Analisis pendapatan usahatani dan pengembangan usaha benih kentang bersertifikat di Harry Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat

(1)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN

PENGEMBANGAN USAHA BENIH KENTANG

BERSERTIFIKAT DI HARRY FARM, PANGALENGAN,

BANDUNG, JAWA BARAT

Oleh :

AL HARIS

A07400088

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

RINGKASAN

Al Haris. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pengembangan Usaha Benih Kentang Bersertifikat di Harry Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Di bawah bimbingan YUSMAN SYAUKAT.

Jawa Barat sebagai sentral produksi kentang memiliki kebutuhan benih yang besar. Kebutuhan benih ini ditutup dengan benih kentang bersertifikat, benih kentang impor, dan benih kentang hasil panen musim tanam sebelumnya. Kebutuhan benih kentang bermutu untuk daerah Jawa Barat tercukupi baru mencapai 4,9 persen total kebutuhan. Hal ini disebabkan oleh jumlah pengusaha dan penangkar benih kentang sampai saat ini masih terbatas.

Harry Farm merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang produksi kentang dan memiliki program untuk mengembangkan produksi benih kentang bersertifikat. Industri penangkaran benih kentang banyak dipengaruhi oleh faktor – faktor lingkungan bisnis yang berasal dari pemerintah, masyarakat, maupun dari para penangkar benih yang selalu berubah – ubah dari waktu – kewaktu. Perubahan lingkungan bisnis ini mempengaruhi arah perjalanan bisnis benih kentang bersertifikat Harry Farm. Untuk menemukan gambaran bisnisnya ke depan Harry Farm harus memiliki strategi sehingga dapat mengembangkan usahanya dengan lebih baik.

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menganalisis pendapatan usahatani benih kentang bersertifikat yang diperoleh Harry Farm, (2) Menganalisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal Harry Farm, (3) Merumuskan strategi pengembangan usaha benih kentang bersertifikat pada Harry Farm. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini analisis Ratio Penerimaan dan Biaya untuk usahataninya sedangkan untuk pengembangan usahanya menggunakan analisis IFE dan EFE, matriks IE, analisis SWOT.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan (R/C) usahatani Harry Farm sudah efisiein dan perlu peningkatan lagi, sedangkan strategi untuk mengembangkan usahataninya Harry Farm harus menerapkan beberapa strategi. Berdasarkan hasil analisis matriks EFI dan matriks EFE, strategi yang dapat dilakukan berdasarkan analisis SWOT adalah mempertahankan dan meningkatkan mutu produk dan mempertahankan pelanggan yang ada dan menarik pelanggan potensial, memperluas wilayah pemasaran terutama wilayah diluar Jawa Barat, memberikan pelayanan purna jual dan mempertahan dan meningkatkan product image, mempertahan dan meningkatkan delivery on time (Strategi S-O). Strategi W-O antara lain, pembenahan sistem manajemen SDM, mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk meningkatkan profisionalisme, meningkatkan program promosi secara efektif dan efisien serta kinerja divisi pemasaran. Strategi S-T yaitu, meningkatkan keunggulan produk dan citra produk untuk menghadapi ancaman pesaing dan produk subtitusi, meningkatkan efisiensi produksi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. Sedangkan strategi W-T yaitu, mengoptimalkan kegiatan produksi, meningkatkan kerjasama dengan distributor dan pemasok untuk menjaga kontinuitas produksi.


(3)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN

PENGEMBANGAN USAHA BENIH KENTANG

BERSERTIFIKAT DI HARRY FARM, PANGALENGAN,

BANDUNG, JAWA BARAT

Oleh :

AL HARIS

A07400088

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(4)

Judul : Analisis Pendapatan Usahatani Dan Pengembangan Usaha Benih Kentang Bersertifikat Di Harry Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat

Nama : AL HARIS NRP :A07400088

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. YUSMAN SYAUKAT, MEc NIP. 131 804 162

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698


(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PENGEMBANGAN USAHA BENIH KENTANG BERSERTIFIKAT DI HARRY FARM, PANGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Januari 2007

AL HARIS


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan dan dibesarkan di Jakarta, tanggal 29 Januari 1981, yang merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan orang tua Bapak Drs. Hasan Agus Salim dan Ibu Nusrawaty Toweran.

Penulis menjalani jenjang pendidikan dasar dan menengah di Medan. Tahun 1993 menamatkan pendidikan dasar dari SD Negeri 060797 Medan, melanjutkan ke SMP Al Ulum Medan yang lulus pada tahun 1996, dan lulus dari SMU Negeri 1 Medan pada tahun 1999. Pada tahun 2000 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian.


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih terbesar, penulis tujukan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, MEc selaku Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus Dosen Moderator dalam seminar skripsi penulis, atas bimbingan dan pengarahannya selama penulis menyusun skripsi, serta telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Seluruh dosen pengajar dan staf pegawai di Departemen Agribisnis dan Fakultas Pertanian.

3. Kedua orang tuaku yang tercinta : Bapak & Ibu atas semua doa-doanya selama hidupku sampai saat ini dan atas kepercayaan, pengorbanan, cinta dan kasih sayang serta harapan yang tidak pernah putus-putus selama penulis menjalani dan menyelesaikan kuliah.

4. Gus Dwi Atmoko, SP atas dukungan kepada penulis selama menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala yang kau berikan dengan yang lebih baik, dan segala cita-cita, harapan, serta impianmu dapat dikabulkan oleh-NYA...Amin. Saya bangga punya kawan seperti kau Bro..


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis diberikan petunjuk dan kekuatan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani Dan Pengembangan Usaha Benih Kentang Bersertifikat Di Harry Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat” menggunakan analisis pendapatan usahatani, analisis matriks IE, analisis IFE dan EFE, dan analisis SWOT.

Hasil analisis ini digunakan untuk menentukan pendapatan usahatani usaha benih kentang bersertifikat, dan menentukan strategi apa yang dapat diimplementasikan perusahaan Harry Farm dalam rangka pengembangan usaha benih kentang bersertifikat. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian (SP) di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Yusman Syaukat, MEc selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini, serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil selama proses penyusunan skripsi maupun selama penulis menjalankan kuliah di Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari betul bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan, khususnya bagi pihak petani budidaya keramba jaring apung, dan pembaca pada umumnya, serta dapat memenuhi apa yang diharapkan.

Bogor, Januari 2007


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Usahatani ... 6

2.2 Konsep Pendapatan Usahatani ... 7

2.3 Strategi dan Manajemen Strategi ... 8

2.4 Proses Manajemen Strategi ... 12

2.5 Lingkungan Organisasi ... 14

2.6 Penelitian Terdahulu... 17

2.7 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 19

III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 22

3.3 Pengolahan dan Analisis Data ... 23

3.3.1 Analisis Usahatani ... 24

3.3.1.1 Analisis Pendapatan Usahatani ... 24

3.3.1.2 Analisis Ratio Penerimaan dan Biaya ... 25

3.3.2 Analisis Eksternal Perusahaan ... 25

3.3.3 Analisis Internal Perusahaan... 26

33.4 Matriks IFE dan Matriks EFE... 26

3.3.5 Matriks SWOT... 30

3.3.6 Matriks Internal-Eksternal (IE)... 31

IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 33

4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ... 34

4.3 Struktur Organisasi ... 35

4.4 Analisis Lingkungan Internal ... 35

4.4.1 Faktor Sumberdaya Manusia ... 36


(10)

4.4.3 Sumberdaya Penelitian dan Pengembangan ... 37

4.4.4 Sumberdaya Pemasaran ... 38

4.4.5 Sumberdaya Keuangan ... 39

4.5 Analisis Lingkungan Eksternal ... 40

4.5.1 Lingkungan Mikro ... 40

4.5.2 Lingkungan Makro ... 42

V ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 5.1 Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Benih Kentang Bersertifikat G3 dan G4 ... 51

5.1.1 Penerimaan Usahatani ... 51

5.1.2 Biaya Tunai ... 52

5.1.3 Biaya Tidak Tunai ... 54

5.1.4 Pendapatan Usahatani ... 54

VI ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA... 6.1 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Bagi Perusahaan ... 56

6.2 Formulasi strategi ... 65

6.2.1 Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) ... 66

6.2.2 Matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE) ... 67

6.2.3 Matriks Internal Eksternal (IE) ... 68

6.2.4 Matriks SWOT (Strenght-Weakness-Oppurtunity-Threat) ... 70

VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 77

7.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(11)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN

PENGEMBANGAN USAHA BENIH KENTANG

BERSERTIFIKAT DI HARRY FARM, PANGALENGAN,

BANDUNG, JAWA BARAT

Oleh :

AL HARIS

A07400088

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(12)

RINGKASAN

Al Haris. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pengembangan Usaha Benih Kentang Bersertifikat di Harry Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Di bawah bimbingan YUSMAN SYAUKAT.

Jawa Barat sebagai sentral produksi kentang memiliki kebutuhan benih yang besar. Kebutuhan benih ini ditutup dengan benih kentang bersertifikat, benih kentang impor, dan benih kentang hasil panen musim tanam sebelumnya. Kebutuhan benih kentang bermutu untuk daerah Jawa Barat tercukupi baru mencapai 4,9 persen total kebutuhan. Hal ini disebabkan oleh jumlah pengusaha dan penangkar benih kentang sampai saat ini masih terbatas.

