Persepsi Responden terhadap Kebisingan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Persepsi Responden terhadap Kebisingan

Kebisingan merupakan salah satu permasalahan yang disebabkan oleh penggunaan chainsaw. Kebisingan pada chainsaw dapat ditimbulkan oleh adanya gerakan dan gesekan dari komponen-komponen motor bakar yang menyebabkan adanya perubahan frekuensi dan tekanan udara, selain itu karena gerakan dari chain rantai yang berputar dengan kecepatan tinggi dan bergesekan dengan guide bar bilah. Schiffman dan Kanuk 2000 dalam Sumarwan 2002 menyatakan bahwa persepsi adalah sebuah proses saat individu memilih, mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris yang berguna untuk memberikan arti pada suatu obyek. Perilaku tersebut seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan bukan pada kenyataan itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi bisa terletak dalam diri pembentuk persepsi, dalam diri obyek atau target yang diartikan atau dalam konteks situasi di mana persepsi dibuat. Persepsi setiap orang terhadap suatu obyek dapat berbeda yaitu dapat bersifat positif maupun negatif. Adanya perbedaan inilah yang menyebabkan seseorang menyenangi suatu obyek sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek tersebut. Perbedaan persepsi tersebut dapat pula terjadi pada operator chainsaw dan nonoperator chainsaw terhadap kebisingan yang diterimanya. Persepsi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu persepsi visual yang didapatkan dari indera penglihatan, persepsi auditori yang didapatkan dari indera pendengaran, persepsi perabaan yang didapatkan dari indera perabaan, persepsi penciuman yang didapatkan dari indera penciuman, serta persepsi pengecapan yang didapatkan dari indeta pengecap. Karena penelitian ini berkaitan dengan kebisingan maka penelitian ini termasuk dalam kategori persepsi auditori yang melibatkan indera pendengaran telinga. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat dilihat perbedaan persepsi operator chainsaw dan nonoperator chainsaw terhadap kebisingan chainsaw pada kondisi iddle, half dan racing tanpa menggunakan APD, dengan menggunakan earmuff dan earplug Gambar 5, Gambar 6, dan Gambar 7. Gambar 5 Persepsi operator chainsaw dan nonoperator chainsaw terhadap penerimaan kebisingan pada saat kondisi chainsaw iddle. Persepsi operator chainsaw pada saat kondisi chainsaw iddle tanpa menggunakan APD adalah cukup bising, sedangkan persepsi nonoperator chainsaw sangat bising. Setelah menggunakan earmuff maupun earplug persepsi operator chainsaw menjadi tidak bising sedangkan nonoperator chainsaw cukup bising. Gambar 6 Persepsi operator chainsaw dan nonoperator chainsaw terhadap penerimaan kebisingan pada saat kondisi chainsaw half gas. 2,66667 3,8000 3,73333 1,66667 3,26667 2,73333 ,00 ,500 1,00 1,500 2,00 2,500 3,00 3,500 4,00 Tanpa APD Earmuff Earplug P er se p si Perlakuan Operator chainsaw Nonoperator chainsaw Ket : 2,06667 3,86667 3,33333 1,73333 3,13333 2,86667 ,00 ,500 1,00 1,500 2,00 2,500 3,00 3,500 4,00 4,500 Tanpa APD Earmuff Earplug P er se p si Perlakuan Operator chainsaw Nonoperator chainsaw Ket : Ket : Persepsi operator chainsaw pada saat kondisi chainsaw half gas tanpa menggunakan APD adalah bising, sedangkan persepsi nonoperator chainsaw sangat bising. Setelah menggunakan earmuff persepsi operator chainsaw adalah tidak bising sedangkan nonoperator chainsaw cukup bising. Kemudian pada saat menggunakan earplug persepsi operator chainsaw dan nonoperator chainsaw adalah cukup bising. Gambar 7 Persepsi operator chainsaw dan nonoperator chainsaw terhadap penerimaan kebisingan pada saat kondisi chainsaw racing. Pada saat kondisi chainsaw racing persepsi operator chainsaw dan nonoperator chainsaw tanpa menggunakan APD adalah sangat bising. Setelah menggunakan earmuff persepsi operator chainsaw dan nonoperator chainsaw adalah cukup bising dan setelah menggunakan earplug persepsi operator chainsaw dan nonoperator chainsaw adalah bising. Persepsi yang diberikan oleh operator chainsaw pada saat chainsaw dalam keadaan racing berbeda dengan mandor yang menyatakan bahwa operator chainsaw tidak merasa bising dan terganggu karena operator chainsaw telah terbiasa dengan bunyi chainsaw. Berdasarkan Gambar 5, Gambar 6 dan Gambar 7 terlihat adanya perbedaan persepsi operator chainsaw dan nonoperator chainsaw meskipun demikian baik operator chainsaw maupun nonoperator chainsaw memiliki tren persepsi yang sama yaitu semakin tinggi intensitas bunyi maka kedua responden semakin terganggu. 