II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kemiri
Tanaman kemiri Aleurites moluccana, Willd termasuk ke dalam divisio Spermatophyta, sub divisio Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo
Euphorbiales, famili Euphorbiaceae, genus Aleurites. Beberapa nama lain untuk tanaman dan buah kemiri adalah buah besar Malaysia, muncang Sunda, dama
Minangkabau, kembiri Batak karo, komere Madura, derekan Bali, feno Timor, dan keminting Dayak Purseglove, 1981. Di dalam perdagangan
internasional kemiri dikenal dengan nama candle nut. Kemiri adalah jenis pohon asli di Malaysia tetapi sekarang sudah tersebar luas di daerah-daerah tropik, baik
ditanam maupun secara alami Burkill, 1935. Tanaman kemiri sejak lama telah dikembangkan dalam pelaksanaan program hutan kemasyarakatan dan hutan
rakyat, hal ini didasarkan bahwa jenis tersebut dapat merehabilitasi lahan kritis karena dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah disamping itu mempunyai banyak
manfaat untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Upe et al. 1999. Di Indonesia tanaman kemiri tersebar hampir di seluruh Nusantara,
akan tetapi pada tahun 2003 terdapat lima propinsi sebagai penghasil terbesar kemiri, yaitu Sulawesi Selatan 28.236 ton, Nangroe Aceh Darussalam 16.268 ton,
Sumatera Utara 15.555 ton, Nusa Tenggara Timur 14.785 ton dan Sumatera Barat 4.293 ton Departemen Pertanian dalam Darmawan, 2004. Buah kemiri berkulit
tebal, bentuknya bulat dengan diameter sekitar 5 cm. Di dalam buah terdapat satu atau dua biji. Biji kemiri terdiri dari kulit biji tempurung dan daging biji
karnel dengan perbandingan 3 : 7 Heyne, 1987. Ketebalan tempurung kemiri berkisar antara 3-5 mm, sifatnya keras dan memiliki nilai kalor sebesar 4164
kalg, sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam pengeringan biji kemiri Setiawan dan Yang, 1992. Disamping itu, tempurung kemiri juga dapat
diolah untuk menghasilkan arang.
2.2 Tanaman Melina
Gmelina arborea Roxb tergolong dalam famili Verbenaceae Lauridsen, 1986. Di Indonesia jenis ini dikenal dengan nama melina. Nama lain jenis ini
6
adalah gamari, gumadi India, gamar Bangladesh, dan yamane Burma. Melina tergolong jenis pohon yang cepat tumbuh, dan menurut sejarah penyebaran jenis
ini berasal dari India dan sekitarnya. G. arborea tumbuh secara alami dengan daerah penyebaran mulai dari Pakistan di sebelah barat, India, ke selatan sampai
Srilangka dan ke timur sampai Bangladesh dan Burma. Jenis ini ditanam secara luas di Asia Tenggara, Afrika dan Brazil Soerianegara dan Lemmens, 1993.
Melina dapat tumbuh pada beberapa tipe hutan mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi 0 – 1000 m dpl., pertumbuhan yang baik pada ketinggian 0 – 800
m dpl. Rata-rata curah hujan yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi pertumbuhan yang optimal berkisar antara 1778 mm – 2286 mm per tahun dengan
bulan kering maksimum 6 – 7 bulan tahun dan terbaik 2 – 4 bulantahun. Rata- rata suhu udara yang dikehendaki berkisar antara 21º C - 28º C Alrasjid, 1991.
Melina kurang sesuai pertumbuhannya pada tanah-tanah berpasir kering dan gambut yang dipengaruhi pasang surut Asniaty, 1995. Selain itu, kurang subur
pada tanah-tanah kedap dengan lapisan solum tanah yang dangkal oleh karena perakaran pohon ini cukup dalam. Melina tumbuh baik pada tanah bersarang dan
berdrainase baik tidak tergenang, dengan toleransi pH tanah masam sampai netral serta kondisi tanah yang cukup lembab.
Melina sudah banyak ditanam secara luas sejak puluhan tahun yang lalu karena gampang tumbuh dan pertumbuhannya cepat Kasmudjo, 1990.