Harry Farm merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang produksi kentang dan memiliki program untuk mengembangkan produksi benih kentang bersertifikat. Industri penangkaran benih kentang banyak dipengaruhi oleh faktor – faktor lingkungan bisnis yang berasal dari pemerintah, masyarakat, maupun dari para penangkar benih yang selalu berubah – ubah dari waktu – kewaktu. Perubahan lingkungan bisnis ini mempengaruhi arah perjalanan bisnis benih kentang bersertifikat Harry Farm. Untuk menemukan gambaran bisnisnya ke depan Harry Farm harus memiliki strategi sehingga dapat mengembangkan usahanya dengan lebih baik.

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menganalisis pendapatan usahatani benih kentang bersertifikat yang diperoleh Harry Farm, (2) Menganalisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal Harry Farm, (3) Merumuskan strategi pengembangan usaha benih kentang bersertifikat pada Harry Farm. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini analisis Ratio Penerimaan dan Biaya untuk usahataninya sedangkan untuk pengembangan usahanya menggunakan analisis IFE dan EFE, matriks IE, analisis SWOT.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan (R/C) usahatani Harry Farm sudah efisiein dan perlu peningkatan lagi, sedangkan strategi untuk mengembangkan usahataninya Harry Farm harus menerapkan beberapa strategi. Berdasarkan hasil analisis matriks EFI dan matriks EFE, strategi yang dapat dilakukan berdasarkan analisis SWOT adalah mempertahankan dan meningkatkan mutu produk dan mempertahankan pelanggan yang ada dan menarik pelanggan potensial, memperluas wilayah pemasaran terutama wilayah diluar Jawa Barat, memberikan pelayanan purna jual dan mempertahan dan meningkatkan product image, mempertahan dan meningkatkan delivery on time (Strategi S-O). Strategi W-O antara lain, pembenahan sistem manajemen SDM, mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk meningkatkan profisionalisme, meningkatkan program promosi secara efektif dan efisien serta kinerja divisi pemasaran. Strategi S-T yaitu, meningkatkan keunggulan produk dan citra produk untuk menghadapi ancaman pesaing dan produk subtitusi, meningkatkan efisiensi produksi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. Sedangkan strategi W-T yaitu, mengoptimalkan kegiatan produksi, meningkatkan kerjasama dengan distributor dan pemasok untuk menjaga kontinuitas produksi.


(13)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN

PENGEMBANGAN USAHA BENIH KENTANG

BERSERTIFIKAT DI HARRY FARM, PANGALENGAN,

BANDUNG, JAWA BARAT

Oleh :

AL HARIS

A07400088

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(14)

Judul : Analisis Pendapatan Usahatani Dan Pengembangan Usaha Benih Kentang Bersertifikat Di Harry Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat

Nama : AL HARIS NRP :A07400088

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. YUSMAN SYAUKAT, MEc NIP. 131 804 162

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698


(15)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PENGEMBANGAN USAHA BENIH KENTANG BERSERTIFIKAT DI HARRY FARM, PANGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Januari 2007

AL HARIS


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan dan dibesarkan di Jakarta, tanggal 29 Januari 1981, yang merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan orang tua Bapak Drs. Hasan Agus Salim dan Ibu Nusrawaty Toweran.

Penulis menjalani jenjang pendidikan dasar dan menengah di Medan. Tahun 1993 menamatkan pendidikan dasar dari SD Negeri 060797 Medan, melanjutkan ke SMP Al Ulum Medan yang lulus pada tahun 1996, dan lulus dari SMU Negeri 1 Medan pada tahun 1999. Pada tahun 2000 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian.


(17)

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih terbesar, penulis tujukan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, MEc selaku Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus Dosen Moderator dalam seminar skripsi penulis, atas bimbingan dan pengarahannya selama penulis menyusun skripsi, serta telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Seluruh dosen pengajar dan staf pegawai di Departemen Agribisnis dan Fakultas Pertanian.

3. Kedua orang tuaku yang tercinta : Bapak & Ibu atas semua doa-doanya selama hidupku sampai saat ini dan atas kepercayaan, pengorbanan, cinta dan kasih sayang serta harapan yang tidak pernah putus-putus selama penulis menjalani dan menyelesaikan kuliah.

4. Gus Dwi Atmoko, SP atas dukungan kepada penulis selama menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala yang kau berikan dengan yang lebih baik, dan segala cita-cita, harapan, serta impianmu dapat dikabulkan oleh-NYA...Amin. Saya bangga punya kawan seperti kau Bro..


(18)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis diberikan petunjuk dan kekuatan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani Dan Pengembangan Usaha Benih Kentang Bersertifikat Di Harry Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat” menggunakan analisis pendapatan usahatani, analisis matriks IE, analisis IFE dan EFE, dan analisis SWOT.

Hasil analisis ini digunakan untuk menentukan pendapatan usahatani usaha benih kentang bersertifikat, dan menentukan strategi apa yang dapat diimplementasikan perusahaan Harry Farm dalam rangka pengembangan usaha benih kentang bersertifikat. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian (SP) di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Yusman Syaukat, MEc selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini, serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil selama proses penyusunan skripsi maupun selama penulis menjalankan kuliah di Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari betul bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan, khususnya bagi pihak petani budidaya keramba jaring apung, dan pembaca pada umumnya, serta dapat memenuhi apa yang diharapkan.

Bogor, Januari 2007


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Usahatani ... 6

2.2 Konsep Pendapatan Usahatani ... 7

2.3 Strategi dan Manajemen Strategi ... 8

2.4 Proses Manajemen Strategi ... 12

2.5 Lingkungan Organisasi ... 14

2.6 Penelitian Terdahulu... 17

2.7 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 19

III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 22

3.3 Pengolahan dan Analisis Data ... 23

3.3.1 Analisis Usahatani ... 24

3.3.1.1 Analisis Pendapatan Usahatani ... 24

3.3.1.2 Analisis Ratio Penerimaan dan Biaya ... 25

3.3.2 Analisis Eksternal Perusahaan ... 25

3.3.3 Analisis Internal Perusahaan... 26

33.4 Matriks IFE dan Matriks EFE... 26

3.3.5 Matriks SWOT... 30

3.3.6 Matriks Internal-Eksternal (IE)... 31

IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 33

4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ... 34

4.3 Struktur Organisasi ... 35

4.4 Analisis Lingkungan Internal ... 35

4.4.1 Faktor Sumberdaya Manusia ... 36


(20)

4.4.3 Sumberdaya Penelitian dan Pengembangan ... 37

4.4.4 Sumberdaya Pemasaran ... 38

4.4.5 Sumberdaya Keuangan ... 39

4.5 Analisis Lingkungan Eksternal ... 40

4.5.1 Lingkungan Mikro ... 40

4.5.2 Lingkungan Makro ... 42

V ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 5.1 Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Benih Kentang Bersertifikat G3 dan G4 ... 51

5.1.1 Penerimaan Usahatani ... 51

5.1.2 Biaya Tunai ... 52

5.1.3 Biaya Tidak Tunai ... 54

5.1.4 Pendapatan Usahatani ... 54

VI ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA... 6.1 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Bagi Perusahaan ... 56

6.2 Formulasi strategi ... 65

6.2.1 Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) ... 66

6.2.2 Matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE) ... 67

6.2.3 Matriks Internal Eksternal (IE) ... 68

6.2.4 Matriks SWOT (Strenght-Weakness-Oppurtunity-Threat) ... 70

VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 77

7.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang

di Indonesia Tahun 2002 – 2005... 2

2 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2005... 3

3 Analisis PEST (Politik-Ekonomi-Sosial Budaya-Teknologi)... 17

4 Jenis dan Sumber Data yang Dikumpulkan ... 23

5 Alat Bantu Analisis Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi... 26

6 Alat Bantu Analisis Fungsional ... 26

7 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ... 27

8 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan ... 28

9 Matriks EFE ... 29

10 Matriks IFE ... 29

11 Matriks SWOT ... 30

12 Penetapan Harga Jual Benih Kentang Bersertifikat ... 44

13 Kebutuhan Benih Kentang Tahun 2005... 45

14 Hasil Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Benih Kentang G3 dan G4 di Harry Farm per 1 Ha per periode Tanam Tahun 2005 ... 51

15 Faktor Strategi Internal Harry Farm... 66

16 Faktor Strategi Eksternal Harry Farm ... 67

17 Alternatif Strategi Berdasarkan Setiap Fungsional ... 72


(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Proses Manajemen Strategis ... 13 2 Lingkungan Eksternal dan Internal Perusahaan ... 15 3 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 21 4 Matriks Internal-Eksternal (IE) ... 32 5 Posisi Perusahaan Harry Farm pada Matriks I-E... 69 6 Matriks SWOT ... 71


(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Struktur Organisasi Harry Farm... 83 2 Jumlah Tenaga Kerja Tetap dan Tidak Tetap di Harry Farm ... 84 3 Perkiraan Nilai Sisa dalam 1 tahun (2 musim tanam) Usahatani

Benih Kentang Bersertifikat Kelas G3 dan G4 ... 84 4 Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Benih Kentang

Bersertifikat G3 Harry Farm per Hektar per Periode... 85 5 Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Benih Kentang

Bersertifikat G4 Harry Farm per Hektar per Periode... 86

6 Impor Benih Kentang Tahun 1999 Sampai Agustus 2002... 87 7 Bagan Pola Perbanyakan Benih Kentang Bermutu (One

Generation Flow) ... 88 8 Pedoman Teknis Produksi Benih Kentang Bermutu... 89 9 Tugas dan Kelengkapan Institusi Pelaksana Sistem Perbenihan

Kentang ... 96 10 Penilaian Rating Skor Faktor Strategis Internal... 97 11 Penilaian Bobot Skor Faktor Strategis Internal... 97 12 Penilaian Rating Skor Faktor Strategis Eksternal ... 98 13 Penilaian Bobot Skor Faktor Strategis Eksternal ... 98 14 Penilaian Bobot Strategis Internal... 99 15 Penilaian Bobot Strategis Internal... 103


(24)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2005 mencapai 216 juta jiwa dengan angka pertumbuhan 1.7 persen per tahun (BPS, 2005). Angka tersebut mengidentifikasikan besarnya bahan pangan yang harus tersedia. Salah satu peran strategis sektor pertanian adalah penghasil bahan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia dan merupakan bagian integral dari sistem pembangunan nasional yang semakin penting dan strategis sejalan dengan arah perubahan lingkup nasional dan internasional. Dengan demikian sektor pertanian perlu ditempatkan sebagai sektor andalan dan penggerak pembangunan nasional serta diyakini dapat memenuhi prakondisi pembangunan ekonomi berkelanjutan (Sudaryanto dkk, 2002).

