program ergonomi adalah untuk kesempurnaan kerja dengan meminimalkan tekanan kerja yang mungkin bagi tubuh Etchison 2007.
2.2 Gergaji Mesin
Gergaji berantai mesin adalah dalam banyak hal lebih berbahaya dari pada gergaji biasa. Rantai yang berputar dapat menyebabkan luka berat; kebisingan
mengganggu komunikasi pendengaran. Kecepatan pemotongan yang lebih tinggi dan kesukaran pemotongan secara tepat yang lebih besar dapat menimbulkan
risiko-risiko lebih lanjut. Sebaliknya, gergaji berantai mesin untuk satu orang secara besar mengurangi bahaya yang berkenaan dengan pemotongan kayu yang
regang dengan kemampuannya untuk memotong melalui pohon adalah lebih mudah Nugroho 2005.
2.3 Bunyi dan Kebisingan
Bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran- getaran melalui media elastis, dan manakala bunyi-bunyi tersebut tidak
dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan Suma’mur 1988. Terdapat dua hal yang menentukan kualitas bunyi, yaitu frekwensi dan
intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau disebut Hertz =Hz, yaitu jumlah dari golongan-golongan yang sampai ditelinga setiap
detiknya. Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang- gelombang sederhana dari beraneka frekwensi. Nada dari kebisingan ditentukan
oleh frekuensi-frekuensi yang ada Suma’mur 1988. Intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam satuan
logaritnis yang disebut decibel dB dengan memperbandingkannya dengan kekuatan dasar 0.0002 dynecm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi
1.000 Hz yang tepat dapat didengar oleh telinga normal Suma’mur 1988. Kebisingan, getaran mekanis dan gas-gas hasil pembakaran memerlukan
kewaspadaan khusus pada pekerjaan dengan gergaji mesin. Bekerja dengan sering berhenti-henti atau penggantian orang akan mencegah akibat-akibat yang
membahayakan Nugroho 2005.
Salah satu cara guna mengendalikan kebisingan yaitu dengan pengendalian secara administratif. Cara ini digunakan untuk mengurangi waktu pemaparan
tenaga kerja dengan mengatur jam kerja, sehingga masih dalam batas aman. Secara teoritis konsep ini baik yaitu dengan mengurangi dosis, dengan demikian
mencegah terjadinya ketulian. Pengendalian dengan cara administratif ini memberikan batasan waktu pemaparan terhadap besarnya intensitas kebisingan
yang terjadi. Umumnya pengendalian kebisingan secara administratif
dilaksanakan sebagai berikut: Tabel 1 Lama paparan kebisingan yang diperkenankan
Lama Paparan Kebisingan dalam Sehari jam
Intensitas Kebisingan yang Diperkenankan dB
8 90
6 92
4 95
3 97
2 100
1 105
0.5 110
0.25 115
Sumber: Suma’mur 1988.
Tabel 2 Keputusan menteri tenaga kerja nomor Kep-51MEN1999 tentang batas kebisingan maksimum dalam area Kerja
Durasi Kontak dalam Sehari Batas Kebisingan Maksimum dB
8 jam 85
4 jam 88
2 jam 91
30 menit 97
7.5 menit 103
3.75 menit 106
14.06 detik 118
0.88 detik 130
0.11 detik 139
Tabel 3 Keputusan menteri lingkungan hidup no.48 tahun 1996 tentang batas kebisingan maksimum pada berbagai area kota
Alokasi Area Batas Kebisingan Maksimum dB
Kawasan perumahan 55
Kawasan jasa dan perdagangan 70
Kawasan bisnis dan perkantoran 65
Lahan hijau terbuka 50
Kawasan industry 70
Kawasan umum dan pemerintahan 60
Kawasan rekreasional 70
Terminal kereta api 60
Pelabuhan laut 70
Rumah sakit dan sekitarnya 55
Sekolah dan sekitarnya 55
Rumah ibadah 55
Keterangan: Kontak dengan kebisingan dengan level melebihi 140 dB tidak diperbolehkan pada kondisi apapun karena kebisingan di atas level tersebut berbahaya dan dapat
menimbulkan rasa sakit di bagian telinga
.
Kehilangan pendengaran merupakan pengaruh utama dari kebisingan, hal ini tidak dirasakan langsung oleh pekerja melainkan secara bertahap dan
memakan waktu yang lama, sedangkan pada saat pekerja pertama kali mengalami gangguan pendengaran 4000Hz, pekerja tidak akan merasakan gangguan
tersebut. Pengaruh lain dari kebisingan antara lain dapat berupa kejengkelan, perubahan metabolisme dan keresahan Santosa 1992.