1,2000 3,13333 2,53333 1,33333 3,000 2,2000 ,00 ,500 1,00 1,500 2,00 2,500 3,00 3,500 Tanpa APD Earmuff Earplug P er se p si Perlakuan Operator chainsaw Nonoperator chainsaw Ket : Perbedaan persepsi pada saat menggunakan earplug dan earmuff terjadi karena daya reduksi earmuff lebih kuat dari pada earplug. Earmuff atau tutup telinga dapat mengurangi tekanan kebisingan sekitar 25 ─40 dB, sedangkan earplug atau sumbat telinga dapat mengurangi tekanan kebisingan sekitar 8 ─30 dB. Hal ini tergantung pada longgar atau tidaknya responden memasang sumbat telinga ini. Keuntungan menggunakan earmuff adalah dapat digunakan walaupun terdapat infeksi pada telinga dan cukup disediakan satu ukuran, tidak mudah hilang, serta penggunaannya dapat dimonitor karena dapat dilihat dari luar. Kerugiannya adalah tidak nyaman dalam penggunaan yang lama di lingkungan yang panas dan mengganggu penggunaan alat pelindung yang lain. Sedangkan keuntungan menggunakan earplug atau sumbat telinga adalah dapat dibuat dari kapas, malam, plastik, dan karet sintetis. Kerugiannya adalah daya proteksi alat ini kurang untuk kebisingan di atas 100 dB, tidak dapat dipakai bila ada infeksi telinga, sulit dimonitor pemakaiannya karena dari jauh tidak terlihat, mudah hilang karena kecil, serta perlu perawatan untuk menjaga kebersihannya. Di lokasi penelitian, hampir keseluruhan operator chainsaw tidak menggunakan APD yaitu earmuff atau earplug karena jumlah operator chainsaw yang terlalu banyak sehingga tidak semua operator chainsaw mendapatkan APD. Alasan lainnya adalah operator chainsaw di KPH Cianjur merupakan pekerja musiman yang hanya dipekerjakan pada saat pemanenan. Oleh sebab itu operator chainsaw yang bekerja dapat berganti-ganti pada tiap musim pemanenan sehingga diperlukan banyak biaya untuk pengadaan APD tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh responden operator chainsaw, dari segi kenyamanan pemakaian earmuff dan earplug responden berpendapat bahwa earmuff lebih nyaman digunakan dari pada earplug karena dapat mengurangi intensitas bunyi yang sampai ke telinga responden lebih besar daya reduksi suara tinggi. Meskipun demikian para operator chainsaw mengatakan bahwa menggunakan earmuff mempunyai kerugian yaitu pada saat pohon akan roboh tidak akan terdengar oleh operator chainsaw tersebut sehingga operator chainsaw khawatir keselamatan dirinya akan terancam meskipun pada saat pohon akan dirobohkan ada aba-aba dari mandor tebang yang berupa suara peluit dan arahan dari tangan isyarat. Ketakutan akan tertimpa pohon dapat pula disebabkan karena di dalam satu petak tebang terdapat tiga sampai dengan empat orang operator chainsaw yang dikhawatirkan akan mengancam keselamatan operator chainsaw dikarenakan pohon yang tumbang dari arah yang membelakangi operator chainsaw yang lain. Alternatif pengendalian kebisingan yang lain dapat dilakukan dengan cara mengurangi kebisingan pada sumbernya misalnya dengan menempatkan peredam pada sumber suara. Penempatan penghalang pada jalan transmisi. Isolasi tenaga kerja atau mesin adalah upaya yang baik untuk mengurangi kebisingan. Kebisingan dapat mengganggu kesehatan pendengaran sehingga dapat menyebabkan gangguan komunikasi karena dengan suasana yang bising memaksa pekerja berteriak di dalam berkomunikasi dengan pekerja lain. Lebih jauh kebisingan yang terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan daya konsentrasi pekerja yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja. Selain wawancara persepsi responden dilakukan juga pengukuran intensitas bunyi chainsaw yang diukur pada mesin, telinga kiri dan telinga kanan. Untuk mengetahui waktu yang diizinkan oleh ISO International Standard Organization, OSHA Occupational Safety and Health Association dan standard Indonesia dapat dilihat pada tabel 8. Gambar 8 Pengukuran kebisingan terhadap telinga kiri dan telinga kanan. Gambar 9 Intensitas bunyi yang dihasilkan chainsaw pada kondisi iddle, half gas dan racing. Tabel 8 Beberapa standar nilai ambang batas kebisingan dan lama kerja kontinu yang diperkenankan Intensitas dB Waktu Kerja Jam ISO OSHA Indonesia 85 90 85 8 ─ 92 87,5 6 88 95 90 4 ─ 97 92,5 3 91 100 95 2 94 105 100 1 97 110 105 0,5 100 115 110 0,25 Pada kondisi chainsaw iddle intensitas bunyi yang dihasilkan adalah sebesar 92,83 dB sedangkan yang diterima oleh telinga kiri sebesar 82,57 dB dan telinga kanan sebesar 77,80 dB. Pada saat chainsaw dalam keadaan setengah gas adalah sebesar 104,77 dB sedangkan intensitas bunyi yang diterima oleh telinga kiri sebesar 96,37 