang sebanyak satu kali setiap hari selama 30 hari. Pembuatan pakan perlakuan dilakukan setiap hari untuk menjaga kesegaran bahan.

Dokumen yang terkait

Co-infection of Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) and Vibrio harveyi in Pacific White Shrimp (Litopenaeus vannamei)

0 6 116

Kappa-Carrageenan as an Immunostimulant for Infectious Myonecrosis (IMN) Disease Control on Whiteleg Shrimp Litopenaeus vannamei

0 3 200

Synbiotic Application for Pacific White Shrimp Litopenaeus vannamei: Resistance to Infectious Myonecrosis Virus and Growth

2 15 126

Developmentof Real Time Rt-Pcr And Molecular Characterization For Detection of Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) on Whiteleg Shrimp (Litopenaeus vannamei)

0 3 137

Sinbiotik untuk pencegahan infeksi IMNV (Infectious Myonecrosis Virus) pada udang vaname Litopenaeus vannamei

0 3 5

Developmentof Real Time Rt Pcr And Molecular Characterization For Detection of Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) on Whiteleg Shrimp (Litopenaeus vannamei)

0 4 75

Co infection of Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) and Vibrio harveyi in Pacific White Shrimp (Litopenaeus vannamei)

0 3 65

Kappa Carrageenan as an Immunostimulant for Infectious Myonecrosis (IMN) Disease Control on Whiteleg Shrimp Litopenaeus vannamei

1 6 107

The Development and Application of Reverse Transcription Loop-Mediated Isothermal Amplification for The Diagnosis of Infectious Myonecrosis Virus in the White Shrimp (Litopenaeus vannamei) | Widowati | Jurnal Sain Veteriner 2490 4232 1 SM

0 0 7

INSIDENSI INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS (IMNV) PADA UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei) DI TELUK LAMPUNG INCIDENCE OF INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS (IMNV) OF WHITE LEG SHRIMP (Litopenaeus vannamei) IN LAMPUNG BAY

0 0 6