Salah satu subsektor pertanian yang memiliki peran besar dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional dan menambah pendapatan negara adalah holtikultura. Usaha peningkatan produksi telah banyak dilakukan untuk mencukupi kebutuhan pasar domestik. Dirjen Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura menyebutkan bahwa pengembangan komoditas sayuran di Indonesia diarahkan kepada: (1) Memenuhi permintaan pasar dalam negeri dan dalam rangka memenuhi gizi masyarakat; (2) Mengurangi fluktuasi yang tajam dalam rangka turut mempertahankan stabilitas ekonomi; (3) Mengurangi impor dan menaikkan ekspor; (4) Memperluas kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan petani (Dirjen Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2004)

Salah satu komoditas hortikultura yang mendapat perhatian untuk dikembangkan adalah kentang (Solanum tuberosum). Komoditas ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat yang berguna untuk menunjang program diversifikasi pangan non beras yang bernilai gizi tinggi, disamping dapat juga dijadikan bahan baku untuk industri olahan makanan.


(25)

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura (2005) memberikan gambaran perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas kentang di Indosesia yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun selama tahun 2002 – 2005.

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang di Indonesia Tahun 2002 – 2005

LUAS PANEN PRODUKSI PRODUKTIVITAS

TAHUN

(Ha) (Ton) (Ton/Ha)

2002 2003 2004 2005

62.776 73.068 55.971 57.332

924.058 977.349 831.140 893.824

14,72 13,38 14,85 15,59

Sumber: BPS dan Dirjen Bina Produksi Hortikultura, 2005

Produksi kentang terbesar terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 977.349 ton dan pada tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 831.140 ton. Namun produksi kentang pada tahun 2005 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2004 menjadi 893.824 ton. Produktivitas kentang lebih cenderung meningkat dari tahun 2003 sampai 2005, walaupun jumlah produksi dan luas lahan dari tahun 2003 ke 2004 mengalami penurunan.

Peningkatan produktivitas juga didukung oleh penyediaan benih kentang yang bermutu oleh pemerintah maupun pihak swasta. Benih sebagai sumber pertanaman mengemban dua misi. Pertama, mengamankan keseimbangan lingkungan melalui keanekaragaman demi ketangguhan dan keberlanjutan kehidupan hayati. Kedua, keseragaman untuk mencapai efisiensi proses produksi demi kesejahteraan rakyat. Benih kentang banyak didatangkan dari luar Indonesia karena permintaan benih yang tinggi dan tidak mencukupinya pasokan dari dalam negeri sendiri. Ditinjau dari keadaan iklimnya, Indonesia mempunyai peluang dan sumberdaya alam dalam komoditas hortikultura baik untuk tujuan konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Industri benih tanaman hortikultura masih harus mengejar ketinggalan dari negara-negara lain karena masih sedikitnya sumber bagi komoditas hortikulutura.


(26)

Ketersediaan benih bermutu sangat menentukan keberhasilan dalam usahatani. Penanaman benih kentang bermutu, tepat waktu, dan tepat umur fisiologis adalah faktor utama penentu keberhasilan produksi kentang. Benih kentang impor sering tiba tidak tepat dengan musim tanam kentang dan umur fisiologis benih juga sering terlampau muda atau tua. Untuk itu produksi benih kentang memiliki prospek yang cerah untuk memenuhi kebutuhan permintaaan dalam negeri dengan tidak ketergantungan dengan benih impor.

1.2 Perumusan Masalah

Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi kentang di Indonesia dan di Pulau Jawa dengan dengan total produksi pada tahun 2005 sekitar 46,39 persen (382.433 ton) terhadap total produksi kentang Indonesia (824.275 ton) dan sekitar 72 persen terhadap total produksi Pulau Jawa (530.386 ton). Kabupaten Bandung memiliki nilai produksi terbesar di Jawa Barat bila dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya sebagaimana terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2005

LUAS PANEN PRODUKSI PRODUKTIVITAS NO KABUPATEN

(Ha) (Ton) (Ton/Ha)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Bandung Garut Majalengka Cianjur Sumedang Sukabumi Kuningan Subang Bogor Tasikmalaya 13.184 4.932 1.165 191 250 95 34 21 6 4 227.841 97.392 26.171 5.784 3.799 1.427 448 250 163 52 17,28 19,75 22,46 30,28 15,20 15,02 13,18 11,90 27,17 13,00

Sumber: Dinas Pertanian Jawa Barat, 2005

Berdasarkan tabel di atas tingkat produktivitas tanaman kentang di daerah Bandung belum mencapai tingkat optimal dengan rata – rata produktivitasnya 17,28 ton/ha, sedangkan tingkat produktivitas optimal tanaman kentang sekitar 35 ton/ha (Pitojo, 2004). Lahan yang luas yang dimiliki Bandung menjadikannya


(27)

daerah sentra produksi kentang di Jawa Barat yang memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan. Pengembangan usahatani kentang selama ini banyak mengalami hambatan yang sangat memberatkan petani seperti mahalnya harga input di tingkat petani yang berpengaruh pada meningkatnya biaya produksi. Salah satu input yang sangat berpengaruh pada keberhasilan usahatani kentang adalah benih kentang. Benih kentang yang bermutu sangat diperlukan untuk mendapatkan tingkat produktivitas yang tinggi. Selama ini dalam memenuhi kebutuhan benih petani mengandalkan pada benih impor dan benih bersertifikat yang diproduksi dalam negeri (BPSBTPH, 2005). Rendahnya pengetahuan para petani dalam hal penggunaan benih kentang bermutu dimanfaatkan oleh beberapa pihak dalam penyediaan benih kentang palsu, sehingga sering terjadinya beberapa praktek penjualan benih kentang bersertifikat palsu dengan harga yang lebih murah daripada yang asli. Hal ini menyebabkan beberapa perusahaan mengalami kerugian karena beberapa petani beralih ke produk yang palsu. Di sisi lain para petani yang menggunakan benih palsu akan mengalami kerugian karena penurunan produktivitasnya. Kertergantungan bahan baku juga menjadi hambatan bagi para penangkar benih kentang bersertifikat karena hal ini berdasarkan peraturan pemerintah, penangkar yang diperkenankan untuk melaksanakan penangkaran benih induk kentang generasi nol, generasi satu dan generasi dua adalah Lembaga Penelitian, Universitas, Balai Induk Benih Kentang yang telah mampu dan diberi kewenangan atau perusahaan yang telah terakreditasi karena memenuhi persyaratan.

Harry Farm salah satu penangkar benih kentang bersertifikat di Pangalengan, Bandung, Jawa Barat yang semenjak tahun 1995 telah bergerak di bidang pertanian. Keikutsertaannya diproduksi benih kentang dari tahun 2002 memberikan dampak baik dalam hal penyediaan benih kentang bersertifikat. Usahatani benih bersertifikat merupakan program unggulan Harry Farm di masa mendatang namun dalam menjalankan usahatani benih bersertifikat Harry Farm belum memiliki kejelasan mengenai penerimaan usahatani yang diperoleh dan bagaimana strategi untuk pengembangan usahataninya dimasa akan datang

Dari uraian tersebut maka perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu :


(28)

1. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani benih kentang bersertifikat yang diperoleh Harry Farm.

2. Faktor – faktor internal dan eksternal apa saja yang menentukan keberhasilan pengembangan perusahaan Harry Farm.

3. Bagaimana alternatif strategi yang tepat bagi perusahaan Harry Farm dengan kondisi lingkungan seperti ini.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pendapatan usahatani benih kentang bersertifikat yang diperoleh Harry Farm.

2. Menganalisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal Harry Farm

3. Merumuskan strategi pengembangan usaha benih kentang bersertifikat pada Harry Farm.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam melaksanakan usahatani benih kentang bersertifikat dan bahan pertimbangan dalam pengembangan usahanya. Masyarakat juga dapat menggunakannya sebagai bahan tambahan rujukan bagi pengembangan ilmu manajemen strategi perusahaan. Kegunaan lainnya yaitu sebagai bahan acuan bagi peneliti-peneliti lain dalam melakukan studi lanjutan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Produk perusahaan yang dibahas dalam skripsi ini dibatasi pada produk kentang bersertifikat saja, karena produk ini merupakan produk potensial dan unggulan Harry Farm.


(29)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Usahatani

Usahatani adalah satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga tani, unsur modal yang beraneka ragam jenisnya, dan unsur pengelolaan dan manajemen yang perannya dibawakan seseorang yang di sebut petani (Tjakrawalaksana dan Soriaatmaja, 1983).