Kebisingan merupakan faktor penting dalam perancangan pabrik karena kebisingan tidak sekedar menimbulkan rasa tidak nyaman namun juga dapat
menimbulkan efek serius bagi kesehatan manusia. Kebisingan dapat mengurangi kemampuan pendengaran manusia secara gradual, pada level tertentu dapat
menimbulkan hilangnya kemampuan pendengaran secara permanen. Selain gangguan pendengaran, kebisingan dapat menimbulkan stres pada sistem kerja
jantung dan peredaran darah serta pada sistem sirkulasi udara dan pernapasan Hutagalung 2007.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam empat
zona. Zona A adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingannya berkisar 35
─45 dB. Zona B untuk
perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Angka kebisingan 45 ─55 dB. Zona
C untuk perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dengan kebisingan sekitar 50
─60 dB. Zona D bagi lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus. Tingkat kebisingan 60
─70 dB. Bunyi atau suara didefinisikan sebagai serangkaian gelombang yang
merambat dari suatu sumber getaran sebagai akibat perubahan kerapatan dan tekanan udara. Kebisingan merupakan terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki
termasuk bunyi yang tidak beraturan dan bunyi yang dikeluarkan oleh transportasi dan industri, sehingga dalam jangka waktu yang panjang akan dapat mengganggu
dan membahayakan kosentrasi kerja, merusak pendengaran kesehatan dan mengurangi efektifitas kerja Wilson 1989. Bunyi dikatakan bising apabila
mengganggu pembicaraan, membahayakan pendengaran, dan mengurangi efektifitas kerja.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, definisi kebisingan adalah bunyi yang
tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan decibel dB. Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan
yang diperolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Di banyak tempat kebisingan nyata sebagai suatu hasil dari perkembangan teknik modern dimana ia dapat menimbulkan gelombang dan tekanan suara yang
tinggi sehingga melebihi batas pendengaran manusia dan mahluk hidup lainnya. Kebisingan adalah suatu hal yang tak dapat dielakkan seperti parasit yang sedikit
demi sedikit menggerogoti hospesnya. Kebisingan menyusup dari pusat bunyi ke pelosok kota dan desa, ke seluruh penjuru dunia Handoko 2009.
Gangguan pendengaran adalah perubahan tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal
memahami pembicaraan. Secara kasar, gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari
Tabel 4.
Tabel 4 Parameter gangguan pendengaran
Gradasi Parameter
Normal Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa 6 m
Sedang Kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak 1,5 m
Menengah Kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak 1,5 m
Berat Kesulitan dalam percakapan keras berteriak mulai jarak 1,5 m
Sangat Berat Kesulitan dalam percakapan keras berteriak mulai jarak 1,5 m
Tuli Total Kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi
Sumber: Buchari 2007.
Berdasarkan standard ISO derajat ketulian adalah sebagai berikut: 1.
Jika peningkatan ambang batas dengar antara 0 sampai dengan 25 dB, termasuk kategori normal.
2. Jika peningkatan ambang batas dengar antara 26 sampai dengan 40 dB,
termasuk kategori tuli ringan. 3.
Jika peningkatan ambang batas dengar antara 41 sampai dengan 60 dB, termasuk kategori tuli sedang.
4. Jika peningkatan ambang batas dengar antara 61 sampai dengan 90 dB,
termasuk kategori tuli berat. 5.
Jika peningkatan ambang batas dengar 90 dB, termasuk kategori tuli sangat berat.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing atau sakit kepala. Hal ini dikarenakan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam
telinga dalam yang akan menimbulkan efek pusing atau vertigo. Perasaan mual, susah tidur dan sesak nafas disebabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem
saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit Prabu 2009.
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas atau gangguan kejelasan suara.
Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya
kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang
Prabu 2009.
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan
diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area
bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada
frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas ke frekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan Prabu
2009.
Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan gejala
yang dialami hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis menurunnya daya dengar pada nada tinggi. Gejala ini harus diperhitungkan jika menilai
penurunan daya dengar akibat pajanan bising di tempat kerja Prabu 2009. Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan
pendengaran. Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening
seperti saat tidur malam hari atau saat berada di ruang pemeriksaan audiometri ILO 1998.
Penelitian mengenai efek bising di kedua kinerja baik mental atau psikomotor telah memberikan hasil yang bertentangan: kebisingan bahkan
mungkin meningkatkan performa, namun biasanya membuat performa menjadi lebih buruk Kroemer Grandjean 1997.
Orang-orang dengan trauma bising ternyata lebih sering mengalami gangguan pendengaran khususnya pada frekuensi tinggi. Gambaran audiometrik
rekam pendengarannya menunjukkan gambaran takik notch atau penurunan pada frekuensi 4000 Hertz. Ini yang membuat orang awalnya tidak merasa karena
frekuensi pembicaraan kita sehari-hari ada di antara 500 ─2000
Hertz. Sehingga ketika mengobrol biasa, rasanya tidak ada gangguan. Baru setelah dilakukan
pemeriksaan diketahui terjadi penurunan yang tajam pada frekuensi 4000 Hertz. Sebagian besar kasus gangguan pendengaran akibat bising ditemukan pada saat
medical check up Salvendy 2006.
2.4 Pengendalian Kebisingan