Pengujian Dasar Asumsi Klasik

62 pada triwulan 3 tahun 2008 dan nilai maksimum sebesar 744.496 pada triwulan 4 tahun 2014. Variabel non performing financing menunjukkan nilai rata –rata sebesar 2.723235 dengan standar deviasi sebesar 1.53815, nilai minimum non performing financing sebesar 0.410000 pada triwulan 4 tahun 2008 dan nilai maksimum sebesar 6.490000 pada triwulan 4 tahun 2010. Sedangkan variabel profitabilitas menunjukkan nilai rata –rata sebesar 1.039118 dengan standar deviasi sebesar 0.618563, nilai minimum profitabilitas return on asset sebesar 0.190000 pada triwulan 1 tahun 2009 dan nilai maksimum sebesar 2.410000 pada triwulan 4 tahun 2013.

C. Hasil dan Pembahasan

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur, untuk menguji spesifikasi model dan kesesuaian teori-teori dengan kenyataan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2013, dan Eviews 9.0.

1. Pengujian Dasar Asumsi Klasik

a. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik Jarque-Berra. Pedoman yang digunakan adalah apabila nilai Jarque-Berra tidak signifikan lebih kecil dari 2, maka data terdistribusi normal. Dan apabila probabilitas lebih besar dari 5 maka data terdistribusi normal Winarno, 2015:5.43. Pengujian normalitas untuk variabel dependen non performing financing, dapat dilihat pada gambar 4.1, berikut ini : 63 2 4 6 8 10 12 -1.00 -0.75 -0.50 -0.25 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25 Series: Residuals Sample 1 34 Observations 34 Mean -5.22e-17 Median -0.116804 Maximum 1.052448 Minimum -0.984759 Std. Dev. 0.467932 Skewness 0.191771 Kurtosis 2.582441 Jarque-Bera 0.455402 Probability 0.796363 Gambar 4.1: Hasil Uji Normalitas Sumber: Eviews 9 data diolah 2016. Gambar menunjukan bahwa setelah dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan fasilitas EViews maka semua variabel pada pengujian model ini menunjukan bahwa penelitian diatas berdistribusi normal atau dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas dapat dipenuhi. Hal ini dapat dilihat dari nilai J-B pada penelitian ini sebesar 0.455402 dengan probability 0.796363. Di mana probabilitas harus lebih besar dari α= 0,05. Oleh karena itu H 1 diterima dan menunjukan bahwa penelitian tersebut berdistribusi normal, sehingga dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas dapat terpenuhi.

b. Hasil Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas Ghozali, 2013;103. 64 Pada penelitian ini, ada atau tidaknya multikolinieritas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Jika koefisien kolerasi diantara masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,85 maka terjadi multikolinieritas Agus Widarjono,2010:77. Multikolinieritas bisa dideteksi dengan melihat kolerasi linier antara variabel independen di dalam regresi. Sebagai aturan yang kasar rule of thumb, jika koefisien kolerasi cukup tinggi yaitu diatas 0,85 maka kita duga ada multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika koefisien kolerasi kurang dari 0,85 maka kita duga model tidak mengandung unsur multikolinieritas. Akan tetapi perlu diperhatikan terutama pada data time series seringkali menunjukan kolerasi antar variabel independen cukup tinggi. Kolerasi tinggi ini terjadi karena data time series seringkali menunjukan unsur tren yaitu data bergerak naik dan turun secara bersamaan Agus Widarjono, 2010:77. Pengujian Multtikolonieritas dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.2: Hasil Uji Multikolonieritas 1 KPRMU KPRIST NPF KPRMU 1.000000 0.858924 -0.410932 KPRIST 0.858924 1.000000 -0.494347 NPF -0.410932 -0.494347 1.000000 Sumber: Eviews 9 data diolah 2016. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa masih ada variabel yang berada di atas 0,85 yaitu variabel pembiayaan pemilikan rumah 65 sistim akad istishna sebesar 0,858924 yang masih berada di atas 0,85 yang artinya data mengandung multikolinearitas. Adanya multikolinearitas dalam suatu model merupakan hal yang sangat serius dan perlu segera dibenahi. Parameter yang terestimasi pada saat adanya multikolinearitas menjadi tidak reliable. Dengan demikian, pada saat kita hendak menginterpretasikan parameter tersebut analisisnya menjadi kurang atau tidak akurat. Akan tetapi, model yang mengandung multikolinearitas masih bermanfaat, jika model yang terestimasi digunakan untuk membuat suatu ramalan forecast saja, asalkan R 2 masih cukup tinggi. Sebab untuk keperluan meramal, yang penting adalah menganalisis keseluruhan model dan tidak individual parameter Nachrowi dan Hardius Usman, 2006. Dari tabel hasil analisis uji multikolinearitas dengan correlation matrix diatas terlihat bahwa koefisien korelasi ada yang diatas 0.8, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model terdapat masalah multikolinearitas. Meskipun terdapat multikolinearitas, tetapi tifak mempengaruhi model secara signifikan hasil akhir estimasi tetap menunjukan hasil yang cukup bagus Agus Widarjono, 2005:111. Ada beberapa alternatif dalam menghadapi masalah multikolinearitas, salah satunya melakukan tranformasi salah satu atau beberapa variabel, termasuk misalnya dengan melakukan diferensi Winarno :2015:5.8. 66 Tabel 4.3: Hasil Uji Multikolonieritas 2 Sumber: Eviews 9 data diolah 2016. Berdasarkan tabel di atas setelah dilakukan diferensi dapat dilihat bahwa semua variabel masih ada yang berada di bawah 0,85. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model tidak terdapat masalah multikolinearitas.

c. Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi Ghozali, 2013:107. Pengujian Autokorelasi untuk variabel dependen non performing financing dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini : Tabel 4.4: Hasil Uji Autokorelasi Sumber: Eviews 9 data diolah 2016. Pada tabel hasil output diatas menunjukan bahwa nilai ObsR Squared LM mempunyai probabilitas sebesar 0.3210 dimana probabilitas lebih besar dari nilai α sebesar 0.05 atau 5. Berarti DKPRMU DKPRIST DNPF DKPRMU 1.000000 -0.169172 0.240386 DKPRIST -0.169172 1.000000 -0.035361 DNPF 0.240386 -0.035361 1.000000 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.002961 Prob. F2,28 0.3796 ObsR-squared 2.272929 Prob. Chi-Square2 0.3210 67 probabilitas tersebut memberikan putusan bahwa model ini telah terbebas dari permasalahan autokorelasi.

d. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtun waktu, karena berdasarkan sifatnya data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa sebelumnya Winarno, 2015:5.29. Data yang baik adalah data yang homoskedastisitas. Homoskedastisitas adalah kesamaan varians dalam model regresi. Autokorelasi dapat diteksi dengan menggunakan Uji Breusch-Godfrey nama lain uji BG ini adalah Uji Langrange Multiplier LM-test. Uji ini sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat pertama first order tetapi juga digunakan pada tingkat derajat. Uji autokerelasi juga bisa dilihat dari nilai probabilitas Chi- Square. Jika probabilitas Chi-Square lebih besar dari tingkat signifikan 5 maka tidak terdapat autokorelasi dan sebaliknya jika probabilitas Chi-Squared lebih kecil dari 5 maka terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas signifikansi variabel independen lebih besar d ari α = 5, maka dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas. Namun apabila probabilitas signifikansi kurang α = 5, maka dalam model regresi ada indikasi terjadi heteroskedastisitas Winarno, 2015:5.12. 68 Pengujian heteroskedastisitas untuk variabel dependen non performing financing dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini : Tabel 4.5: Hasil Uji Heteroskedastikitas Sumber: Eviews 9 data diolah 2016. Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai probabilitas dari Chi- Square sebesar 0.2918 yang lebih besar dari nilai α sebesar 0.05, karena nilai probabilitas Chi- Square lebih besar dari α= 5 maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model ini tidak ada masalah heterokedastisitas.

2. Analisis Regresi Linear

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING FINANCING PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH

0 5 96

Analisis Pengaruh Non Performing Financing Pembiayaan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Syariah

0 12 7

pengaruh penyaluran pembiayaan mudharabah,pembiayaan musyarakah,pembiayaan murabahah,dan non performing financing (npf) terhadap kinerja bank pembiayaan rakyat syariah di Indonesia periode januari 2010-maret 2015

0 7 122

Analisis Kinerja Keuangan Bank Tabungan Negara Syariah Cabang Jakarta Harmoni Pada Produk Pembiayaan Perumahan (Property) Di Jakarta

1 3 85

ANALISIS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) DALAM PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH (Studi kasus pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Mitra Cahaya Indonesia dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Bangun Drajad Warga)

0 4 110

Analisis Perbandingan Praktik Pembiayaan Pemilikan Rumah Melalui Akad Murabahah dan Akad Musyarakah Mutanaqisah Ditinjau Dari Prinsip-Prinsip Perbankan Syariah.

1 1 2

KEWASPADAAN BANK DALAM PEMILIHAN AKAD PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH VIGILANCE BANK FINANCING IN SELECTING AKAD HOME OWNERSHIP

0 1 14

PENGARUH PEMBIAYAAN MUDARABAH, PEMBIAYAAN MUSYARAKAH, PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN RASIO NON PERFORMING FINANCING TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

STUDI KOMPARASI AKAD IMBT DAN AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH

1 6 19

ANALISIS PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DENGAN AKAD MURABAHAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG PALEMBANG -

0 5 105