Makeham dan Malcolm (1991) mendefinisikan usahatani sebagai cara bagaimana mengelola kegiatan – kegiatan pertanian dengan petani sebagai pengelolanya. Ukuran dan jenis usahatani mungkin berkisar dari sebidang kecil usahatani subsisten dengan luas areal kurang dari 1 ha sampai perusahaan pertanian negara yang meliputi semua lahan dari beberapa desa. Usahatani mungkin dilaksanakan oleh seseorang penggarap atau pemilik, seseorang manajer, seseorang manajer yang dibayar oleh sebuah koperasi (atau perusahaan negara), atau oleh seseorang pemilik yang tingal jauh dari lahan yang dimilikinya. Umumnya adalah usahatani pemilik – penggarap, semi-subsisten.

Keberhasilan suatu usahatani sebenarnya tidak terlepas dari faktor – faktor lingkungan yang mempengaruhinya yang bisa dibedakan menjadi dua faktor utama, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor – faktor produksi yang pengaruhnya dapat dikendalikan oleh petani seperti penggunaan lahan, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasi penerimaaan keluarga, dan jumlah keluarga petani. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor – faktor produksi yang tidak dapat di kontrol dan berada di luar jangkuan petani, seperti faktor iklim, cuaca, ketersedian sarana, angkutan dan komunikasi, aspek – aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan input usahatani, fasilitas kredit, penyuluhan bagi petani, dan perubahan harga.


(30)

2.2 Konsep Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan usahatani dan perternakan setiap tahun (Makeham dan Malcolm, 1991). Pendapatan usahatani adalah keuntungan yang diperoleh petani dengan mengurangkan biaya yang di keluarkan selama proses produksi dengan penerimaan usahatani. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang datang dari perencanaan dan tindakan. Faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani adalah luas usahatani, efisiensi kerja, dan efisiensi produksi. Luas usahatani yang sempit dapat mengakibatkan produksi persatuan luas yang tinggi tidak dapat tercapai. Sementara efisiensi kerja dan efisensi produksi yang tinggi meneyebabkan pendapatan petani semakin tinggi.

Menurut Soerkartawi (1986), penerimaan usahatani adalah suatu nilai produk total dalam jangka waktu tertentu, baik untuk di jual maupun unutuk dikonsumsi sendiri. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, konsumsi rumah tangga petani, untuk pembayaran dan untuk disimpan. Penerimaan usahatani kentang dalam penelitian ini adalah nilai poduk diperoleh dari produk total dikali dengan harga jual di tingkat petani.

Pengeluaran atau biaya usahatani merupakan nilai pengunaan sarana produksi dan lain – lain yang dibebankan pada produk bersangkutan. Selain biaya tunai yang harus dikeluarkan ada pula biaya yang diperhitungkan, yaitu nilai pemakaian barang dan jasa yang dihasilkan dari usaha itu sendiri.

Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani kalau modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Menurut Hermanto dalam Ferdiansyah (2004) biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan berdasarkan :

1. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari

a. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besarnya kecilnya produksi, misalnya : pajak tanah, sewa tanah, penyusutan bangunan pertanian, dan bunga pinjaman.


(31)

b. Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan produksi, misalnya : pengeluaran untuk benih, pupuk, obat – obatan, dan biaya tenaga kerja.

2. Berdasarkan biaya yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari : a. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang di bayar tunai.

Biaya tetap misalnya : pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk benih, pupuk, obat – obatan, dan tenaga kerja luar keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki petani.

b. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat – alat pertanian, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap), dan tenaga kerja dalam keluarga (biaya variabel).

Pendapatan usahatani yang diterima seorang petani dalam satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima petani lainnya. Perbedaaan pendapatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor ini ada yang masih dapat diubah dalam batasan – batasan kemampuan petani dan ada faktor yang tidak dapat diubah yaitu iklim dan tanah.

Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukan efisiensi yang tinggi, karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan. Oleh karena itu, analisis pendapatan usahatani selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Ukuran efisiensi pendapatan dapat dihitung melalui perbandingan penerimaaan dengan biaya yang dikeluarkan (rasio R/C) yang menunjukan berapa penerimaan yang diterima petani untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani dalam proses produksi.

2.3 Strategi dan Manajemen Strategis

Konsep strategi banyak didefinisikan dengan pendekatan sudut pandang yang berbeda–beda. Konsep strategi pertama kali dikemukan oleh Chandler dalam Rangkuti (1998) merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas


(32)

alokasi sumberdaya. Konsep strategi menurut Earned, Cristensen, dan Guth dalam Rangkuti (1998) strategi merupakan alat untuk mencapai keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu fokus strategi untuk memutuskan apakah bisinis tersebut harus ada atau tidak. Strategi adalah pendekatan pemakaian sumber di dalam kendala iklim kompetitif agar seperangkat sasaran dapat dicapai (Hayden, 1997). Jauch dan Glueck (1998) menyatakan strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan alokasi atau relokasi tanggung jawab dan sumberdaya yang ditimbulkan.

Menurut Andrews dan Chaffe dalam Rangkuti (1998) strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholders, seperti debtholders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah dan sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntugan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan perusahaan. Menurut David (1998) strategi merupakan cara untuk mencapai sasaran jangka panjang. Strategi menggunakan pendekatan proaktif ketimbang reaktif dalam industri, dan berjuang untuk mempengaruhi, mengantisipasi, dan mengawali dan bukannya bereaksi terhadap peristiwa.

Menurut Hamel dan Prahalad (1995) strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.

Menurut Pearce dan Robinson (1997) strategi diartikan sebagai rencana manajer yang berskala besar dan berorientasi kemasa depan untuk berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai sasaran – sasaran perusahaan. Meskipun rencana tidak secara persis merinci semua pemanfaatan sumberdaya


(33)

manusia, keuangan dan bahan – bahan di masa mendatang, ia memberikan kerangka untuk keputusan – keputusan manajerial. Strategi mencerminkan kesadaran perusahaan mengenai bagaimana, kapan, apa, dan dimana ia harus bersaing, melawan siapa, dan maksud apa.

Berdasarkan definisi diatas, secara ringkas strategi mengandung pengertian sebagai suatu cara mengelola perusahaan untuk menetapkan arah tujuan dan sasaran yang harus di capai serta memfasilitasi tindakan antisipasi terhadap perubahan lingkungan. David (1998) membagi strategi menjadi tiga tingkatan, sebagai berikut.

a. Strategi tingkat perusahaan (korporat), menggambarkan arah yang menyeluruh bagi perusahaan dalam pertumbuhan dan pengelolaan dalam berbagai bidang usaha untuk mencapai keseimbangan produk atau jasa yang dihasilkan. Strategi tingkat perusahaan biasanya dibuat sebagai arahan dasar berbagai strategi pada unit usaha dan strategi funsional yang disusun.

b. Strategi tingkat unit bisinis, menekankan pada usaha peningkatan daya saing perusahaan dalam suatu industri atau segman pasar.

c. Strategi tingkat fungsional, menciptakan kerangka kerja untuk manajemen fungsi seperti produksi, pemasaran, keuangan dan sumberdaya.

Manajamen strategi juga sering didefinisikan secara berbeda. David (1998) mendefinisikan manajemen strategi sebagai suatu seni atau ilmu dalam hal pembuatan (formulating), penerapan (implementing), dan evaluasi (evaluating) keputusan – keputusan strategi antar fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya dimasa mendatang. Manajemen strategis memadukan manajemen pemasaran, keuangan, produksi/operasi, informasi, penelitian dan pengembangan dalam mencapai keberhasilan organisasi. Definisi diatas berorientasi pada proses yang dilakukan dalam manajemen strategi yakni formulasi, impelmentasi, dan evaluasi strategi.

Menurut Jauch dan Glueck (1998), manajemen strategi adalah sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi yang efektif untuk mencapai sasaran perusahaan. Proses manajemen strategi ialah cara


(34)

dengan jalan mana para perencana strategi menentukan sasaran dan mengambil keputusan.

Hayden (1997) menyatakan manajemen strategi merupakan pengelolaan keunggulan kompetitif mencakup mengidentifikasikan sasaran dan menganalisis lingkungan, mengenali ancaman dan kesempatan, kemudian merumuskan strategi untuk melindungi diri terhadap ancaman dan mengambil manfaat dari kesempatan, penerapan strategi dan memantaunya agar keungulan kompetitif dapat berlanjut meskipun harus menghadapi perubahan lingkungan, sedangkan menurut Pearce dan Robinson (1997) manajemen strategi adalah sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana – rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran – sasaran perusahaan. Manajemen strategi terdiri dari sembilan hal yang sangat penting yaitu ;

1. Merumuskan misi perusahaan, meliputi rumus umum, tentang maksud keberadaan (purpose), filosofi, dan tujuan.

2. Mengembangkan profil perusahaan yang mencerminkan kondisi intern dan kapasibilitasnya.

3. Menilai lingkungan eksternal perusahaan, melipuiti baik pesaing maupun faktor – faktor konstektual umum.

4. Menganalisis opsi perusahaan dengan mencocokkan sumberdaya dengan lingkungan ekstern.

5. Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi setipa opsi yang ada berdasarkan misi perusahaan.

6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum yang akan mencapai pilihan yang paling dikehendaki.

7. Mengimplemetasikan pilihan strategi dengan cara mengalokasikan sumberdaya anggaran yang menekankan pada kesusaian tugas, SDM, struktur, teknologi, dan sistem imbalan.

