Unsur hara tanah Unsur Hara dan Mikrobia Tanah

11 oksigen O dan hidrogen H yang masing-masing menyusun rerata 45, 45 dan 6 tumbuhan, unsur-unsur lainnya hanya 4. Nitrogen N, fosfor P, kalium K, belerang S, kalsium Ca dan magnesium Mg masing-masing menyusun lebih dari 0,1 , sedangkan unsur boron Bo, besi Fe, mangan Mn tembaga Cu, seng Zn, molibdenum Mo, nikel Ni dan khlorin Cl menyusun tanaman kurang dari 0,1 Hanafiah, 2007. Nilai konsentrasi unsur esensial dalam jaringan tumbuhan menjadi pedoman yang berguna dan lebih dapat dipercaya dari pada analisa tanah untuk menunjukkan apakah tumbuhan akan tumbuh lebih cepat jika unsur tertentu diberikan lebih banyak Salisbury Ross, 1992. Variasi dalam kuantitas macam- macam hara esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman itu sangat besar. Kebutuhan kuantitatif tergantung pada jenis tanaman, tingkat hasil panen, dan hara tertentu tersebut. Status hara dalam jaringan tumbuhan dan pertumbuhan tanaman dapat dideskripsikan sebagai 1 defisiensi, 2 peralihan, 3 cukup, dan 4 beracun Gardner et al. 1991. Apabila penambahan unsur hara menyebabkan penurunan pertumbuhan, maka status hara berada pada zona beracun atau menghambat Salisbury Ross, 1992. Di zona defisiensi penambahan riap increment hara berakibat meningkatnya produksi berat kering, di zona peralihan penambahan riap hara meningkatkan hasil panen dan konsentrasi hara, sedangkan di zona cukup, penambahan riap hara berakibat meningkatnya kandungan unsur tadi di dalam jaringan tanaman, tetapi sedikit atau tidak ada peningkatan hasil panen Gardner et al. 1991.

2.4.2 Unsur hara tanah

Ketika tanaman berkecambah dan mulai membentuk perakaran, semua hara yang dibutuhkan untuk aktivitasnya diperoleh dari biji, kemudian begitu akar mulai berpenetrasi ke dalam tanah, maka sebagian hara tersedia diserap dari tanah sekeliling akar rhizofer, yang persentasenya makin meningkat selaras dengan habisnya cadangan hara biji, yang berarti ketergantungan tanaman terhadap hara tanah melalui mekanisme aliran massa, diffusi, dan itersepsi akarpertukaran ion juga makin meningkat dan mutlak begitu habisnya cadangan hara tersebut Hanafiah, 2007. 12 Dengan ke-17 unsur esensial dan sinar matahari, sebagian besar tumbuhan dapat membuat senyawa yang dibutuhkan Salisbury Ross, 1992. Hanafiah 2007 mengemukakan bahwa suatu unsur kimiawi dianggap esensial sebagai unsur hara tumbuhan jika memenuhi tiga kriteria, yaitu 1 harus ada agar tumbuhan dapat melengkapi daur hidupnya, 2 jika tumbuhan mengalami defisiensi hanya dapat diperbaiki dengan unsur tersebut, dan 3 unsur ini harus terlibat langsung dalam penyediaan nutrisi tanaman. Selanjutnya dijelaskan bahwa suatu unsur disebut makrohara esesnsial jika dibutuhkan dalam jumlah besar, biasanya di atas 500 ppm dan disebut mikrohara esensial jika dibutuhkan dalam jumlah sedikit, biasanya kurang dari 50 ppm. Para pakar lain membagi keduanya menjadi limit minimal 0,1 disebut makrohara dan apabila lebih kecil 0,1 disebut mikrohara. Unsur makrohara esensial dibagi dalam dua golongan, yaitu 1 unsur makrohara esensial melimpah C, O dan H, dan 2 unsur makrohara esensial terbatas N, P, K, S, Ca dan Mg. Unsur mikrohara esensial meliputi B, Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, Ni dan Cl. Menurut Hanafiah, 2007 penyerapan hara oleh tanaman dipengaruhi oleh laju respirasi, jumlah dan ketersediaan hara dalam tanah, serta intensitas dan ekstensitas sistem perakaran tanaman yang terkait dengan taraf dan laju pertumbuhan tanaman. Demikian juga dengan intensitas dan ekstensitas interaksi akar-mikroorganime tanah. Faktor ketersediaan substrat untuk respirasi, temperatur dan oksigen yang mempengaruhi proses respirasi secara tidak langsung juga mempengaruhi proses penyerapan hara. Selanjutnya dikemukakan bahwa adanya simbiosis fungi ekto-danatau endo-mikoriza-akar, lewat pembentukan hipa eksternal yang berfungsi sebagai bulu-bulu akar dan enzim ekstraseluler fosfatase, sangat membantu tanaman dalam penyerapan unsur hara terutama unsur P. Demikian juga jika ada fiksasi N-simbiotik seperti rhizobium-legum atau fiksasi N-nonsimbiotik seperti Azospirillium brasiliense terhadap penyerapan N.

2.4.3 Mikrobia tanah