22 suku bunga tertentu yang sifatnya bisa fluktuatif, sedangkan KPR Syariah
bisa dilakukan dengan beberapa pilihan akad alternatif sesuai dengan kebutuhan nasabah, di antaranya KPR iB Jual Beli skema murabahah,
KPR iB sewa skema ijarah, KPR iB Sewa Beli skema Ijarah Muntahia Bittamlik-IMBT, dan KPR iB Kepemilikan Bertahap skema musyarakah
mutanaqisah. Harga jual rumah ditetapkan di awal ketika nasabah menandatangani
perjanjian pembiayaan jual beli rumah, dengan angsuran tetap hingga jatuh tempo pembiayaan. Dengan adanya kepastian jumlah angsuran bulanan
yang harus dibayar sampai masa angsuran selesai, nasabah tidak akan dipusingkan dengan masalah naikturunnya angsuran ketika suku bunga
bergejolak. Nasabah juga diuntungkan ketika ingin melunasi angsuran sebelum masa kontrak berakhir, karena bank syariah tidak akan
mengenakan pinalti.
2. Pembiayaan
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan deficit unit Antonio, 2001:160. Dalam penyaluran dana yang terkumpul pada Perbankan Syariah,
Istilah Pembiayaan Financing lebih umum digunakan. Penggunaan istilah pembiayaan ditunjukan untuk mendefinisikan kegiataan perbankan
syariah dalam hal: penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berupa: Sukrianto, 2011:3.
23 a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah.
b. Transaksi Jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, salam, Istishna.
c. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa-beli dalam bentuk Ijarah Muntahia Bitamlik.
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk Qardh. e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk Ijarah untuk transaksi
multijasa. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Umum
Syariah BUS sertaatau Unit Usaha Syariah UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai danatau diberi fasilitas dana untuk
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalanujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil.
Pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang sudah direncanakan,
baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Veitzhal dan Arviyan, 2010: 681.
Berdasarkan sifat penggunaannya, tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua hal: Antonio, 2001:160.
a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
meningkatkan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, yang meliputi modal kerja yang terdiri dari komponen-komponen alat
24 likuid cash financing, piutang dagang receivable financing dan
persediaan inventory financing; bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. Maupun pembiayaan investasi untuk keperluan
penambahan modal guna rehabilitasi, perluasaan usaha atau pendirian proyek baru.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan yang mencakup kebutuhan primer atau kebutuhan sekunder.
Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok baik berupa barang seperti: makanan, minuman, pakaian dan temapat tinggal, maupun jasa
seperti: pendidikan dan pengobatan. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan yang secara kuantitatif atau kualitatif lebih
tinggimewah dari kebutuhan primer seperti : kendaraan, pelayanan kesehatan, pariwisata, hiburan dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan bank syariah adalah semua pendanaan yang dilakukan oleh
bank syariah kepada nasabahnya untuk mendukung investasi dalam menjalankan sebuah usaha dan mendapatkan keuntungan sesuai dengan
fungsinya.
25
a. Akad Murabahah
Akad murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah, yang mana bank syariah membeli barang yang diperlukan
oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin atau
keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. Ifham, 2010:532.
Secara fikih, murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dengan penjual menyebutkan dengan jelas barang yang di
perjual belikan, termasuk harga pembelian barang kepada pembeli kemudian ia mensyaratkan atasnya laba keuntungan dalam jumlah
tertentu. Beberapa syarat akad murabahah yang harus dipenuhi : Veithzal
Permata, 2008 : 145. 1 Harga awal haruslah jelas bagi pembeli ke-dua.
2 Keuntungan harus jelas karena keuntungan itu adalah bagian dari harga.
3 Harga awal harus termasuk harta yang memilki pendanaan, yaitu ia memilki harta yang serupa keadaannya seperti emas, perak atau
gandum. 4 Harga awal hendaklah bukan merupakan kompensasi dari jenis
yang sama yang termasuk harta riba, karena tambahan keuntungn pada kondisi itu menjadi riba.
26 5 Akad pertama haruslah sah. Jika akad pertama fasad maka tidak
boleh dijual secara murabahah, karena murabahah adalah menjual dengan harga awal disertai dengan tambahan. Adapun
jual-beli yang fasad, meskipun memberikan faedah kepemilikan setelah serah terima, hendaknya dinilai dengan nilai barang yang
dijual itu atau yang semisalnya bukan berdasarkan harga.
Gambar 2.1: Skema Pembiayaan Murabahah
Dari gambar skema murabahah diatas dapat dijelaskan proses pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut :
1 Negoisasi dan Persyaratan, pada tahap ini melakukan negoisasi dengan pihak bank yang berhubungan dengan spesifik produk
yang diinginkan oleh nasabah, harga beli dan harga jual, jangka waktu pembayaran atau pelunasan, serta persyaratan-persyaratan
lainnya yang harus dipenuhi oleh nasabah sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada bank syariah.
