71
kenyamanan warga kota. Pengalokasian RTH Publik dengan proporsi 20 persen dari luas wilayah kota menjadi tanggung jawab pemerintah kota
sebagaimana amanat UU No. 26 Tahun 2007. 4 Perubahan penggunaan lahan RTH:
Adalah perubahan lahan RTH menjadi lahan terbangun. Dalam kajian analisis perubahan penggunaan lahan dapat dibedakan lahan RTHdalam 7
klaster yaitu kebun campuran, padang rumput alang-alang, semak belukar, tegalanladang, lahan terbuka, sawah irigasi dan sawah tadah hujan.
5 Penganggaran daerah: Mekanisme stakeholders untuk berkontribusi terhadap keputusan yang dibuat
mengenai kebijakan penganggaran melalui tahapan pembahasan APBD secara partisipatif bottom up planning.
6 Penganggaran daerah berbasis lingkungan dalam pengalokasian RTH APBD Hijaugreen budgeting RTH:
Adalah aktivitas perencanaan penganggaran lingkungan yang menjadi kewajiban pemerintah dan parlemen agar
memperhatikan dan mengalokasikan anggaran yang memadai untuk membiayai kegiatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan program pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup khususnya RTH kota.
3.4.2. Kajian Pola Perubahan Penggunaan Lahan
Kajian ini dilakukan dengan analisis distribusi spasial untuk menentukan alokasi lahan yang dapat dikembangkan sebagai ruang terbuka hijau di Kota
Bekasi. Analisis dan evaluasi yang dilakukan meliputi: 1. Evaluasi laju perubahan penggunaan lahan
2. Analisis kebutuhan ruang terbuka hijau secara proporsional pada tingkat wilayah kecamatan.
3. Melakukan overlay pada setiap peta tematik digital kemudian melakukan analisis spasial guna mendapatkan zona pengembangan ruang terbuka hijau.
4. Zona pengembangan yang telah disusun disesuaikan dengan kondisi sekarang untuk menentukan alokasi distribusi optimal ruang terbuka hijau.
72
3.4.2.1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengambilan data untuk mengkaji perubahan penggunaan lahan di Kota Bekasi digunakan melalui analisis citra dengan menggunakan citra Landsat
tahun liputan 1989, 2000, 2005 dan citra ALOS tahun liputan 2009.
3.4.2.2. Variabel dan Parameter yang diamati
Dinamika tata ruang bersumber pada dinamika penduduk beserta aktivitas sosial dan ekonomi. Aktivitas penduduk perkotaan direpresentasikan dengan
semakin tingginya permintaan ruang terbangun RTB. RTB dalam klaster ini direpresentasikan dengan sebutan permukiman baik untuk kepentingan
perumahan, industri, pendidikan dan sarana terbangun lainnya. Setiap aktivitas tersebut mengakibatkan perubahan tata ruang dari waktu ke waktu. Sampai
pada tingkat tertentu, aktivitas sosial dan ekonomi pada akhirnya akan dibatasi oleh kemampuan daya dukung biofisik kawasan. Variabel dalam kajian ini adalah
perubahan penggunaan lahan terhadap rencana jenis penggunaan lahan dalam peta penggunaan lahan Kota Bekasi mewakili sembilan klaster yaitu:
1 klaster 1, dicirikan oleh luas areal kawasan permukiman; 2 klaster 2, dicirikan oleh luas areal kebun campuran;
3 klaster 3, dicirikan oleh luas areal sawah irigasi; 4 klaster 4, dicirikan oleh luas areal sawah tadah hujan;
5 klaster 5, dicirikan oleh luas areal padang rumput alang-alang; 6 klaster 6, dicirikan oleh luas areal semak belukar;
7 klaster 7, dicirikan oleh luas areal lahan terbuka; 8 klaster 8, dicirikan oleh luas areal tubuh air;
9 klaster 9, dicirikan oleh luas areal tegalanladang.
4.3.2.3. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan
Analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan analisis tumpang tindih overlay digital menggunakan teknik perhitungan berbasis Sistem
Informasi Geografis SIG. Proses analisis spasial meliputi proses digitasi dan proses-proses koreksi geometrik lain yang dilakukan dengan menggunakan
Software ArcView 3.3 dan perangkat lunak pengolah citra Er Mapper terhadap peta-peta yang telah disiapkan. Proses digitasi dilakukan terhadap peta-peta
73
agar dapat dilanjutkan ke dalam proses-proses overlay untuk menghasilkan peta perubahan penggunaan lahan.
3.4.2.4. Analisis dan Arahan Alokasi Pengembangan RTH Kota Bekasi
Dalam analisis ini, kenampakan penggunaan lahan bervegetasi lahan RTH di overlay dengan peta arahan penggunaan lahan berdasarkan RTRW.
Penggunaan lahan yang dianalisis adalah penggunaan lahan tahun 2009, yang diinterpretasi dari citra ALOS beresolusi 10 m. Melalui analisis ini, dapat
terdeteksi lahan yang benar-benar terbuka, yang sudah dialokasikan sebagai RTH, dan lahan yang masih memungkinkan untuk pengalokasian RTH. Pada
skala yang lebih kecil, analisis ini juga dilakukan dengan menggunakan citra Landsat beresolusi 30 m, pada tahun-tahun sebelumnya 1989, 2000, dan 2005.
Dengan demikian, perubahan RTH dapat dianalisis dalam periode tersebut, pada skala yang lebih kecil.
3.4.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan RTH RTH