Pembuatan Arang Aktif .1 Proses pembuatan arang aktif

29 6. Daya serap contoh terhadap larutan iodium Contoh kering oven ditimbang sebanyak 0,2 gram dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer bertutup dan ditambahkan 25 ml larutan iodium 0,1 N serta dikocok selama 15 menit. Larutan disaring dan dipipet 10 ml, dan dititer dengan larutan Na 2 S 2 O 3 0,1 N sampai berwarna kuning, lalu ditambahkan larutan kanji 1 sebagai indikator sehingga larutan berwarna biru. Selanjutnya larutan dititer kembali sampai wama biru hilang. Daya serap iodium mgg = g contoh bobot Na2S2O3} N contoh x vol. {10 x 216,93 x fp 7. Daya serap contoh terhadap uap benzena Contoh kering oven ditimbang 1 gram dan dimasukkan ke dalam petri dish, lalu ditimbang lagi dengan teliti. Kemudian di letakkan di dalam desikator yang berisi uap benzena. Diamati pada jam ke-24 dengan cara mengangkat petri dish, lalu dibiarkan ± 15 menit, dan selanjutnya ditimbang. Daya serap uap benzena = awal contoh bobot awal contoh bobot - akhir contoh Bobot x 100 Struktur arang dikarakterisasi seperti yang dilakukan terhadap bahan baku tempurung kemiri. 3.3.3 Pembuatan Arang Aktif 3.3.3.1 Proses pembuatan arang aktif Untuk menghasilkan arang aktif maka arang hasil karbonisasi tempurung kemiri dalam tungku drum diaktivasi dalam retort listrik. 1. Aktivasi dengan panas Arang ditimbang sebanyak 300 g, lau dimasukkan ke dalam retort dan dipanaskan sesuai perlakuan Tabel 1. 2. Aktivasi dengan uap H 2 O Arang ditimbang sebanyak 300 g, lalu dimasukkan ke dalam retort dan dipanaskan sambil dialiri uap H 2 O panas secara kontinyu sesuai perlakuan pada Tabel 1. 30 Tabel 1 Kombinasi perlakuan pembuatan arang aktif Kode Perlakuan Perlakuan Aktivator Waktu menit Suhu o C A1W1S1 Panas 90 550 A1W1S2 Panas 90 650 A1W1S3 Panas 90 750 A1W2S1 Panas 120 550 A1W2S2 Panas 120 650 A1W2S3 Panas 120 750 A2W1S1 Uap H 2 O 90 550 A2W1S2 Uap H 2 O 90 650 A2W1S3 Uap H 2 O 90 750 A2W2S1 Uap H 2 O 120 550 A2W2S2 Uap H 2 O 120 650 A2W2S3 Uap H 2 O 120 750 Keterangan : A1 = aktivasi dengan panas S1 = suhu aktivasi 550 °C A2 = aktivasi dengan uap H 2 O S2 = suhu aktivasi 650 °C Wl = waktu aktivasi 90 menit S3 = suhu aktivasi 750 °C W2 = waktu aktivasi 120 menit

