1. Pembukaan dan Persiapan Lahan
a Pengolahan tanah Pengolahan tanah yang dilakukan adalah secara konvensional yaitu
menggunakan cangkul. Hal ini dikarenakan letak lahan yang berada pada daerah lereng gunung sehingga tidak memungkinkan alat olah tanah seperti traktor. Cara
ini digunakan bila lahan yang akan diolah adalah bekas penanaman kentang sebab bedengan sudah tidak terbentuk lagi dan rata dengan tanah. Cara lain yang sering
digunakan dalam pengolahan tanah adalah metode ”Laci”. Metode ”Laci” digunakan bila lahan yang akan diolah yaitu bekas
penanaman jagung dan kubis. Metode ini dilakukan dengan cara mencangkul dan menggeser rumput dan gulma yang berada di atas bedengan dan parit ke parit
berikutnya, kemudian sisa-sisa rumput tersebut ditimbun tanah yang berasal dari bedengan di kanan dan kiri sisa rumput tersebut kemudian diratakan dengan
diinjak-injak dengan kaki. b Pembuatan bedengan
Bedengan dibuat untuk melindungi kerusakan akar umbi kentang terhadap genangan air, sebab akar tanaman kentang sangat peka terhadap genangan air
sehingga mudah mengalami pembusukan dan perkembangan tanaman terganggu. Pada umumnya bedengan dibuat dengan panjang 6 m, lebar 76 cm, dan jarak antar
bedengan atau parit 15-20 cm Gambar 7. Hal ini untuk memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan tanaman. Pada musim hujan kedalaman parit sekitar
15 cm. Bila lebih dari 15 cm maka umbi akan membusuk karena tergenang air. Sedangkan pada musim kemarau kedalaman parit sekitar 20 cm, apabila kurang
maka tanah sekitar akan kering karena panas. Pada lahan miring arah bedengan searah kemiringan lereng. Bagian bawah
bedengan dibuat parit untuk menghambat laju aliran permukaan dari erosi dan sebagai jalan saat penyemprotan, sedangkan pada lahan datar bedengan diatur
secara terasering, pembuatan parit berfungsi sebagai saluran irigasi.
Gambar 7. Lahan Pembibitan Kentang setelah Diolah
2. Penanaman
a Pemupukan Dasar Sebelum dilakukan kegiatan penanaman umbi kentang, lahan penanaman
dipupuk terlebih dahulu. Jenis dan jumlah pupuk yang diberikan pada kentang harus dalam komposisi yang seimbang sebab pemberian suatu unsur hara yang
kurang atau lebih akan menyebabkan produksi rendah. Pupuk yang diberikan tanaman dapat bermacam-macam jenis dan dosisnya
tergantung pada kebutuhan tanaman tersebut. Pupuk yang biasa diberikan tanaman diantaranya pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik
merupakan sisa-sisa serasah tanaman dan hewan, misalnya pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk hijau, dan sebagainya. Pupuk organik mempunyai fungsi
yang penting untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan, meningkatkan populasi jasad renik, serta meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk anorganik atau
pupuk kimia merupakan hasil dari pabrik pembuat pupuk yang mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Pupuk tersebut pada umumnya
mengandung unsur hara yang tinggi Sutedjo, 1994. Hikmah Farm menggunakan pupuk dasar antara lain pupuk hayati, pupuk
kandang, dan pupuk kimia Gambar 8. Pupuk hayati adalah pupuk yang mengandung mikroba untuk meningkatkan pengambilan hara oleh tanaman dari
dalam tanah. Aplikasi pupuk yang pertama diberikan yaitu pupuk hayati emas PHE dengan dosis 200 kg per hektar. Bahan aktif dari PHE terdiri dari bakteri
penambat N, mikroba pelarut hara P dan K, dan mikroba pemantap agregat. Pupuk tersebut ditabur diantara bedengan yang telah dibuat untuk penanaman.
Selanjutnya disebar pupuk kandang yang diletakkan di atas pupuk hayati.
Gambar 8. Lahan yang telah di pupuk Pupuk kandang yang digunakan biasanya berasal dari kotoran ayam atau
sapi sebanyak 14-18 ton per ha. Pupuk yang terakhir diberikan yaitu pupuk anorganik. Pupuk anorganik yang diberikan yaitu pupuk yang sudah dicampur
sebelumnya di gudang dengan dosis yang telah ditentukan Tabel 8. Pupuk tersebut disebar di atas pupuk hayati dan pupuk kandang sehingga ketiga pupuk
tersebut tertumpuk menjadi satu. Kemudian pupuk ditutup dengan tanah yang berasal dari bedengan di kanan dan kiri sehingga letak bedengan berpindah, yang
semula parit menjadi bedengan baru. Tabel 8. Jenis dan Dosis Pupuk pada Kebun Hikmah Farm
No Jenis pupuk
Nama Pupuk Kandungan Hara
Dosis kgha 1
Organik Kotoran Sapi
N : 1.52 P : 0.68
K : 0.79 14 000-18 000
2 Hayati
PHE Bakteri Penambat N,
Mikroba Pelarut Hara P dan K, dan
Mikroba Pemantap Agregat 200
Anorganik N : 15
P
2
O
5
: 15 K
2
O : 15 3
Ponska S : 10
500 Superfos
P
2
O
5
: 18 600
Urea N : 46
100 KST
MgO : 27 200
S : 4 MgO : 6
K
2
O : 40 Kornkali
Na : 3 150
Sumber : Hikmah Farm, 2009
b Penentuan Jarak Tanam dan Penanaman
Jarak tanam berpengaruh terhadap produksi dan ukuran umbi. Jarak tanam yang terlalu rapat dapat menyebabkan persaingan antar tanaman dalam memenuhi
unsur hara sehingga umbi yang dihasilkan akan lebih kecil bila dibandingkan dengan umbi yang ditanam dengan jarak yang lebih renggang. Jarak tanam yang
digunakan tergantung dari ukuran bibit yang akan ditanam, semakin kecil ukuran bibit maka jarak tanamnya pun semakin rapat. Pada umumnya pembuatan jarak
tanam umbi menggunakan tugal dari kayu. Jarak tanam yang digunakan yaitu 76 cm x 15-35 cm untuk kentang bibit.
Kegiatan penanaman dilakukan setelah lubang tanam dibuat. Hal yang harus diperhatikan saat penanaman diantaranya penggunaan bibit. Bibit yang
ditanam sebaiknya bibit yang bersertifikat yang telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Bibit yang siap untuk ditanam yaitu bibit yang sudah
tumbuh minimal 4 mata tunas Gambar 9. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan mata tunas menghadap ke atas. Setelah semua bibit ditanam dalam
satu bedengan maka langsung ditimbun dengan tanah.
Gambar 9. Bibit Kentang Siap Tanam Selain menggunakan tugal kayu, jarak tanam dibuat menggunakan alat
”gerendel” roda berjari berukuran 35 cm Gambar 10. Keuntungan dari penggunaan alat ini yaitu lebih menghemat waktu dan tenaga kerja untuk
membuat lubang tanam. Lubang tanam dibuat dengan cara mendorong ”gerendel” dari bedengan paling ujung ke bedengan selanjutnya sampai bedengan terakhir
sambil berjalan dan kembali lagi ke bedengan paling ujung.
Gambar 10. ”Gerendel” alat untuk Membuat Jarak Tanam
3. Pemeliharaan Tanaman