Pengadaan bibit melina dapat dilakukan melalui biji, stek dan stump Lauridsen, 1986. Pada umumnya melina dikembangkan melalui biji karena jenis ini
berbunga dan berbuah setiap tahun serta menghasilkan buah dan biji yang melimpah dan biji tersebut dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama
Rachmawati et al. 2002. Benih melina yang disemaikan mulai berkecambah setelah 9-16 hari atau kadang-kadang lebih, dan benih yang berkualitas baik dapat
tumbuh 80 Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999. Tanaman melina tergolong salah satu jenis cepat tumbuh fast growing species. Pada tempat
tumbuh optimum, tinggi pohon mencapai 30 m, dengan diameter lebih dari 60 cm; umumnya tingginya 20 m dengan tinggi bebas cabang 6 – 9 m Kasmudjo, 1990.
Produksi atau riap pohon melina bervariasi dari 8,4 m
3
hatahun untuk tanaman yang berumur 12 tahun yang tumbuh pada tanah yang jelek dengan iklim kering
7
sampai 45,0 m
3
hatahun pada pohon umur 8 – 10 tahun pada tanah yang subur Alrasjid dan Widiarti, 1992; Martawijaya dan Barly, 1995. Selain cepat tumbuh,
tanaman melina juga mudah bertunas dan memiliki toleransi yang luas terhadap faktor lingkungan, sehingga tanaman ini sangat cocok untuk merehabilitasi lahan
kritis yang terbuka, ditumbuhi rumputalang-alang atau semak Alrasjid dan Widiarti, 1992.
Kayu melina berwarna pucat, bervariasi dari kuning jerami sampai putih krem, serat agak berpadu, tekstur kayu agak kasar, permukaan kayu agak kesat
dan agak keras Rulliaty, 2002. Lempang dan Ginoga 1997 melaporkan bahwa kayu melina umur 5 tahun memiliki berat jenis kering udara 0,53 dan tergolong
dalam kelas kayu kuat IV-III. Kayu melina mudah digergaji, diserut, dibor dan dibubut dengan hasil licin dan mengkilap, serta dapat dipolitur dengan baik
Martawijaya dan Barly, 1995. Kayu melina dapat dibuat lembaran pulp dengan kualitas sedang Kasmujo, 1990. Di beberapa negara kayu melina telah ditanam
dengan daur 8 – 12 tahun dan kayunya digunakan untuk pembuatan pulp dan kertas serta kayu pertukangan Alrasjid, 1991. Kayu melina dapat dikupas
menjadi vinir untuk kayu lapis dan kotak serta batang korek api Martawijaya dan Barly, 1995. Oleh karena kekuatannya yang tidak begitu tinggi kelas kuat IV –
III, kayu ini hanya memungkinkan untuk konstruksi ringan atau dipakai sebagai bagian non-struktural seperti dinding, sekat ruangan dan bingkai jendela. Karena
memiliki sifat pemesinan yang baik, yaitu mudah digergaji, diserut, dibor dan dibubut dengan hasil licin dan mengkilap, kayu melina tentu dapat dibuat
moulding dengan hasil baik dan halus Sumitro, 1989. Di Burma kayu melina banyak dipakai untuk papan, mebel, panel pintu, gerobak, dek kapal, mainan,
boneka, kotak, sandal, meja, ukiran, alat musik, klotok bel ternak, dan kelom, sedangkan di Assam kayu melina dipakai untuk peti teh dan korek api, selain itu
dapat dipakai untuk membuat piring, baki, dan peti pembungkus Martawijaya dan Barly, 1995. Di Malawi, Siera Leone dan Nigeria semula melina digunakan
untuk kayu energi karena menghasilkan arang yang berkualitas baik, yakni kurang berasap, dengan nilai kalor 4.800 kcalkg, sedangkan di Gambia pohon melina
digunakan sebagai pohon madu, karena bunganya menghasilkan madu berkualitas baik Alrasjid dan Widiarti, 1992.
8
2.3 Pertumbuhan dan Komponen Kimia Tanaman 2.3.1 Pertumbuhan tanaman