1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu ukuran dari kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kemajuan perekonominya. Sementara itu, yang menjadi salah satu faktor dari kemajuan
ekonomi adalah dunia bisnis. Adapun permasalahan yang sering dihadapi oleh perusahaan sebagai pelaku bisnis yang bergerak dalam bidang usaha apapun
tidak terlepas dari kebutuhan akan dana modal untuk membiayai usahanya. Sampai dengan saat ini, perbankan memiliki peranan penting bagi
perekonomian Indonesia. Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang
keuangan Kasmir, 2011:13. Eksistensi perbankan syariah di Indonesia secara yuridis mulai diatur dalam undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang
perbankan dimana sistem bagi hasil mulai diakomodasi. Inilah pelopor awalnya kemunculan bank yang berdasarkan prinsip syariah di Indonesia.
Namun dengan berbagai kelemahan dan kekurangan dalam undang-undang tersebut, pada tahun 1998 disahkan UU No.10 Tahun 1998 tentang revisi UU
sebelumnya. Menurut Undang ‐Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sebagai suatu lembaga keuangan, bank mempunyai kegiataan baik funding maupun financing
atau menghimpun dan menyalurkan dana. Kemudian, pada tahun 2008 undang-
2 undang tentang perbankan syariah kembali di revisi, yaitu dengan disahkannya
UU No.21 Tahun 2008 sebagai penyempurna UU sebelumnya. Jadi, sebagai lembaga perantara intermediary, bank berperan menjadi perantara antara
pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana. Melalui bank kelebihan dana-dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang
memerlukan dan memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Zainul, 2006:46. Jenis-jenis bank memiliki beberapa jenis, yaitu berdasarkan
fungsinya, berdasarkan kepemilikannya dan berdasarkan operasional. Jenis bank berdasarkan kegiatan operasionalnya dibedakan menjadi dua, yaitu bank
konvensional dan bank syariah. Sebagai lembaga perantara intermediary, bank syariah harus
mengelolah dananya secara optimal dengan mengalokassikan dana yang dihimpun ke beberapa jenis aktiva produktif salah satunya adalah pembiayaan.
Dalam kegiatannya, pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank syariah dalam menyalurkan dana yang berhasil dihimpunya dari pihak yang
kelebihan dana kepada pihak yang kekurangan dana. Untuk itu bank syariah dalam menyalurkan pembiayaannya harus berdasarkan dua prinsip perbankan
syariah yang mendasar Imam, 2014:3. Pertama, prinsip keadilan, yaitu pembiayaan harus saling menguntungkan baik bagi pihak pengguna dana
maupun pihak penyedia dana. Kedua, prinsip kepercayaan, yang merupakan landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan yang akan diberikan.
Menurut statistik perbankan syariah, sektor properti menjadi salah satu sektor pembiayaan terbesar perbankan syariah dengan pertumbuhan mencapai
3 13,3. Pembiayaan ke sektor properti meningkat Rp.8,1 triliun atau 70,2
year on year yoy, lebih tinggi dari pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah pada tahun 2012. Seperti yang terdapat pada gambar 1.1 berikut ini :
Gambar 1.1: Pembiayaan Properti.
Sumber : Laporan Bank Indonesia 2012 Alokasi penyaluran pembiayaan terjadi baik dalam bentuk pembiayaan
sektor-sektor seperti sektor usaha, produksi dan sektor properti. Pada tahun 2012 sektor properti pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah tercatat
meningkat Rp.8,1 triliun, pertumbuhan tersebut ditopang oleh ekspansi pembiayaan kepemilikan rumah yang mencapai Rp.6,8 triliun atau 83,9 dan
sisanya oleh pembiayaan kepada developer real estat sebesar Rp1,1 triliun atau 13,5 serta pembiayaan konstruksi sebesar Rp 2 miliar atau 2,4 dari sektor
pembiayaan properti. Kebijakan pembatasan loan to value kredit kepemilikan rumah diperkirakan turut mendukung pertumbuhan tersebut, mengingat
ekspansi pembiayaan properti BUS dan UUS yang dalam periode laporan banyak dialokasikan pada tipe rumah diatas 70 m
2
dan atau pengembangan rumah non sederhana.
4 Kebutuhan akan tempat tinggal merupakan kebutuhan pokok oleh
manusia dalam kehidupannya. Rumah adalah surga bagi keluarga, selain itu rumah juga dapat berfungsi sebagai tempat berkumpul dan berkomunikasi bagi
setiap anggota keluarga yang satu dengan yang lain. Kemampuan dan kecukupan akan ekonomi bagi setiap keluarga merupakan hal yang perlu
dipertimbangkan dalam membangun sebuah rumahhunian, jika mereka mempunyai cukup atau lebih uang maka mereka bisa membeli rumah secara
tunai atau lunas. Mayoritas masyarakat saat ini membeli rumah dengan cara diangsur atau dicicil karena tidak sedikit masyarakat yang mampu membeli
rumah secara tunai
.