8. Mengevaluasi keberhasilan proses strategi sebagai masukan bagi pengambilan keputusan dimasa yang kan datang.


(35)

Jauch dan Glueck (1998) juga telah menyatakan bahwa penerapan manajemen strategis memberikan manfaat bagi organisasi sebagai berikut :

a Manajemen strategi memungkinkan perusahaan mengantisipasi kondisi yang selalu berubah – ubah.

b Manajemen strategis menyediakan sasaran dan arah yang jelas bagi karyawan. c Manajemen strategis membantu mendidik para manajer agar menjadi

pengambil keputusan yang lebih baik dan membantu meneliti masalah pokok perusahaan.

d Manajemen strategis membantu meningkatkan komunikasi perusahaan, kordinasi proyek perorangan, alokasi sumberdaya, dan perencanaan jangka pendek seperti penyusunan anggaran.

Selain itu, manajemen strategis juga dapat membantu perusahaan untuk melihat lebih dulu ancaman dan peluang di masa depan, menyediakan sasaran yang jelas serta arah untuk masa depan perusahaaan yang selalu berubah. Manajemen strtategis adalah satu paket komitmen , keputusan dan langkah yang diharapkan bagi sebuah perusahan untuk memiliki daya saing strategis dan menghasilkan laba diatas rata – rata.

2.4 Proses Manajemen Strategis

Proses manajemen strategis merupakan cara yang digunakan oleh para perencana strategi untuk menentukan sasaran, kebijakan, dan kegiatan pengambilan keputusan perusahaan. Manajemen strategis merupakan suatu proses yang terdiri dari rangkaian tahapan – tahapan, yang disederhanakan seperti terlihat pada Gambar 1.


(36)

Mengembangkan Pernyataan

Misi

Melakukan Audit Eksternal

Melakukan Audit Internal

Menerapkan Sasaran

Jangka Panjang

Menghasilkan, Mengevaluasi

dan Memilih Strategi

Menerapkan Kebijakan dan Sasaran

Tahunan

Mengalokasi Sumber

Daya

Mengukur dan Mengevaluasi

Prestasi

Gambar 1. Proses Manajemen Strategis

Sumber : David (1998)

Secara garis besar, tahapan manajemen strategis diatas dapat dikelompokan menjadi tiga tahap yaitu formulasi strategi, impelementasi strategi, dan evaluasi strategi (David, 1998).

Formulasi strategi meliputi penyusunan misi bisnis, identifikasi ancaman dan peluang eksternal organisasi, penentuan kekuatan dan kelemahan internal organisasi, penyusunan tujuan jangka panjang, penyusunan strategi alternatif dan pemilihan strategi yang akan dijalankan. Implementasi strategis merupakan tindakan dalam manajemen strategis yang antara lain menetapkan sasaran atau tujuan tahunan dan kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya secara efektif. Evaluasi strategis merupakan tahap akhir dalam manajemen strategis. Terdapat tiga kegiatan utama dalam evaluasi strategis sebagai berikut :

a. Mengevaluasi faktor internal dan eksternal yang didasarkan pada strategi saat ini.

b. Mengukur kinerja.


(37)

Proses manajemen strategis menurut Pearce dan Robinson (1997) dengan perumusan dan implemetasi strategi secara berurutan. Proses dimulai dengan pengembangan atau re-evaluasi misi perusahaan. Langkah ini dikaitkan dengan profil perusahaan dan penilaian atas lingkungan eksternal perusahaan. Kemudian mengikuti secara berurutan pilihan strategi, penetapan sasaran jangka panjang, rencana strategi umum, penetapan sasaran jangka pendek, rancangan straegi operasional, pelembagaan strategi, serta tinjauan dan evaluasi.

Proses manajemen strategis dirumuskan dengan pernyataan misi organisasi selanjutnya setiap tahapan yang dilakukan harus disesuaikan dengan pernyataan misi tersebut. Pernyataan misi menyatakan tentang bisnis apa yang akan dijalankan perusahaan (what is our business) dan menjawab pertanyaan mengapa perusahaan ada (the reason for being). Pernyataan misi berfungsi sebagai inspirasi bagi seluruh anggota organisasi dan membantu perusahaan memfokuskan perhatian pada arah yang jelas (Karim dan Handono, 1999).

Proses manajemen strategis menjalani penilaian dan pemuthiran terus menerus. Meskipun elemen – elemen dasar manajemen strategis jarang sekali berubah, penekanan relatif terhadap setiap elemen ini akan berbeda – beda menurut pengambil keputusan yang menggunakan model ini serta menurut situasi lingkungan perusahaan mereka.

2.5 Lingkungan Organisasi

Lingkungan organisasi merupakan kumpulan semua faktor yang terdapat baik di dalam maupun di luar organisasi yang dapat mempengaruhi kemajuan perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Adaptasi dengan perubahan lingkungan merupakan inti dari manajemen strategis. Adaptasi ini menuntut pemahaman perubahan lingkungan (Certo dan Peter, 1990).

Menurut Umar (2001), lingkungan ekstern perusahaan dibagi manjadi tiga kategori yang saling berkaitan, yaitu : lingkungan jauh (remote), lingkungan industri, dan lingkungan operasional. Secara bersama – sama, faktor ini merupakan landasan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dalam


(38)

lingkungan bersaingnya. Faktor – faktor yang mempengaruhi lingkungan dapat di lihat pada Gambar 2.

Lingkungan Jauh

Lingkungan Internal Perusahaan - Aspek Keuangan - Aspek SDM - Aspek Pemasaran - Aspek Operasional - Aspek Manajemen - Aspek Ancaman

Pendatang Baru

- Aspek Daya Tawar Pemasok

- Aspek Ketersediaan Produk/Jasa Subtitusi

- Aspek Persaingan dalam Industri

- Aspek Daya Tawar Pembeli

- Faktor Sosial - Faktor Ekonomi

- Faktor Politik - Faktor Teknologi

Lingkungan Industri

Gambar 2. Lingkungan Eksternal dan Internal Perusahaan

Sumber : Umar (2003)

Lingkungan jauh terdiri dari faktor – faktor yang bersumber dari luar, biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional perusahaan tertentu. Lingkungan ini memberikan peluang, ancaman dan kendala bagi perusahaan. Faktor – faktor lingkungan jauh yang mempengaruhi perusahaan, yaitu :

1. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu perusahaan beroperasi. Faktor ekonomi mengacu kepada variabel – variabel yang mempengaruhi arah perekonomian dimana perusahaan beroperasi. Variabel


(39)

dari faktor ekonomi antara lain siklus ekonomi, tingkat inflasi, kebijakan monoter, fiskal, tingkat suku bunga, neraca pembayaran, dan pertumbuhan ekonomi.

2. Faktor Sosial Budaya

Faktor sosial budaya yang mempengaruhi perusahaan meliputi keyakinan, nilai sikap, opini yang berkembang, dan gaya hidup dari orang – orang dalam lingkungan organisasi. Faktor sosial biasanya dikembangkan dari faktor kultural, ekologis, pendidikan, dan kondisi etnis. Perubahan pada faktor sosial dapat mengubah permintaan pada berbagai produk/jasa aktivitas.

3. Faktor Politik dan Hukum

Arah dan stabilitas faktor – faktor politik merupakan pertimbangan penting bagi para manjer dalam merumuskan strategi perusahaan. Faktor – faktor politik mencerminkan peluang dan ancaman kunci untuk organisasi besar maupun kecil. Faktor politik dan hukum mendefinisikan parameter – parameter hukum, meliputi peraturan – peraturan, undang – undang, kebijakan pemerintah baik pada tingkat nasionsal, propinsi, maupun daerah dan bagaimana pengaturan harus beroperasi. 4. Faktor Teknologi

Faktor teknologi perlu diperhatikan sehubungan dengan telah sedemikian berkembangnya dan telah lahirnya berbagai temuan dan terobosan, baik di bidang perangkat keras maupun perangkat lunak. Kemajuan tekonologi secara pesat telah mengubah produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pelanggan, pesaing, proses manufaktur, praktek – praktek pemasaran dan posisi persaingan. Inovasi tekonologi perusahaan dapat memberikan dua manfaat yaitu mengurangi biaya dan meningkatkan sistem organisasi.

Keempat faktor lingkungan umum diatas dapat dianlisa dengan menggunakan pendekatan analisis PEST (Poltik-Ekonomi-Sosial-Budaya-Teknologi) pada Tabel 3 dibawah ini.

Lingkungan operasional merupakan lingkungan eksternal perusahaan yang dibangun oleh komponen – komponen yang biasanya mempunyai implikasi yang relatif spesifik dan lebih langsung dapat dirasakan pengaruhnya terhadap pengelolaan sebuah organisasi. Komponen utama dari lingkungan ini adalah


(40)

lingkungan industri (pelanggan, pesaing, pemasok), tenaga kerja, dan masalah – masalah internasional (Certo dan Peter, 1990).

Tabel 3. Analisis PEST (Politik-Ekonomi-Sosial Budaya-Teknologi) POLITIK

• Situasi politik negara

• Kebijakan politik luar negeri • Regulasi dan deregulasi pemerintah • Peraturan pajak, tarif dan bea • Kebijakan subsidi

• Peraturan anti monopoli • Kebijakan fiskal dan monoter • Peraturan tenaga kerja

• Kebijakan ekspor dan lain – lain

SOSIAL BUDAYA & DEMOGRAFI • Perkembangan budaya

• Perkembangan media • Pertumbuhan penduduk • Jumlah penduduk

• Perilaku terhadap pemerintah • Perilaku menabung

• Perilaku berbelanja • Dan lain – lain

EKONOMI • Tingkat inflasi • GNP

• Ketersedian kredit • Pola konsumsi • Kurs mata uang • Tingkat pajak • Situasi pasar modal

• Trend pertumbuhan ekonomi • Dan lain – lain

TEKNOLOGI

• Perkembangan teknologi informasi

• Kecendrungan pengembangan teknologi yang unik dalam industri

• Perkembangan teknologi dasar

• Perkembangan prilaku masyarakat terhadap teknologi

Sumber : Certo dan Peter, 1990

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengembangan usaha telah dilakukan oleh Iriana (2004) dengan mengambil komoditas teh sebagai bahan penelitiannya. Tujuan penelitian pengembangan usaha bisnis teh pada Perkebunan Gedeh PTPN VIII, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat adalah memformulasikan strategi bisnis yang tepat bagi perusahaan supaya dapat meningkatkan daya saingnya melalui identifikasi faktor internal-eksternal dan memformulasikan suatu strategi komprehensif bagi Perkebunan Gedeh.

