Tanaman Obat Di Indonesia

2.3 Tanaman Obat Di Indonesia

Tanaman obat adalah tanaman yang penggunaan utamanya untuk keperluan obat-obatan, dalam hal ini obat tradisional yang khasiatnya secara phytoterapi juga masih harus diteliti Hasanah 1992. Tanaman obat berkhasiat telah dikenal sebagai bahan pengobatan tradisional atau alternatif. Kegunaan tanaman obat ini juga semakin diperluas aplikasinya dalam penanganan kesehatan maupun peningkatan produksi hewan ternak. Beberapa diantaranya telah dibudidayakan sebagai tanaman bumbu rumah tangga. Perbiakannya juga relatif mudah yaitu dengan rimpang, tumbuh liar di tempat terbuka seperti kebun, tepi sungai, tempat kosong yang tanahnya sedikit lembab atau ditanam di pekarangan rumah. Sambiloto Androgaphis paniculata Nees Sambiloto adalah suatu tumbuhan yang tegak, tingginya mencapai 80-110 cm, batangnya segi empat, dan banyak cabangnya. Daunnya berhadapan, berupa daun tunggal yang bentuknya memanjang dengan tepi daun rata. Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun. Bunganya berwarna putih atau ungu, tersusun dalam rangkaian berupa tandan yang tumbuh pada ujung-ujung tangkai. Buah yang dihasilkan berbentuk memanjang seperti jorong, terdiri dari dua rongga. Setiap rongga berisi 3-7 biji yang berbentuk gepeng. Klasifikasi tanaman sambiloto Andrographis paniculata Nees menurut Hutapea dan Syamsuhidayat 1991 adalah: Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Subkelas : Gamopetalae Bangsa : Solanales Famili : Acanthaceae Subfamili : Acanthoidae Genus : Andrographis Spesies : Andrographis paniculata Nees Gambar 3 Tanaman sambiloto Androgaphis paniculata Nees. http:www.smecda.com Anonim 2003. Sambiloto dikenal di Indonesia dengan macam-macam nama seperti sambilata atau sandiloto Jawa, ki oray atau ki peurat Sunda, dan pepaitan Maluku. Tempat asal tumbuhan ini belum diketahui secara pasti, diduga berasala dari Asia tropik. Sambiloto merupakan salah satu tanaman yang telah lama digunakan sebagai bahan ramuan obat tradisional di Indonesia maupun di negara lainnya seperti India dan Filipina Anonim 2003. Tanaman ini mengandung andrographolide, deoxy-andrographolide, 14- deoxy-11, 12-didehydroandrographolide, homoandrographol-ide, neoandroghapol- ide, keton, andrographin, apigenin-7, 4-dimetil eter, panicolin, aldehid, alkaline, mineral, dan asam kersik pada seluruh bagian tanaman Dalimartha dan Hembing 2005. Kadarnya dalam daun antara 2,5 sampai 4,8 dari berat kering. Sambiloto terbukti berkhasiat untuk mencegah maupun mengobati beberapa penyakit, seperti tifus, diabetes, radang telinga, radang tenggorokan, amandel, gatal-gatal, kudis, sinusitis, dan desentri Mulisah 1999. Selain berkhasiat obat, sambiloto juga bermanfaat sebagai penambah nafsu makan Winarto 2003. Ekstrak daun sambiloto mampu menurunkan kadar histamin serum dan infiltrasi sel-sel radang pada saluran pernafasan. Andrografolid yang terkandung di dalam sambiloto diantaranya laktone, flavonoid, alkane, keton, dan aldehide Pravanza dan Lukito 2003. Mardisiswojo dan Harsono 1975 menyatakan bahwa zat aktif pada sambiloto yang berfungsi sebagai obat adalah andrografolid dan neoandragrafolid yang rasanya sangat pahit. Andrografolid yang terkandung dalam lakton berfungsi sebagai zat anti inflamasi dengan cara menstimulasi kelenjar adrenal dalam menghasilkan glukokortikosteroid. Cunningham 1994 menyatakan bahwa hormon glukokortikosteroid mempunyai peranan penting dalam menghambat proses respon peradangan inflamasi, migrasi leukosit, deposit fibrin, dan pembentukan jaringan ikat fibrosis. Hormon ini menghambat peradangan dengan cara menghambat media peradangan seperti prostaglandin, thromboxanes, dan leukotriens yang mempengaruhi metabolisme asam arachidonat induk semang. Sambiloto merupakan salah satu tanaman obat yang sering digunakan masyarakat untuk mengobati berbagai macam penyakit misalnya antipiretik, penyakit kulit, diabetes, diuretika, antialergi, dan anti peradangan. Menurut Mulisah 1999, di Malaysia tanaman ini digunakan sebagai metode baru untuk mengobati beberapa penyakit seperti HIV, AIDS, dan beberapa gejala penyakit yang berhubungan dengan kekebalan tubuh. Tabel 1 Hasil analisa ekstraksi sambiloto Androgaphis paniculata Nees dengan metode Gas Kromatografi Spektrometri Massa Setyono et al. 2008 Formula D. Sambiloto Konsentrasi 0,5 1. Anetol 2. Neopitadiena 3. Asam heksa dekanoat 4. Iso-pitol 5. Asam okta deka dienoat 6. Silan 7. Vitamin E 8. Stigmastenol 2,24 0,93 0,78 0,91 0,86 0,53 0,56 1,38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Aspek Farmakologi Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)

1 87 7

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

Uji Aktivitas Antifertilitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) Pada Tikus Jantan Galur Sprague-Dawley Secara In Vivo

1 16 121

Pengaruh ekstrak sambiloto (Andrographis panicilata Ness) dengan pelarut metanol terhadap ayam yang diinfeksi Eimeria tenella : studi hispatologi organ jantung, limpa, dan paru-paru

0 13 41

Pengaruh Pemberian Ekstrak Sambiloto, Adas, dan Sirih Merah pada Ayam Broiler terhadap Infeksi Virus Avian Influenza: Histopatologi Hati dan Ginjal

0 4 77

Kajian Histopatologi Paru–Paru Ayam Broiler yang Diuji Tantang Virus Avian Influenza (H5N1) Setelah Pemberian Ekstrak Tanaman Sirih Merah (Piper Crocatum)

2 16 113

Potensi Sambiloto, Sirih Merah, dan Adas Terhadap Virus Avian Influenza H5N1: Kajian Histopatologi, Mortalitas, dan Performa Broiler yang Tidak Divaksin

1 9 101

Potensi Sambiloto, Sirih Merah, dan Adas pada Broiler yang Divaksin dan Ditantang Virus Avian Influenza H5N1: Kajian Histopatologi Organ Limforetikular, Mortalitas, dan Serologis

0 8 119

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) Terhadap Mencit.

1 2 16

19 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI EKSTRAK KERING HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees.)

0 2 10