Sebagai lembaga perantara dalam menghimpun dan mengalokasikan dana dari dan ke masyarakat. Bank memiliki pendapatan dan keuntungan yang
sering disebut margin. Pembiayaan pemilikan rumah termasuk dalam satu jenis pembiayaan
konsumtif, dimana pembiayaan konsumtif merupakan pembiayaan yang digunakan untuk membiayai pembelian barang-barang atau jasa-jasa yang akan
memberi kepuasan secara langsung terhadap kebutuhan manusia konsumen, Kredit Pemilikan Rumah KPR merupakan kredit yang diajukan debitur
konsumen kepada pihak bank dimana kredit tersebut akan dipergunakan untuk membangun, merenovasi, membeli atau memperluas tanah dengan cara
pembayaran angsuran setiap bulan sesuai dengan waktu tertentu yang telah disepakati kedua belah pihak dan dengan tujuan untuk konsumsi pribadi,
keluarga atau rumah tangga
.
5 Kebutuhan kepemilikan rumah yang meringankan masyarakat tentu saja
memberikan peluang tersendiri kepada bank sebagai penyedia dana funding. Sesuai dengan prinsip utama dari suatu bank yang telah diuraikan sebelumnya
dimana bank merupakan lembaga penghimpun dan penyaluran dana. Dana yang telah dihimpun dari berbagai sumber, akan dialokasikan kepada usaha-
usaha yang berpotensi menghasilkan keuntungan produktif sehingga bank akan memperoleh keuntungan. Salah satu usaha untuk memperoleh
keuntungan bagi bank adalah memberikan pembiayaan, dalam hal ini memberi pembiayaan kredit kepemilikan rumah. Diharapkan dengan adanya kredit
kepemilikan rumah ini, keinginan kedua belah pihak akan terpenuhi dimana masyarakat dapat memilih rumah dengan cara dicicil diangsur yang
disesuaikan dengan kemampuan finansial mereka. Pihak bank juga akan mendapatkan keuntungan margin bagi hasil atas pembiayaan tersebut.
Dalam menjalankan pembiayaan kredit kepemilikan rumah KPR, bank syari’ah memadukan dan menggali skim-skim transaksi yang dibolehkan
dalam Islam dengan operasional kredit kepemilikan rumah KPR perbankan konvensional. Adapun skim yang banyak digunakan oleh perbankan syari’ah
di Indonesia dalam menjalankan produk pembiayaan kredit kepemilikan rumah KPR adalah skim
murabahah, istishna’ dan ijarah. Pembiayaan dengan menggunakan akad murabahah merupakan salah
satu produk bank yang dapat memberikan keuntungan pada Bank Syariah. Akad Murabahah biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha
modal kerja dan investasi, pengadaan barang seperti mesin, peralatan dan lain-
6 lain maupun kebutuhan pribadi misalnya pembelian kendaraan bermotor,
pembelian rumah, dan lain-lain. Sedangkan pembiayaan dengan akad Istishna merupakan akad penjualan antara almustashni pembeli dan al-shani
produsen yang juga bertindak sebagai penjual. Berdasarkan akad tersebut, pembeli memberi tugas kepada produsen untuk membuat atau mengadakan al-
mashnu barang pesanan sesuai spesifikasi yang diisyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati. Pembiayaan istishna disajikan
sebesar tagihan termin kepada pembeli akhir dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai.
PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk, merupakan bank yang fokus pada pembiayaan perumahan kepada masyarakat dan saat ini juga juga sudah
memiliki strategic business unit SBU dengan prinsip syariah. PT. Bank Tabungan Negara BTN Syariah menawarkan produk pembiayaan
perumahaman dengan skema akad murabahah dan akad istishna. Selama masa pembiayaan dengan skema akad murabahah dan akad istishna, besarnya
angsuran tetap dan tidak berubah sampai lunas, Bank Tabungan Negara BTN Syariah diberikan pembiayaan dalam bentuk pembayaran secara kredit cicilan
dan mempunyai beberapa sistem, prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon penerima pembiayaan.