Perumusan strategi bisnis dalam proses manajemen diawali dengan penetapan misi bisnis Perkebunan Gedeh. Misi bisnis Perkebunan Gedeh adalah


(41)

“Kualitas adalah Tradisi Kami”, misi ini sangat tepat karena berkaitan dengan permasalahan mendasar yang sedang dihadapi oleh perusahaan, yaitu memenuhi tuntutan pasar dalam hal kualitas produk.

Faktor internal dapat digolongkan menjadi kekuatan dan kelemahan. Kekuatan utama Perkebunan Gedeh adalah iklim kerja yang kondusif. Kelemahan utamanya adalah pemeliharaan kebun yang belum optimal dan manajemen pemetikan yang belum tepat. Faktor eksternal dapat digolongkan menjadi peluang dan ancaman. Peluang utama Perkebunan Gedeh adalah perkembangan teknologi mekanisasi dan pengolahan. Ancaman utamanya yaitu kelangkaan pasokan pupuk. Hasil analisis matirk I-E menunjukkan bahwa Perkebunan Gedeh berada pada kondisi internal rata-rata dan respon Perkebunan Gedeh terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapinya tergolong sedang. Strategi yang sebaiknya diambil adalah mempertahankan dan memelihara. Alternatif strategi yang disarankan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

Imamudin (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategi Perusahaan dan Pemasaran Benih Kentang PT.DaFa Teknoagro Mandiri bertujuan untuk mengidentifikasi, memformulasi, dan memilih strategi pemasaran untuk meningkatakan volume penjulan benih kentang perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan analisis: (1) analisis lingkungan internal, dengan menggunakan matrik IFE, (2) analisis lingkungan eksternal, dengan menggunakan matrik EFE, dan (3) analisis posisi perusahaan dengan matrik IE, dan (4) analisis matrik TOWS untuk mendapatkan formulasi implementasi strategi perusahaan.

Berdasarkan hasil perhitungan total nilai matrik EFE sebesar 2,762 memperlihatkan bahwa posisi strategis eksternal rata-rata untuk mengatasi ancaman dan memanfaatkan peluang dibandingkan pesaing utama. Total nila i matrik IFE sebesar 2,878. Hal ini menggambarkan posisi strategis internal yang sedang untuk mengatasi kelemahan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki dibandingkan dengan pesaing utama. Berdasarkan masing-masing total skor dari faktor internal dan faktor eksternal, maka dipetakan kedalam matrik I-E, posisi perusahaan berada pada kotak kuadran V, yang berarti inti strategi yang ditetapkan perusahaan adalah strategi pertumbuhan.


(42)

Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan pihak manajemen perusahaan dan denga melihat kondisi lingkungan perusahaan melalui analisis matrik IFE, EFE, I-E, dan analisis TOWS, maka dapat ditetapkan prioritas operasional strategi pemasaran yang dapat diterapkan (1) Pada produk, strategi premium, dengan meningkatkan mutu planlet kentang. (2) Untuk mendukung strategi premium, maka harga yang ditetapkan adalah harga yang tinggi. (3) Pada promosi, adalah meningkatkan promosi langsung ke petani kentang dan para penangkar benih dan lebih fokus untuk sentra-sentra kentang di wilayah Jawa Barat. (4) Pada distribusi adalah distribusi yang lancar, ketepatan waktu produksi, dan pelayanan yang baik untuk mendukung strategi positioning produk benih kentang perusahaan.

Penelitian mengenai usahatani kentang telah dilakukan oleh Ferdiansyah (2004) dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Kentang (Kasus di Desa Argamukti Kec. Argapura Kab. Majalengka, Jawa Barat). Hasil penelitian di Desa Argamukti menunjukkan bahwa petani responden dibedakan atas petani pengguna benih impor, petani pengguna benih lokal bersertifikat, dan petani pengguna benih lokal tidak bersertifikat dengan hasil panen Februari dan maret 2003. Besarnya rasio R/C atas biaya total dan biaya tunai yaitu untuk petani pengguna benih impor adalah 1,90 dan 1,76, petani pengguna benih lokal bersertifikat adalah 1,89 dan 2,07 dan petani pengguna benih lokal tidak bersertifikat adalah 1,69 dan 1,90. hasil rasio R/C menunjukkan bahwa petani pengguna benih lokal bersertifikat lebih tinggi artinya penggunaan benih lokal bersertifikat lebih menguntungkan.

2.7 Kerangka Pemikiran Penelitian

Dalam mengkaji suatu perusahaan maka yang perlu dilihat terlebih dahulu yaitu visi, misi dan tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan adalah terus memperluas usaha atau setidaknya bertahan ditengah ketatnya persaingan bisnis. Setiap perusahaan memiliki kebijakan – kebijakan yang berbeda satu dengan lainnya dalam mewujudkan tujuannya. Kebijakan – kebijakan tersebut diambil dan diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan perusahaan dalam


(43)

memperhatikan faktor internal dan eksternal perusahaan. Kebijakan – kebijakan tersebut meliputi kebijakan SDM, kebijakan produksi, kebijakan finansial dan kebijakan pemasaran.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi perusahaan terhadap rendahnya produktivitas kentang yang terjadi di Pangelengan yang tidak sesuai standar produksi, maka penelitian ini memberikan gambaran bagaimana mengatasi permasalahan tersebut sehingga dapat memberikan informasi tambahan bagi perusahaan yang dapat digunakan untuk mengembangkan usahataninya.

Hal pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui gambaran umum perusahaan sehingga dapat diketahui permasalahannya baik secara internal maupun eksternal perusahaan. Identifikasi permasalahan ini selanjutnya dianalisis dengan analisis usatani untuk mengetahui tingkat pendapatan usahataninya, sedangkan dalam mengembangkan usahataninya peneliti menggunakan analisis SWOT untuk memilih strategi alternatif pengembangan usahataninya. Dari kedua analisis tersebut memberikan informasi tambahan sehingga perusahaan dapat menjalankan usahataninya lebih maju dari sekarang. Adapun bagan alur kerangka pemikiran penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis dalam penelitian ini disajikan dalam Gambar 3 :


(44)

Rendahnya Produktivitas Tanaman Kentang akibat pemakaian benih tidak berkualitas dan ketidaktersediaan benih kentang berkualitas

Usahatani Benih Kentang Bersertifikat Harry Farm

Identifikasi Usahatani dan Pengembangan Usaha Harry Farm

Upaya Pengembangan Usahatani Benih Kentang Bersertifikat

Analisis Pendapatan Usahatani Harry Farm Analisis Identifikasi

Masalah Masalah Analisis Identifikasi

Pemilihan Strategi Alternatif Usahatani Benih Kentang Bersertifikat

Peningkatan Pendapatan Usahatani di Harry Farm


(45)

III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan studi kasus pada Harry Farm Jl Citere No 11, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Pemilihan tempat penelitian dilakukan dengan sengaja, dengan pertimbangan bahwa Harry Farm merupakan salah satu produsen benih kentang terbesar di Jawa Barat dan dalam menjalankan usahanya belum memiliki sistem manajerial yang bagus. Pertimbangan lainnya adalah kesediaan perusahaan dan ketersediaan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian. Penelitian ini berlangsung selama dua bulan, dimulai pada bulan April hingga Mei 2006.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan data primer dan sekunder baik data kualitatif maupun data kuantitatif. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan (Harry Farm) dan wawancara dengan berbagai narasumber dari pihak perusahaan. Pemilihan narasumber dilakukan dengan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa nara sumber adalah orang yang ahli dalam bidangnya yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu dengan para manajer fungsional dari Harry Farm.

Data sekunder diperoleh dari hasil laporan perusahaan dan dokumen perusahaan yang berkaitan dengan topik penelitian. Selain dari perusahaan, data sekunder juga diperoleh dari bahan-bahan rujukan seperti: literatur, jurnal, artikel, dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian.

Data sekunder berupa data analisis eksternal diperoleh dari dokumen perusahaan, makalah-makalah seminar, dan data-data statistik dari instansi terkait seperti Biro Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian Jawa Barat, dan Direktorat Jendral Bina Produksi dan Hortikultura. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan tersebut disajikan pada Tabel 4 di bawah ini.


(46)

Tabel 4. Jenis dan Sumber Data yang Dikumpulkan DATA TUJUAN JENIS SUMBER METODE ANALISIS 1.Mengetahui Tingkat

Pendapatan Usahatani Benih Kentang Bersertifikat di Harry

Farm.

− Tingkat pendapatan usahatani

− Perusahaan − Analisis Ratio Penerimaan dan Biaya

2.Mengetahui Lingkungan Internal dan Eksternal Perusahaan

− Visi dan Misi Perusahaan

− Struktur Organisasi

− Kebijakan Perusahaan

− Operasional Pemasaran

− Litbang dan Sistem Informasi

− Operasional Produksi

− Keuangan Perusahaan

− Lingkungan Eksternal Perusahaan

− Perusahaan

− Perusahaan

− Perusahaan

− Perusahaan

− Perusahaan

− Perusahaan

− Perusahaan

− Instansi Terkait Jurnal, BPS, Majalah

− Analisis Internal Perusahaan

− Analisis Eksternal Perusahaan

3.Merumuskan Strategi Perusahaan.

− Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Perusahan

− Perusahaan, Jurnal, Majalah, Intansi Terkait

− Analisis SWOT

3.3 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian (data primer, sekunder, maupun informasi-informasi pendukung lainnya diolah secara manual, dianalisa dengan menggunakan analisis usahtani hal ini untuk mengetahui tingkat pendapatan usahataninya dan analisis internal dan eksternal perusahaan untuk memberikan informasi kepada perusahaan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaannya. Dari kedua analisis tersebut maka akan dirumuskan suatu strategi pengembangan usaha benih kentang bersertifikat di Harry Farm.


(47)

3.3.1 Analisis Usahatani

Salah satu indikator keberhasilan program peningkatan produksi benih kentang adalah meningkatnya pendapatan melalui usahatani yang dilakukan oleh petani. Dalam analisis ini digunakan dua indikator, yaitu :

3.3.1.1 Analisis Pendapatan Usahatani

Penerimaan usahatani merupakan nilai produksi yang diperoleh dari produk total dikalikan dengan harga jual di tingkat petani. Jumlah total disini menggambarkan hasil penjulan produk yang akan dijual juga hasil penjualan produk sampingan (Tjakrawiralaksana,1983).

Pengeluaran atau biaya usahatani adalah nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang mungkin diperoleh dengan membeli, sehingga pengeluaran atau biayanya berbentuk tunai tetapi ada pula sarana produksi yang digunakan itu berasal dari hasil usahatani sendiri, sehingga pada keadaan demikian pengeluaran atau biaya itu merupakan nilai yang diperhitungkan.

Biaya tunai merupakan pengeluaran tunai usahatani yang dilakukan oleh petani sendiri. Pengeluaran tunai usahatani ini secara umum meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya untuk sarana produksi yang dipakai proses produksi yang tidak langsung mempengaruhi jumlah produksi dan sifat penggunaannya tidak habis terpakai dalam satu kali proses produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya untuk sarana produksi yang dipakai dalam proses produksi yang langsung mempengaruhi jumlah produksi dan sifat penggunaannya habis terpakai dalam satu kali proses produksi.

Pendapatan usahatani didapatkan dengan menghitung selisih antara penerimaaan usahatani dengan biaya selama proses produksi. Dalam perhitungannya terdapat dua jenis pendapatan usahatani berdasarkan biaya produksi, yaitu pendapatan usahatani tunai dan pendapatan usahatani total yang secara sederhana dapat diturunkan dari rumus (Tjakrawiralaksana dan Soeriaatmadja, 1983) :


(48)

c r T T Tunai = − π

(

c c

)

r T C

T Total = − + π

Dimana : π Tunai = Pendapatan Bersih Atas Biaya Tunai

π Total = Pendapatan Bersih Atas Biaya Total Tr = Penerimaan Usahatani

Tc = Biaya Tunai

Cc = Biaya Diperhitungkan

3.3.1.2 Analisis Ratio Penerimaan dan Biaya

Untuk mengukur efisiensi masing-masing usahatani terhadap setiap penggunaan satu unit input dapat digambarkan oleh ratio antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya yang secara sederhana dapat diturunkan dari rumus (Tjakrawiralaksana, 1983):

Tunai Biaya Penerimaan tunai

R/C

Rasio = ;

Total Biaya Penerimaan total R/C Rasio =

Jika nilai R/C ratio di atas satu maka hal ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh manfaat sehingga penerimaan meningkat lebih dari satu rupiah.

3.3.2 Analisis Eksternal

Analisis eksternal perusahaan terbagi atas dua bagian yaitu analisis lingkungan jauh dan analisis lingkungan industri. Analisis lingkungan jauh dilaksanakan dengan menggunakan alat Analisis PEST (Politik – Ekonomi – Sosial - Teknologi). Sedangkan untuk menganalisis lingkungan industri perusahaan digunakan model lima kekuatan Porter. Alat Analisis PEST dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.


(49)

Tabel 5. Alat Bantu Analisis Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi

ANALISIS PEST PELUANG ANCAMAN

Faktor Politik Faktor Ekonomi Faktor Sosial Faktor Teknologi

3.3.3 Analisis Internal

Analisis internal digunakan untuk mengetahui berbagai kelemahan dan kekuatan perusahaan. Pada analisis internal ini digunakan pendekatan fungsional yang diarahkan pada bagian fungsional perusahaan yaitu pemasaran, produksi-operasi, sumber daya manusia, keuangan, dan sistem informasi manajemen. Alat bantu analisis internal perusahaan ini dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Alat Bantu Analisis Fungsional

ANALISIS FUNGSIONAL KEKUATAN KELEMAHAN

Pemasaran Keuangan

Produksi Sumber Daya Manusia

Penelitian dan Pengembangan

3.3.4 Matriks IFE dan EFE

Matriks IFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Sedangkan Matriks EFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal dan mengukur sejauh mana peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Tahap-tahap yang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan dalam Matriks IFE dan Matriks EFE adalah sebagai berikut (Rangkuti, 2000) :

1. Identifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan (lingkungan internal) dan peluang serta ancaman (lingkungan eksternal) dalam Kolom 1.


(50)

Penentuan faktor-faktor tersebut melalui diskusi antara pihak perusahaan dengan penulis.

2. Beri bobot pada setiap faktor tersebut (Kolom 2) dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting). Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan dalam industri. Jumlah seluruh bobot yang diberikan harus sama dengan satu. Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada pihak manajemen perusahaan dengan menggunakan metode “Paired Comparison” (Kinnear, 1991). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3 untuk menentukan bobot. Skala yang digunakan untuk menentukan bobot adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan

Faktor Strategis Internal A B C D ... TOTAL

A Xi

B C D ...

TOTAL

= n

i i

X 1


(51)

Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan

Faktor Strategis Eksternal A B C D ... TOTAL

A Xi

B C D ...

TOTAL

= n

i i

X 1

Menurut Kinnear (1991), bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :

=

= n

i i i i

X X

1 α

Dimana : αi = bobot variabel ke-i

Xi = nilai variabel X = Jumlah data n

3. Berikan rating atau peringkat (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating kekuatan pada matriks IFE dengan skala yang digunakan yaitu : 1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = kuat, dan 4 = sangat kuat. Sedangkan untuk faktor yang menjadi kelemahan pemberian nilai rating dilakukan sebaliknya.

Pemberian nilai rating peluang pada matriks EFE dengan skala yang digunakan yaitu : 1 = rendah (respon kurang), 2 = sedang (respon sama dengan rata-rata), 3 = tinggi (respon di atas rata-rata), dan 4 = sangat tinggi (respon di atas rata-rata). Sedangkan untuk faktor yang menjadi ancaman pemberian nilai rating dilakukan sebaliknya.


(52)

4. Kalikan setiap bobot (kolom 2) dengan rating kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan (kolom 4). Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,00 (outstanding) sampai dengan 1,00 (poor).

5. Jumlahkan skor Pembobotan (kolom 4) untuk memperoleh total skor bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternal dan internalnya. Total skor pembobotan bernilai antara 1 – 4.

Pada Matriks EFE, Nilai 2,5 menunjukkan bahwa situasi internal perusahaan berada pada tingkat rata-rata. Nilai 1 menunjukkan perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman yang ada. Sedangkan Nilai 4 menunjukkan perusahaan merespon peluang dan ancaman yang ada dengan baik.

Adapun format penyusunan matriks EFE dan matriks IFE terlihat pada Tabel 9 dan Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 9. Matriks EFE

Faktor-faktor Eksternal Bobot Rating Bobot X Rating

Peluang

1 10 Ancaman

1 10

Total 1.00

Tabel 10. Matriks IFE

Faktor-faktor Eksternal Bobot Rating Bobot X Rating

Kekuatan

1 10

Kelemahan 1

10


(53)

3.3.5 Matriks SWOT

Matriks SWOT digunakan untuk menetapkan strategi berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Matriks ini menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimilikinya untuk mendapatkan alternatif-alternatif strategi yang mungkin diterapkan. Melalui Matriks SWOT akan dihasilkan empat tipe strategi yaitu Strategi SO (menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal), Strategi WO (memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal), Strategi ST (menggunakan kekuatan organisasi untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal), serta Strategi WT (mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal (David, 2002).

Bagan mengenai alat analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini.

Tabel 11 . Matriks SWOT

KEKUATAN (S)

Tentukan faktor-faktor kekuatan internal

KELEMAHAN (W)

Tentukan faktor-faktor kelemahan internal

PELUANG (O)

Tentukan faktor-faktor peluang eksternal

Strategi S-O

Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W-O

Meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

ANCAMAN (T)

Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal

Strategi S-T

Gunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi W-T

Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Langkah-langkah untuk menyusun Matriks SWOT :

1. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukan. 2. Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan. 3. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan.


(54)

4. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan.

5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan Strategi SO dalam sel yang tepat.

6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan Strategi WO dalam sel yang tepat.

7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan Strategi ST dalam sel yang tepat.

8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan Strategi WT dalam sel yang tepat.

3.3.6 Matriks Internal-Eksternal (IE)

Matriks IE merupakan matriks portofolio yang menempatkan berbagai divisi dalam suatu organisasi dalam diagram yang sistematis. Matriks ini menggabungkan informasi yang diperoleh dari matriks EFE dan matriks IFE untuk mendapatkan informasi mengenai posisi atau kekuatan perusahaan berdasar kondisi internal dan eksternal organisasi (David, 2002).

