173
responden menunjukan besarnya kontribusi peran yang diberikan stakeholders terhadap tujuan yang ingin dicapai seperti tertera pada Tabel 57.
Tabel 57 Skala prioritas stakeholders untuk penambahan luas RTH
No Stakeholders
Bobot Presentase
Prioritas 1
Pemerintah Kota Bekasi 0,412
41 1
2 DPRD Kota Bekasi
0,392 39,2
2 3
Swasta 0,117
12 3
4 Masyarakat
0,078 7,8
4
Dalam rangka kriteria penambahan luas RTH maka responden memilih Pemerintah Kota sebagai stakeholders prioritas pertama dengan memberikan
bobot sebesar 0,412 41, diikuti kemudian masing-masing oleh DPRD Kota Bekasi dengan bobot sebesar 0,392 39,2, swasta dengan bobot sebesar
0,117 12, serta prioritas terakhir dengan bobot 0,078 7,8 terhadap masyarakat.
7.2. Analisis Prioritas Kebijakan Strategi Pengalokasian RTH
Strategi pengalokasian RTH berbasis green budgeting bertujuan mengarahkan tercapainya eksistensi 20 persen RTH publik kota sehingga
menjamin kualitas lingkungan khususnya nilai THI kota yang nyaman. Banyak faktor elemen-elemen yang berpengaruh dalam menentukan arahan strategi
tersebut. Permasalahan yang muncul adalah kesulitan dalam menentukan skala prioritas arahan strategi dari elemen-elemen tersebut. Hal ini karena tidak
mungkin semua elemen dapat ditangani dalam waktu bersamaan karena adanya keterbatasan dana, waktu, dan tenaga, sehingga perlu penanganan secara
bertahap dengan cara menentukan prioritas yang harus ditangani. Berdasarkan hasil analisis AHP penentuan terhadap faktor yang paling
penting sampai yang kurang penting terhadap strategi pengalokasian RTH berbasis green budgeting adalah sebagai berikut pertama kebijakan
pembangunan infrastruktur RTHpertanian memiliki nilai bobot terbesar 0,192. Kemudian secara berturut-turut diikuti oleh kebijakan pengadaan lahan RTH
0,185, pengenaan pajak tinggi 0,120, penetapan sanksi dan pengetatan IMB memiliki nilai sama 0,115, kenaikan PBB 0,111, sewa lahan oleh pemerintah
174
0,084 dan terakhir subsidi lahan RTH privat 0,078. Hasil analisis prioritas kebijakan tertera pada Gambar 45.
Gambar 45 Rincian alternatif kebijakan Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh 8 alternatif strategi
pengalokasian RTH berbasis green budgeting di Kota Bekasi, yaitu: 1. Kebijakan pembangunan infrastruktur RTHpertanian, yaitu dengan
membangun jaringan irigasi yang memberikan kemudahan bagi usaha pertaniantanaman pangan.
2. Kebijakan pengadaan lahan RTH, dengan membeli lahan-lahan baru sebagai kawasan bervegetasi RTH.
3. Kebijakan sewa lahan oleh pemerintah Kota Bekasi, khususnya lahan-lahan kritis atau lahan pertanian teknis sehingga kawasan lindung dan ketahanan
pangan dapat dipertahankan. 4. Kebijakan subsidi lahan RTH privat, dengan stimulus pemberian pupuk dan
atau padat modal pertanian dengan bunga murah. Kebijakan ini diharapkan dapat mempertahankan lahan RTH.
5. Kebijakan pengetatan IMB perlu diberlakukan dalam upaya pengendalian RTRW Kota.
6. Kebijakan kenaikan PBB berdasarkan mekanisme pertumbuhan harga pasar tanah.
7. Kebijakan pengenaan pajak tinggi untuk IMB diberlakukan bagi masyarakat yang merubah bentang lahan menjadi terbangun namun sesuai peruntukan.
8. Kebijakan penetapan sanksi, diberlakukan bila pemanfaatan lahan dilakukan
175
dengan menyalahi aturan dengan mencabut ijin kegiatan usaha dan sebagainya.
Struktur hirarki strategi pengalokasian RTH berbasis green budgeting di Kota Bekasi dapat digambarkan dalam bentuk kerangka hierarki kebijakan
seperti tertera pada Gambar 46.
Gambar 46 Struktur hirarki strategi pengalokasian RTH berbasis green budgeting
Keterangan: I = Pembangunan Infrastruktur pertanianRTH dengan nilai 0,192
II = Pengadaan Lahan RTH dengan nilai 0,185 III = Pengenaan Pajak Tinggi dengan nilai 0,120
IV= Pengetatan IMB dan Penetapan Sanksi punishment enforcement memiliki nilai sama 0,115
V = Kenaikan PBB dengan nilai 0,111 VI = Sewa Lahan oleh Pemerintah dengan nilai 0,084
VII =Subsidi lahan RTH Privat dengan nilai 0,078 Prioritas utama strategi strategi pengalokasian RTH berbasis green
budgeting bila dilihat dari bobot nilai ada 2 yaitu kebijakan pembangunan
176
infrastruktur RTHpertanian, dan kebijakan pengadaan lahan RTH. Kebijakan lebih diarahkan atau diprioritaskan kepada perencanaan belanja program RTH
dari pada aspek pengendalian yaitu pengenaan pajak dan pengetatan perijinan. Optimalisasi pengalokasian RTH di Kota Bekasi sebagai bagian dari
amanat Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang diharapkan dapat menciptakan suatu tatanan lanskap kota yang berkelanjutan.
Lanskap berkelanjutan sustainable landscape merupakan suatu lanskap yang tidak hanya produktif, fungsional dan dapat dimanfaatkan oleh penggunanya
disaat ini tetapi juga tetap dijaga produktifitas dan fungsinya sehingga terus dapat dimanfaatkan oleh penggunanya dimasa yang akan datang Nurisyah dan
Pramukanto, 2008.
7.3. Arahan Rekomendasi Kebijakan