2 Bank membeli produk barang yang sudah disepakati dengan nasabah tersebut. Bank biasanya membeli ke supplier.
27 3 Akad jual beli, setelah Bank membeli produk sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan nasabah, maka selanjutnya Bank menjualnya kepada nasabah, disertai dengan pendatanganan akad
jual beli antara bank dan nasabah, pada akad tersebut dijelaskan hal-hal yang berhubungan dengan jual-beli murabahah. Rukun
dan syarat-syaratnya harus terpenuhi. 4 Supplier mengirim produkbarang yang dibeli oleh bank ke
alamat nasabah, atau sesuai dengan akad perjanjian yang telah disepakati antara Bank dan nasabah sebelumnya.
5 Tanda terima barang dan dokumen, ketika barang sudah sampai ke alamat nasabah, maka nasabah harus menandatangani surat
tanda terima barang, dan mengecek kembali kelengkapan dokumen-dokumen produkbarang tersebut.
6 Proses selanjutnya
adalah nasabah
membayar harga
produkbarang yang dibelinya dari bank, biasanya pembayaran dilakukan secara angsurancicilan dalam jangka waktu tertentu
yang telah disepakati sebelumnya. Landasan syariah atas akad murabahah bersumber dari ayat-
ayat al- qur’an dan hadits beriku ini :
1 Al- Qur’an
28 “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan
riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapatkan peringatan dari
Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya terserah kepada Allah.
Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” QS. Al-Baqarah : 275.
29 “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil tidak benar, kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka
sama suka”QS. An-Nisa :29. 2 Al-Hadits
“Rasulullah s.a.w. bersabda : ‘Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan antara kedua belah
pih ak’” HR. Ibnu Majah dan Al-Baihaqi dan dinilai shahih oleh
Ibnu Hibban.
“Nabi bersabda, ‘Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah mudharabah, dan
mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, buka
n untuk dijual.” HR. Ibnu Majah dari Shuhaib.
b. Akad Istishna
Istishna ’ berdasarkan makna Bahasa berarti ‘minta dibuatkan’.
Sedangkan makna istilah fiqh adalah akad jual beli dimana shanni’
30 produsen ditugaskan untuk membuat suatu barang pesanan oleh
mustshni ’ pemesan. Menurut jumhur ulama, Istishna sama dengan
akad Salam, yaitu dari sisi objek pesannya, harus dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya hanya dalam
pembayarannya yaitu, salam dibayar sebelum barang diterima, sedangkan istishna bisa diawal, ditengah atau diakhir pesanan.
Ifhaml, 2010:359 Akad istishna ini merupakan akad jual beli yang berbeda dengan
murabahah yang penyerahan barangnya dilakukan diawal pada saat kontrak dilakukan, sementara pada akad istishna, penyerahan barang
dilakukan pada akhir dilakukan pada akhir periode pembiayaan. Hal ini dikarenakan rumah yang dipesan belum dibangun. Sehingga pada
saat kontrak, bentuk rumah beserta komponennya perlu disetujui dengan sangat rinci, agar dibangun sesuai harga yang disepakati.
Akad istishna ini, sangat mungkin dilakukan apabila rumah yang akan dibangun masih berada dibawah wewenang developer. Skema
berikut ini adalah suatu skema yang dapat menjelaskan suatu proses bagaimana akad istishna ini dilakukan.
Gambar 2.2: Skema Pembiayaan Istishna
31 Tahapan dari skema yang digambarkan diatas adalah sebagai
berikut: 1 Konsumen melakukan identifikasi serta memilih lokasi tanah dan
menentukan desain bangunan rumah yang diinginkan. 2 Bank melakukan pemesananan untuk membangun rumah kepada
developer dengan cara melakukan pembayaran bertahap sampai rumah selesai dibangun.
3 Bank menjual jasa pembangunan rumah dengan mengambil keuntungan dari harga beli kepada developer.
4 Konsumen melakukan pemesanan untuk membangun rumah kepada bank dengan cara melakukan pembayaran bertahap
sampai rumah selesai dibangun. Landasan syariah atas akad istishna bersumber dari ayat-ayat al-
qur’an dan hadits beriku ini : 1 Al-
Qur’an
Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba QS. Al-Baqarah : 275.
Berdasarkan ayat ini dan lainnya para ulama’ menyatakan bahwa hukum asal setiap perniagaan adalah halal, kecuali yang
nyata-nyata diharamkan dalam dalil yang kuat dan shahih.
32 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan tinggalkan sisa riba yang belum dipungut jika kamu orang- orang beriman
”. QS. Al-Baqarah : 278 2 As Sunah
“Dari Anas RA bahwa Nabi SAW hendak menuliskan surat kepada raja non-Arab, lalu dikabarkan kepada beliau bahwa
raja-raja non-Arab tidak sudi menerima surat yang tidak distempel. Maka beliau pun memesan agar ia dibuatkan cincin
stempel dari bahan perak. Anas mengisahkan: seakan-akan sekarang ini aku dapat menyaksikan kemilau putih di tangan
beliau “ HR. Muslim.
Perbuatan ini menjadi bukti nyata bahwa akad istishna adalah akad yang dibolehkan.
3. Pembiayaan Bermasalah