dB dan telinga kanan 91,20 dB. Pada saat chainsaw dalam keadaan racing intensitas bunyi yang dihasilkan sebesar 118,77 dB sedangkan yang diterima oleh telinga kiri 104,33 dB dan telinga kanan 99,53 dB. Perbedaan intensitas bunyi yang dihasilkan oleh chainsaw dengan yang diterima oleh telinga kiri maupun telinga kanan disebabkan oleh faktor eksternal antara lain: jarak dari sumber kebisingan mesin ke telinga operator, angin dan material-material sekitarlingkungan yang ikut mereduksi bunyi yang diterima oleh telinga. Faktor yang mempengaruhi perbedaan intensitas bunyi yang diterima oleh telinga kiri 92,83333 104,76667 118,76667 80,18333 93,78333 101,93333 20 40 60 80 100 120 140 Iddle Half Racing I n t e n s i t a s B u n y i d B Kondisi Chainsaw Chainsaw Telinga Ket : dan telinga kanan adalah antropometri tubuh responden normal tidak kidal. Selain itu intesitas bunyi yang diterima telinga kiri lebih besar dari pada telinga kanan disebabkan oleh jarak antara sumber bunyi chainsaw yang lebih dekat dengan telinga kiri dibandingkan dengan telinga kanan. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran secara detail besarnya nilai penurunan tingkat kebisingan karena faktor-faktor eksternal tersebut. Hal ini disebabkan karena keterbatasan alat ukur yang tersedia. Berdasarkan hasil perhitungan uji Wilcoxon pada saat chainsaw iddle, half gas dan racing dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap penerimaan intensitas bunyi chainsaw pada telinga kiri maupun telinga kanan. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai Asymp. Sig. yang lebih besar dari nilai α 0,05 yaitu 0,109 meskipun secara statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan tetapi secara pengukuran terdapat perbedaan besarnya intensitas bunyi tersebut. Pada saat chainsaw dinyalakan pada kondisi iddle rata-rata intensitas bunyi yang sampai ke telinga responden sebesar 80,18 dB yang memiliki arti bahwa chainsaw dapat dioperasikan dalam ambang batas kewajaran sesuai dengan standard ISO International Standard Organization, OSHA Occupational Safety and Health Association dan standard Indonesia selama 8 jam. Apabila chainsaw dinyalakan pada kondisi half gas rata-rata intensitas bunyi yang diterima oleh telinga responden sebesar 93,78 dB yang mempunyai makna bahwa chainsaw dapat dioperasikan dalam ambang batas kewajaran dapat dikatakan tidak akan mengganggu fungsi pendengaran sesuai dengan standard ISO selama pemakaian tidak lebih dari satu jam sedangkan menurut OSHA selama 4 jam dan menurut standard Indonesia selama dua jam. Apabila chainsaw dinyalakan pada kondisi racing rata-rata intensitas bunyi yang diterima oleh telinga responden sebesar 101,93 dB yang mempunyai makna bahwa chainsaw dapat dioperasikan dalam ambang batas kewajarandapat dikatakan tidak mengganggu fungsi pendengaran sesuai dengan standard ISO selama 0,25 jam, sedangkan berdasarkan standard OSHA 1 jam dan standard Indonesia selam 0,5 jam. Yovi et al. 2005 menyatakan bahwa setiap hari operator chainsaw terpapar kebisingan chainsaw pada kondisi racing yaitu pada kegiatan felling, bucking, dan delimbing selama 3 jam yang berarti bahwa operator chainsaw terpapar kebisingan melebihi batas waktu yang diizinkan baik menurut ISO, OSHA, maupun standard Indonesia. Kehilangan pendengaran merupakan pengaruh utama dari kebisingan, hal ini tidak dirasakan langsung oleh pekerja melainkan secara bertahap dan memakan waktu yang lama, sedangkan pada saat pekerja pertama kali mengalami gangguan pendengaran 4000Hz, pekerja tidak akan merasakan gangguan tersebut. Pengaruh lain dari kebisingan antara lain dapat berupa kejengkelan, perubahan metabolisme dan keresahan Santosa 1992. Akibat lain yang ditimbulkan oleh kebisingan adalah gangguan psikologis, fisiologis serta gangguan komunikasi. Menurut International Standardization Organization ISO derajat gangguan pendengaran akibat kebisingan adalah sebagai berikut: Berdasarkan standard ISO derajat ketulian adalah sebagai berikut: 1. Jika peningkatan ambang batas dengar antara 0 sampai dengan 25 dB, termasuk kategori normal. 2. Jika peningkatan ambang batas dengar antara 26 sampai dengan 40 dB, termasuk kategori tuli ringan. 3. Jika peningkatan ambang batas dengar antara 41 sampai dengan 60 dB, termasuk kategori tuli sedang. 4. Jika peningkatan ambang batas dengar antara 61 sampai dengan 90 dB, termasuk kategori tuli berat. 5. Jika peningkatan ambang batas dengar 90 dB, termasuk kategori tuli sangat berat.

5.2 Uji Daya Konsentrasi Responden terhadap Kebisingan Chainsaw