Bank Tabungan Negara BTN Syariah sejak didirikan pada 15 Desember 2004 dan mulai beroperasi pada tanggal 14 februari 2005 hingga
sampai sekarang mengalami kinerja yang mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan penghargaan yang diterima Bank Tabungan Negara BTN
7 Syariah, yaitu 4
th
Best Overall Performance Bank Tabungan Negara BTN Syariah oleh Infobank dan MRI pada 4 Juni 2015 serta Brand KPR oleh
Infobank pada 26 Maret 2015. Perkembangan pembiayaan perumahan di Bank Tabungan Negara BTN yang terjadi peningkatan setiap tahunnya seperti dari
2015 terhadap 2014 yang meningkat sampai 22,8 year on year y.o.y. Perkembangan tersebut dapat terlihat pada tabel 1.1 yang mengalami
peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2011 sampai 2015.
Tabel 1.1: Perkembangan Jumlah Pembiayaan di Bank Tabungan Negara
dalam miliyar rupiah Jenis Kredit
Tahun y.o.y.
2015 terhadap
2014 2011
2012 2013
2014 2015
Kredit Perumahan
18.789 28.041
33.955 34.029
41.812 22,8
KPR Subsidi 5.896
4.213 6.506
7.960 12.771
60,43 KPR
Non- Subsidi
5.340 12.479
14.286 12.629
13.404 6,13
Kredit Perumahan
Lainnya 1.540
2.659 2.500
2.416 2.418
0,08
Kredit Konstruksi
6.013 8.690
10.663 11.023
13.219 19,92
Kredit Non- Perumahan
6.384 9.679
10.338 7.569
9.434 24,64
Kredit Konsumer
900 1.809
2.389 2.564
4.268 66,47
Kredit Komersial
5.484 7.870
7.949 5.005
5.166 3,22
Total Kredit 25.173
37.720 44.293
41.598 51.246
23,19 Sumber : Laporan Bank Tabungan Negara Tahun 2015
Tabel 1.1 terlihat perkembangan pembiayaan pada pembiayaan pemilikan rumah di Bank Tabungan Negara BTN yang mengalami
peningkatan secara signifikan year on year y.o.y. pada tahun 2011 terdapat Rp.18,789 miliyar pembiayaan pemilikan rumah, pada tahun 2012 meningkat
8 menjadi Rp.28.04 miliyar pembiayaan pemilikan rumah, pada tahun 2013
meningkat menjadi Rp.33.955 miliyar pembiayaan pemilikan rumah, pada tahun 2014 meningkat menjadi Rp.34.029 miliyar pembiayaan pemilikan
rumah, pada tahun 2015 meningkat menjadi Rp.41.812 miliyar pembiayaan pemilikan rumah. Jadi data mengungkapkan perkembangan pembiayaan
pemilikan rumah di Bank Tabungan Negara BTN yang terjadi peningkatan setiap tahunnya seperti dari 2015 terhadap 2014 yang meningkat sampai 22,8
year on year y.o.y. Pembiayaan yang disalurkan pada periode laporan tercatat meningkat
Rp. 1.579.122 atau 85 year on year y.o.y. Pertumbuhan pembiayaan tersebut ditopang dari pembiayaan murabahah yang mencapai 59,1 atau Rp.
6.634.592. dan pembiayaan isitishna mencapai 0,5 atau Rp.563.720 dari keseluruhan pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp.11.223.646. Seperti tabel
di bawah ini :
Tabel 1.2: Penyaluran Pembiayaan Bank Tabungan Negara Syariah
dalam jutaan rupiah Pembiayaan
2015 2014
Piutang Murabahah 6.634.592
5.177.394 Pembiayaan Mudharabah
1.243.282 1.579.366
Pembiayaan Musyarakah 2.510.012
2.143.268 Piutang Istishna
563.720 428.780
Pinjaman Qardh 272.040
315.716 Total
11.223.646 9.644.524
Berdasarkan tabel 1.2, pembiayaan terbesar proporsinya yang disalurkan Bank Tabungan Negara BTN Syariah adalah pembiayaan dengan akad
murabahah yaitu sebesar 59 di banding dengan pembiayaan lainnya seperti pembiayaan mudharabah, musyarakah, istishna dan pinjaman rahn. Proporsi
9 tersebut menunjukan bahwa pembiayaan murabahah akan sangat menentukan
perkembangan Bank Tabungan Negara BTN Syariah dan berpengaruh terhadap keuangan Bank Tabungan Negara BTN Syariah, salah satunya
terhadap profitabilitas Bank Tabungan Negara BTN Syariah. Pencapaian profitabilitas bank syariah dalam hal ini Bank Tabungan
Negara BTN Syariah perlu mengelola aset dengan baik agar memperoleh keuntungan yang maksimal. Komponen penyusunan aset terbesar pada Bank
Tabungan Negara BTN Syariah adalah pembiayaan yang didominasi oleh pembiayaan jual beli rumah dengan akad murabahah dan akad istishna. Serta
risiko yang hadapi dalam penyaluran pembiayaan perumahan yang dilakukan Bank Tabungan Negara BTN Syariah dan dampaknya terhadap profitabilitas
Bank Tabungan Negara BTN Syariah. Keuntungan yang diperoleh oleh bank bisa ditentukan oleh berapa
banyak pembiayaan yang disalurkan. Dengan harapan semakin banyak pembiayaan yang disalurkan semakin meningkat pula profitabilitas bank
syariah yang tercermin dari meningkatnya laba. Dimana keuntungan dapat dilihat dari tingkat profitabilitas bank dapat diukur menggunakan rasio
keuangan. Dimana rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang dimilikinya
menggunakan rasio Return On Asset ROA. Berikut perkembangan rasio keuangan pada bank Bank Tabungan Negara BTN.
