8 sifat fisik dan kimia tanah sebagai berikut: drainase tanah baik sampai sedang,
kedalaman efektif 60 cm, KTK tanah 17-24 me100 g, pH tanah 6.0-7.0, kadar C-Organik 0.8 , kejenuhan Al 20 serta kadar hara tersedia N-total 0.21-0.5
, P
2
O
5
35 ppm dan K
2
O 21-40 me100 g dengan tingkat bahaya erosi sangat rendah. Kondisi iklim yang sesuai untuk pertanaman jagung meliputi daerah
dengan jumlah bulan kering 1-7 mmbulan dan curah hujan 1200 mmtahun. Tanaman jagung membutuhkan suhu yang tinggi. Suhu optimum bagi
pertumbuhan jagung pada 25
o
C dan suhu minimum 17
o
C, di Indonesia dapat ditemukan pada daerah dengan ketinggian 1500 m dpl. Hal ini menyebabkan
tanaman jagung di Indonesia dapat ditanam pada setiap letak tinggi dan setiap bulan. Tanaman jagung tidak tahan pelindung dan membutuhkan penyinaran
matahari secara langsung, khusus pada waktu tanam, berbunga dan sesudahnya Wiryodihardjo, 1963.
2.5. Sifat Umum Latosol
Latosol menurut Dudal dan Soepraptohardjo 1957 dalam Hardjowigeno, 1993 adalah tanah dengan tingkat pelapukan lanjut, sangat tercuci dengan batas-
batas horison baur, kandungan mineral primer mudah lapuk dan unsur hara rendah, pH rendah 4.5 – 5.5, kandungan bahan organik rendah, konsistensi
gembur, struktur remah, stabilitas agregat tinggi, terjadi akumulasi seskuioksida akibat pencucian silika. Warna tanah merah, coklat kemerahan, coklat, coklat
kekuningan, atau kuning tergantung dari bahan induk, umur, iklim dan ketinggian. Fraksi liat biasanya didominasi oleh kaolinit dan seskuioksida bebas. Nisbah silika
terhadap seskuioksida dari fraksi liat umumnya berkisar antara 1.5 – 1.8, kapasitas basa dipertukarkan 10 – 25 me100 g tanah dan kejenuhan basa 15 – 50 Dudal
dan Soepraptohardjo 1960 dalam Suwardi dan Wiranegara, 2000. Kapasitas tukar kation Latosol yang rendah disebabkan oleh kadar bahan organik yang kurang dan
sifat liat hidro-oksida Soepardi, 1983. Di Indonesia Latosol umumnya terdapat pada bahan induk volkanik baik
berupa tufa maupun batuan beku. Ditemukan dari muka laut hingga ketinggian 900 m dengan topografi miring, bergelombang, vulcanic fan sampai pegunungan
9 Darmawijaya, 1990 dan di daerah iklim tropika basah dengan curah hujan
2500mm – 7000 mm. Latosol terbentuk di daerah-daerah beriklim humid-tropik tanpa bulan
kering sampai subhumid dengan musim kemarau yang panjang, bervegetasi hutan basah sampai savana, bertopografi dataran, bergelombang sampai berbukir dngan
bahan indu hampir semua macam batuan. Tanah Latosol meluas di daerah tropika sampai subtropika Darmawijaya, 1990.
Tanah Latosol merupakan tanah yang penyebarannya sangat luas di Indonesia. Tanah ini dijumpai di daerah Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Latosol coklat kemerahan Darmaga termasuk ke dalam orde Inceptisol menurut sistem klasifikasi USDA 1990 Yogaswara, 1977. Menurut Soeparto 1982
Latosol Coklat Kemerahan Darmaga diklasifikasikan sebagai Oxic Dystropept, sedangkan menurut Soil Survey Staff 1998 Latosol diklasifikasikan sebagai Oxic
Dystrudept.
III. BAHAN DAN METODE
3.1.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Cikabayan, Darmaga Bogor . Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan berlangsung dari bulan Desember 2006 sampai bulan Juli
2007.
3.2. Bahan dan Alat