3.3.3.2 Analisis sifat-sifat arang aktif BSN, 1995

Arang aktif yang dihasilkan pada setiap perlakuan di atas digiling menggunakan willey mill dan serbuknya diayak dengan ayakan berukuran 100 mesh. Selanjutnya sifat-sifatnya dianalisis berdasarkan SNI 06-3730-1995 BSN, 1995 yang meliputi rendemen, kadar air, abu, zat terbang, karbon terikat, dan daya serap terhadap iodium dan benzena. 1. Rendemen arang aktif Rendemen arang aktif yang dihasilkan pada semua perlakuan aktivasi ditetapkan dengan menghitung perbandingan bobot arang hasil aktivasi terhadap bobot arang sebelum aktivasi. Rendemen arang aktif = aktivasi sebelum arang bobot aktivasi hasil arang bobot x 100 31 2. Kadar air arang aktif Serbuk arang aktif ditimbang sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam cawan porselin, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C selama 24 jam. Setelah didinginkan dalam desikator ditimbang sampai bobotnya tetap. Kadar air = awal aktif arang bobot akhir aktif arang bobot - awal aktif arang bobot x 100 3. Kadar zat terbang arang aktif Serbuk arang aktif kering oven ditimbang sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya, lalu dimasukkan ke dalam tanur listrik pada suhu 950 °C selama 10 menit. Setelah didinginkan dalam desikator ditimbang sampai bobotnya tetap. Kadar zat terbang = awal aktif arang bobot hilang yang aktif arang bobot x 100 4. Kadar abu arang aktif Serbuk arang aktif kering oven ditimbang sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya, lalu dimasukkan ke dalam tanur listrik pada suhu 700 °C selama 5 jam. Setelah didinginkan dalam desikator ditimbang sampai bobotnya tetap. Kadar abu = awal aktif arang bobot sisa aktif arang bobot x 100 5. Kadar karbon arang aktif Kadar karbon yang dikandung arang aktif dihitung dengan jalan pengurangan dari kadar abu dan zat terbangnya. Kadar karbon = 100 - kadar abu+ kadar zat terbang 6. Daya serap arang aktif terhadap larutan iodium Serbuk arang aktif ditimbang sebanyak 0,2 gram dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer bertutup dan ditambahkan 25 ml larutan iodium 0,1 N serta dikocok selama 15 menit. Larutan disaring dan dipipet 10 ml, dan dititer dengan larutan Na 2 S 2 O 3 0,1 N sampai berwarna kuning, lalu ditambahkan larutan kanji 1 sebagai indikator sehingga larutan berwarna bini. Selanjutnya larutan dititer kembali sampai wama biru hilang. 32 Daya serap iodium mgg = g contoh bobot Na2S2O3} N contoh x vol. {10 x 126,93 x fp 7. Daya serap arang aktif terhadap uap benzena Serbuk arang aktif kering oven ditimbang 1 gram dan dimasukkan ke dalam petri dish, lalu ditimbang lagi dengan teliti. Kemudian diletakkan di dalam desikator yang berisi uap benzena. Diamati pada jam ke-24 dengan cara mengangkat petri dish, lalu dibiarkan ± 15 menit, dan selanjutnya ditimbang. Daya serap benzena = awal aktif arang bobot awal aktif arang bobot - akhir aktif arang Bobot x 100 3.3.3.3 Karakterisasi struktur tempurung kemiri, arang dan arang aktif Untuk mengetahui struktur arang aktif, arang dan bahan bakunya dikarakterisasi dengan menggunakan peralatan sebagai berikut: 1. Gugus fungsi Analisis dengan FTIR untuk mengetahui perubahan gugus fungsi contoh akibat kenaikan suhu pada proses pirolisis danatau aktivasi. Analisis ini dilakukan dengan cara mencampurkan serbuk contoh dengan KBr menjadi bentuk pelet. Selanjutnya diukur serapannya pada bilangan gelombang 600-4000 cm -1 . 2. Porositas Analisis dengan SEM untuk mengetahui topografi permukaan dan ukuran pori contoh. Pengukuran ini mengikuti metode Smisek Cerny 1970 dalam Pari 2004 dan Kim et al. 2001 yang dilakukan dengan cara melapisi contoh dengan platina. 3. Kristalinitas Analisis dengan XRD untuk mengetahui derajat kristalinitas, tinggi, lebar, jarak dan jumlah lapisan aromatik pada contoh. Analisis ini dilakukan dengan cara menginterpretasi pola difraksi dari hamburan sinar X pada contoh. Penetapan derajat kristalinitas, tinggi Lc, lebar La, jarak d dan jumlah lapisan aromatik N pada contoh dilakukan sesuai dengan prosedur yang dikembangkan Kercher Nagle 2003; Han et al. 2003; Yusa Watanuki 2005 dengan perhitungan sebagai berikut: 33 Derajat kristalinitas X = amorf bagian kristalin bagian kristalin bagian + x 100 Jarak antar lapisan aromatik d 002 : = 2 d sin Ө dan d = Tinggi lapisan aromatik Lc pada Ө 24-25 : Lc 002 = Lebar lapisan aromatik La pada Ө 43 : La 100 = Jumlah lapisan aromatik N : N = d Lc = 0,15406 nm panjang gelombang dari radiasi sinar Cu β = intensitas ½ tinggi dan lebar intensitas difraksi radian K = tetapan untuk lembaran graphene 0,89 Ө = sudut difraksi X = derajat kristalinitas 4. Komponen penyusun Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen- komponen campuran di mana sampel berkesetimbangan diantara dua fasa, fasa gerak yang membawa sampel dan fasa diam yang menahan sampel secara selektif Hendayana, 1994. Pemisahan dengan kromatografi didasarkan pada perbedaan kesetimbangan komponen-komponen campuran diantara fasa gerak fasa mobil dan fasa diam. Analisa komponen tempurung kemiri, arang dan arang aktif di dalam penelitian ini menggunakan kromatografi Pyr-GCMS dengan gas Helium He sebagai fasa gerak. Sampel berbentuk serbuk sebanyak 10 mg dimasukkan kedalam kuvet sel dan dipanaskan dengan menggunakan suhu terprogram yang secara bertahap meningkat dari 100 – 250 C dengan waktu analisa dilakukan selama 60 menit. 3.3.4. Aplikasi Arang Aktif pada Tanaman Melina 3.3.4.1 Persiapan media dan pemeliharaan tanaman