Sumbu horizontal pada matriks IE menunjukkan skor total IFE sedangakan pada sumbu vertikal menunjukkan skor total EFE. Pada sumbu horizontal skor antara 1,00 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah. Skor 2,00 sampai 2,99 menunjukkan rata-rata, sedangkan skor 3,00 sampai 4,00 menunjukkan posisi internal yang kuat. Begitu juga pada sumbu vertikal yang menunjukkan pengaruh eksternal.

Sel-sel pada matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama dengan implikasi strategi yang berbeda-beda. Daerah pertama terdiri dari sel I, II, dan IV dapat digambarkan dengan growth and build. Strategi yang cukup mewakili antara lain strategi intensif dan strategi integratif. Daerah kedua terdiri dari sel III, V, dan VII. Strategi yang terbaik adalah hold and maintain. Daerah ketiga terdiri dari VI, VIII, dan IX lebih baik menggunakan strategi harvest or divest.


(55)

Total Nilai EFI yang Diberi Bobot

Kuat 3,0 Rata-rata 2,0 Lemah 1,0 4,0

Gambar 4. Matriks Internal-Eksternal (IE) Total Nilai

EFE yang Diberi

Bobot

1,0 2,0

I II III

3,0

IV V VI

VII VIII IX


(1)

Pakar 3

Faktor Penentu

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

K

L

M

N

Total Bobot

Kualitas produk yang baik (A)

1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 26

0.071

Kapasitas pabrik (B)

3

3 2 2 1 3 2 2 3 1 2 3 3 30

0.082

Produk inovatif sesuai kebutuhan (C)

2 1

2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 26

0.071

Jaringan distribusi dan pemasaran yang luas (D)

2 2 2

1 1 2 2 2 2 1 2 2 3 24

0.066

Nama Perusahaan yang sudah terkenal (E)

2 2 2 3

1 2 2 1 2 2 2 1 2 24

0.066

Penguasaan teknologi (F)

3 3 1 3 3

2 2 1 3 2 2 3 3 31

0.085

Pengiriman tepat waktu (G)

2 1 2 2 2 2

1 1 2 2 1 1 2 21

0.057

Posisi keuangan yang kuat (H)

1 2 2 2 2 2 3

2 1 2 2 1 3 25

0.068

Fasilitas sistem informasi (I)

2 2 2 2 3 3 3 2

2 2 2 2 2 29

0079

Manajemen SDM lemah dan kurang berkualitas (J)

2 1 2 2 2 1 2 3 2

1 3 2 3 28

0.077

Struktur organisasi dan birokrasi

Pengambilan keputusan yang tidak jelas (K)

2 3 2 3 2 2 2 2 2 3

2 1 3 29

0.079

Akses bahan baku yang kurang baik (L)

2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2

1 2 25

0.068

Produksi belum optimal (M)

1 1 2 2 3 1 3 3 2 2 3 3

3 29

0.079

Kurangnya promosi (N)

2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1

19

0.052


(2)

Pakar 4

Faktor Penentu

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

K

L

M

N

Total Bobot

Kualitas produk yang baik (A)

1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 21

0.057

Kapasitas pabrik (B)

3

2 3 3 3 2 2 1 2 2 2 2 1 28

0.076

Produk inovatif sesuai kebutuhan (C)

3 2

3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 32

0.087

Jaringan distribusi dan pemasaran yang luas (D)

2 1 1

2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 22

0.060

Nama Perusahaan yang sudah terkenal (E)

2 1 1 2

2 2 2 1 2 2 2 2 2 23

0.063

Penguasaan teknologi (F)

2 1 2 2 2

2 2 1 2 2 2 2 2 24

0.065

Pengiriman tepat waktu (G)

2 2 1 2 2 2

2 2 2 1 2 2 1 23

0.063

Posisi keuangan yang kuat (H)

2 2 1 3 2 2 2

1 2 2 2 2 1 24

0.065

Fasilitas sistem informasi (I)

3 3 2 3 3 3 2 3

3 2 3 2 2 37

0.101

Manajemen SDM lemah dan kurang berkualitas (J)

2 2 2 2 2 2 2 2 1

2 2 2 2 25

0.068

Struktur organisasi dan birokrasi

Pengambilan keputusan yang tidak jelas (K)

2 2 1 2 2 2 3 2 2 2

2 2 2 26

0.071

Akses bahan baku yang kurang baik (L)

2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2

2 1 24

0.065

Produksi belum optimal (M)

3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2 27

0.074

Kurangnya promosi (N)

3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2

31

0.084


(3)

Lampiran 15. Penilaian Bobot Strategis Eksternal

Pakar 1

Faktor

Penentu

A B C D E F G H I J K Total

Bobot

Peluang pasar yang masih besar (A) 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 21 0.086 Kebijakan pemerintah yang kondusif (B) 2 2 1 2 3 2 2 2 1 2 21 0.086 Keterlibatan masyarakat (C) 2 2 1 3 3 3 2 2 1 2 23 0.094 Perkembangan teknologi benih kentang (D) 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 31 0.127 Kondisi pasar global (AFTA) (E) 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 24 0.098 Meningkatnya pengetahuan masyarakat

tentang benih kentang bermutu (F)

2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 18 0.073

Kecenderungan situasi keamanan dalam usaha pertanian yang belum nyaman (G)

2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 19 0.078

Persaingan industri dalam benih kentang (H) 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 21 0.086 Tingkat inflasi yang tinggi (I) 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 20 0.082 Adanya produk substitusi (J) 2 3 3 1 2 3 3 2 3 3 27 0.110 Biaya produksi yang semakin tinggi (K) 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 20 0.082 23 23 21 13 2 26 25 23 24 17 24 245 1.000


(4)

Pakar 2

Faktor

Penentu

A B C D E F G H I J K Total

Bobot

Peluang pasar yang masih besar (A) 2 2 1 2 3 3 3 1 1 3 24 0.100 Kebijakan pemerintah yang kondusif (B) 2 2 3 2 2 1 3 1 3 3 24 0.100 Keterlibatan masyarakat (C) 2 2 1 2 1 2 1 1 1 3 17 0.071 Perkembangan teknologi benih kentang (D) 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 31 0.129 Kondisi pasar global (AFTA) (E) 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 18 0.075 Meningkatnya pengetahuan masyarakat

tentang benih kentang bermutu (F)

1 2 3 1 2 3 2 2 2 3 23 0.095

Kecenderungan situasi keamanan dalam usaha pertanian yang belum nyaman (G)

1 3 2 1 3 1 2 2 1 3 20 0.083

Persaingan industri dalam benih kentang (H) 1 1 3 1 3 2 2 1 1 3 20 0.083 Tingkat inflasi yang tinggi (I) 3 3 3 1 2 2 2 3 2 3 26 0.108 Adanya produk substitusi (J) 3 1 3 1 3 2 3 3 2 3 25 0.104 Biaya produksi yang semakin tinggi (K) 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 13 0.054 20 20 27 13 26 21 24 24 18 19 31 241 1.000


(5)

Pakar 3

Faktor

Penentu

A B C D E F G H I J K Total

Bobot

Peluang pasar yang masih besar (A) 2 3 2 3 1 3 2 1 1 1 20 0.083 Kebijakan pemerintah yang kondusif (B) 2 2 1 1 2 3 3 2 2 2 22 0.092 Keterlibatan masyarakat (C) 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 24 0.100 Perkembangan teknologi benih kentang (D) 2 3 2 2 3 3 2 2 1 2 25 0.104 Kondisi pasar global (AFTA) (E) 1 3 2 2 3 2 2 3 3 3 26 0.108 Meningkatnya pengetahuan masyarakat

tentang benih kentang bermutu (F)

3 2 2 1 1 2 1 1 1 2 17 0.071

Kecenderungan situasi keamanan dalam usaha pertanian yang belum nyaman (G)

1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 13 0.054

Persaingan industri dalam benih kentang (H) 2 1 1 2 2 3 3 2 2 2 21 0.088 Tingkat inflasi yang tinggi (I) 3 2 2 2 1 3 3 2 2 2 24 0.100 Adanya produk substitusi (J) 3 2 2 3 1 3 3 2 2 2 25 0.104 Biaya produksi yang semakin tinggi (K) 3 2 2 2 1 2 3 2 2 2 23 0.096 24 22 20 19 18 27 31 23 20 19 21 240 1.000


(6)

Pakar 4

Faktor

Penentu

A B C D E F G H I J K Total

Bobot

Peluang pasar yang masih besar (A) 2 2 1 3 2 2 2 2 1 2 20 0.085 Kebijakan pemerintah yang kondusif (B) 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 20 0.085 Keterlibatan masyarakat (C) 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 19 0.081 Perkembangan teknologi benih kentang (D) 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 31 0.132 Kondisi pasar global (AFTA) (E) 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 18 0.077 Meningkatnya pengetahuan masyarakat

Tentang benih kentang bermutu (F)

2 2 2 1 3 2 2 2 1 2 20 0.085

Kecenderungan situasi keamanan dalam usaha pertanian yang belum nyaman (G)

2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 20 0.085

Persaingan industri dalam benih kentang (H) 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 19 0.081 Tingkat inflasi yang tinggi (I) 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 19 0.081 Adanya produk substitusi (J) 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 29 0.123 Biaya produksi yang semakin tinggi (K) 2 2 2 1 3 2 2 2 2 1 20 0.085 24 24 25 13 26 24 24 25 25 15 24 235 1.000