Sumber: Perhutani 2010.
Gambar 3 Struktur organisasi di KPH Cianjur.
4.3 Sumber Daya Manusia Perusahaan
Status ketenegakerjaan pada tenaga kerja di KPH Cianjur sesuai dengan Perjanjian Kerja Bersama PKB dan Surat Direksi No.998KptsDir2006 terdiri
dari Pegawai PNS diperbantukan dan Pegawai Perusahaan serta pekerja pelaksana. Sementara untuk memenuhi kebutuhan tenaga sesuai dengan volume
pekerjaan yang ada akan dipenuhi oleh tenaga kerja PKWT Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.
Pekerja untuk kegiatan penebangan umumnya berasal dari masyarakat di sekitar hutan dan pada awalnya mereka dibekali pelatihan penebangan job
training sebelum mendapatkan pekerjaan sebagai operator chainsaw sehingga dapat
meningkatkan pendapatan
masyarakat. Pemantauan
parameter ketenagakerjaan dilakukan pada kegiatan:
1. Monitoring penyerapan tenaga kerja di persemaian, kegiatan persiapan
tanaman, pemeliharaan dan tebangan.
2. Pelatihan bagi pekerja Perhutani melalui job training dan studi banding.
3. Pemenuhan hak-hak pekerja seperti keikutsertaan Jamsostek, upah dan
peningkatan status karyawan. 4.
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 pada setiap bagian pengelolaan hutan.
4.4 Kondisi Umum K3 Perusahaan
Sektor kehutanan merupakan salah satu penyumbang angka terbesar dalam kecelakaan kerja. Kegiatan pemanenan merupakan kegiatan yang menyumbang
angka paling besar karena besarnya resiko kecelakaan kerja yang menyertainya. Hal ini dapat pula dilihat dari penggunaan alat-alat berat dan kondisi lapangan
serta beban kerja yang diterima oleh pekerja. Selain itu, faktor alam pun kerap berperan dalam hal ini Perhutani 2010.
Kegiatan penebangan di KPH Cianjur menggunakan chainsaw sebagai alat penebangan baik untuk penebangan jati maupun jenis kayu rimba lainnya.
Penggunaan chainsaw sebagai alat penebangan sangat memiliki resiko kecelakaan kerja yang besar. Perhatian pihak perusahaan terhadap hal ini ditunjukkan dengan
adanya peraturan tertulis pada buku petunjuk kerja penebangan SOP yang didalamnya berisi prosedur kegiatan penebangan juga berisi anjuran pemakaian
alat-alat pengaman dan pelindung diri. Pada kenyataannya, di lapangan ternyata tidak demikian karena pekerja penebangan belum menggunakan alat-alat
pelindung diri secara lengkap dan memenuhi standar. Hal ini kemungkinan disebabkan karena tidak mencukupi dan tidak lengkap alat pelindung diri APD
yang disediakan oleh perusahaan serta kesadaran yang kurang dari pekerja dan pihak perusahaan terhadap pentingnya perlindungan terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja. Namun demikian kegiatan penebangan ini secara langsung diawasi oleh mandor tebang yang telah ditunjuk oleh perusahaan untuk masing-
masing petak tebang Perhutani 2010. Secara non teknis, KPH Cianjur telah membuat dan dalam masa penerapan
manual SMK3. Tindak lanjut dari SMK3 ini adalah dengan membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja P2K3. P2K3 langsung bertanggung
jawab kepada pimpinan perusahaan yaitu administratur. P2K3 merupakan
lembagabadan yang dibentuk oleh perusahaan untuk membantu melaksanakan dan menangani upaya-upaya K3 yang keanggotaannya langsung terdiri dari unsur
pengusaha dan tenaga kerja Perhutani 2010. Tujuan dari P2K3 adalah sebagai lembaga yang membantu perusahaan
dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan secara menyeluruh dan berkesinambungan dalam upaya meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja.
Sumber: Perhutani 2010.
Gambar 4 Struktur organisasi P2K3 KPH Cianjur. Dalam upaya mengurangi tingkat kecelakaan kerja yang terjadi khususnya
pada kegiatan pemanenan kayu maka pekerja diharuskan menggunakan alat pelindung diri APD. Alat pelindung diri yang disediakan oleh perusahaan untuk
pekerja adalah: 1.
Helm safety helmet: berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.
2. Sepatu pelindung safety shoes: berfungsi sebagai alat pengaman saat
bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.
3. Sarung tangan: berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di
tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. 4.
Penutup telinga earmuff: berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
5. Kaca mata pengaman safety glasses: berfungsi sebagai pelindung mata
ketika bekerja. 6.
Masker: berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk misalnya berdebu dan beracun.
Jumlah alat pelindung diri yang telah disediakan oleh KPH Cianjur dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7 Daftar inventarisasi alat pelindung diri
No Jenis Alat
Jumlah Keterangan
Di kantor KPH:
1 Sepatu karet sepatu boot merk Krisbow
5 2
Sepatu karet sepatu boot merk Koyoba 15
3 Helm pengaman safety helmet merk Krisbow
18 4
Kacamata pengaman safety glasses merk Krisbow 9
5 Sarung tangan merk Krisbow
10 6
Sarung tangan merk Dragon 24
7 Alat pelindung telinga ear muff merk Krisbow
10 8
Masker Respirator merk Koala 20
Di lapangan:
1 Helm pengaman merk CIC
576 untuk 8 BKPH
2 Sepatu boot merk AP Terra
576 3
Sarung tangan merk Kovet 576
Jumlah 1,839
Sumber: Perhutani 2010.
Perlengkapan APD tersebut di atas diberikan kepada pekerja yang mempunyai tingkat resiko yang paling tinggi, sedangkan pekerja yang mempunyai
aktivitas dengan resiko rendah secara bertahap akan dilengkapi dengan APD, disesuaikan dengan kemampuan keuangan perusahaan.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Persepsi Responden terhadap Kebisingan