2.2 Paru – Paru Ayam
Sistem respirasi merupakan tempat terjadinya pertukaran gas antara darah dan udara. Sistem respirasi dibagi menjadi dua bagian pokok yaitu : bagian konduksi dan
bagian respirasi. Bagian konduksi berperan sebagai pencuci, memanasi atau mendinginkan dan membuat udara lebih lembab. Bagian konduksi merupakan tabung
yang menghubungkan dunia luar dan paru-paru, terdiri atas : hidung, faring, laring, trakea, bronkhi dan parabronkhus Samuelson 2007.
Paru-paru ayam merupakan organ respirasi utama sebagai bagian vital dari traktus respiratorius. Paru-paru ayam yang baik berwarna merah, berukuran kecil, dan
menempel di kiri-kanan collumna vertebralis pada septum dorsalis di dalam ruangan cavum pulmonale. Di bagian ventral facies septalis terdapat hillus pulmonalis, yaitu
tempat masuknya pembuluh darah dan bronki primer. Memiliki berat normal sekitar 10 hingga 50 gram, jika paru-paru berukuran terlalu besar maka bisa saja merupakan
patologi bengkak karena berbagai penyakit atau terjadi akumulasi peradangan yang menimbulkan eksudat berlebih. Parabronki berasal dari bronki medioventrales di
satu sisi dan bronki mediodorsales serta bronki lateroventrales di sisi lainnya. Tiap parabronkus merupakan pipa-pipa panjang yang berdiameter 0,2-0,5 mm tergantung
ukuran unggas. Selanjutnya parabronki dari kedua sisi akan bertemu di suatu tempat dasar yang disebut planum anastomicum Guyton 2008.
Paru-paru berfungsi sebagai organ respirasi yang utama bagi ayam. Dengan bentuk anatomi yang unik menunjang kinerja fisiologis paru-paru dalam sistem
sirkulasi bersama dengan jantung. Ketika udara kotor yang dibawa aliran darah dari jantung, kemudian masuk dalam paru-paru akan ditukar dengan udara kaya oksigen
yang diperoleh paru-paru dari lingkungan luar, melalui proses yang disebut bernafas. Lalu darah yang mendapat udara kaya oksigen kembali ke jantung, yang nantinya
akan diedarkan ke seluruh tubuh oleh jantung Cunningham 1994. Paru-paru ayam berbeda dengan paru-paru mamalia, karena paru-paru ayam
tidak memiliki diafragma dan ayam memiliki kantung udara yang berfungsi mendukung respirasi ayam. Bagian dorsal paru-paru ayam menempel pada tulang
rusuk di rongga thorax dan susunan tulang rusuk yang terikat kuat. Kemudian paru-
paru ayam tidak berubah volumenya ketika inspirasi maupun ekspirasi, yang berubah hanya kantong hawanya saja. Selain itu, unggas bernafas lebih dalam dan lebih lama
dibandingkan mamalia Guyton 2008.
Gambar 2 Histologi paru-paru ayam normal berupa alveolus A, parabronchus PB, dan epitel mukosa Panah. Samuelson 2007.
Secara normal histologi paru-paru ayam normal terdiri dari bronkus intrapulmonum, parabronchus, dan alveolus. Bronkus intrapulmonum memiliki
mukosa dan adventisia. Tulang rawan jarang sekali tampak, karena sejak di vestibulum tulang rawan sudah tidak ada. Epitel mukosa berbentuk silinder banyak
baris bersilia, dengan propria submukosa banyak mengandung pembuluh darah. Kapiler pembuluh darah berfungsi untuk tempat pertukaran gas yang kaya Oksigen
dan miskin Oksigen, sistem tersebut dikenal dengan blood air barrier. Epitel parabronkus berbentuk kubus, di bawahnya terdapat jaringan ikat dan otot polos.
Lubang-lubang pada dinding parabronkus membentuk atrium atau air vesicles, selanjutnya bercabang-cabang membentuk buluh dan berakhir mirip jari-jari. Di
sekitar alveolus juga terdapat sel pertahanan lokal yang biasa disebut sel pneumosit. Sel pneumosit ada dua tipe, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Sel pneumosit tipe 1 ditemukan
paling dominan, sekitar 95 pada permukaan alveolus. Sel ini berfungsi untuk menjalankan pertukaran udara dalam alveol. Sel pneumosit tipe 2 dengan jumlah
yang lebih sedikit berfungsi sebagai penghasil surfaktan. Surfaktan merupakan komponen non spesifik dan dapat menurunkan tegangan permukaan di alveol
Samuelson 2007.
2.3 Tanaman Obat Di Indonesia