Tabel 1.3: Rasio Keuangan di Bank Tabungan Negara
Rasio Keuangan 2011
2012 2013
2014 2015
Return On Asset 2,03
1,94 1,79
1,14 1,61
10 Sumber : Laporan Keuangan Bank Tabungan Negara BTN Tahun 2015
Berdasarkan Tabel 1.3 perkembangan rasio Return On Asset ROA Bank Tabungan Negara BTN yang berfluktuatif. Pada tahun 2015 ROA BTN
Syariah sebesar 1,61, meningkat dari tahun 2014 sebesar 1,14. Namun menurun dibanding tahun 2011-2013 sebesar 2,03, 1,94, 1,79. Secara
teori, peningkatan jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah akan meningkatkan tingkat profitabilitas nya karena semakin banyak jumlah
pembiayaan yang disalurkan margin keuntungan bank akan semakin banyak. Namun peningkatan jumlah pembiayaan BTN Syariah setiap tahun tidak
diikuti oleh tingkat profitabilitas BTN Syariah yang meningkat pula terlihat pada tabel 1.1.
Pada tahun 2013 nilai presentase sebesar 1,79 nilai ini menurun dibanding dengan tahun 2012 yang sebesar 1,94. Hal ini tidak berbanding
lurus dengan jumlah pembiayaan yang telah dikeluarkan Bank Tabungan Negara BTN yang mengalami peningkatan setiap tahunnya terlihat pada tabel
1.1. Sebagai salah satu entitas bisnis keuangan yang mempunyai fungsi
intermediasi, bank syariah dihadapkan dengan berbagai risiko. Salah satu risiko yang dihadapi bank syariah atas penyaluran pembiayaan yaitu pembiayaan non
lancar mulai dari kurang lancar hingga macet yang dialami oleh nasabah atau disebut dengan Non Performing Financing Djamil, 2012:66. Dimana hal ini
juga akan mempengaruhi kinerja bank syariah. Oleh karena itu, pihak perbankan syariah diharuskan untuk selalu menjaga keseimbangan antara
11 pengelolaan risiko yang dihadapi dengan layanan yang diberikan kepada
masyarakat. Pembiayaan bermasalah Non Performing Financing adalah salah satu
keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan. Pembiayaan di
bank syariah dapat mengalami masalah walaupun telah dilakukan berbagai analisis secara seksama Kuncoro, 2002:462. Berikut perkembangan Non
Performing Financing NPF pada Bank Tabungan Negara BTN Syariah :
Tabel 1.4: Perkembangan NPF Bank Tabungan Negara Syariah
Non Performing Financing 2011 2012
2013 2014
2015 Non Performing Financing 3,42
2,38 1,16
2,06 1,66
Tabel 1.4 terlihat perkembangan Non Performing Financing pada Bank
Tabungan Negara BTN Syariah. Pada tahun 2015 nilai presentasenya sebesar 1,66, presentase ini mengalami penurunan dibanding dengan tahun 2014
yang presentasenya mencapai 2,06. Nilai presentase pada tahun 2013 sebesar 1,16, nilai ini mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2014 sebesar
2,38. Dapat disimpulkan bahwa nilai presentase Non Performing Financing mengalami fluktuatif setiap tahunnya. Hal ini tidak berbanding lurus dengan
jumlah pembiayaan yang dikeluarkan Bank Tabungan Negara BTN Syariah yang mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Pembiayaan bermasalah merupakan rasio keuangan yang menunjukan total pembiayaan bermasalah dalam suatu bank syariah. Tingkat pembiayaan
bermasalah yang tinggi pada suatu bank syariah menunjukan kualitas suatu bank yang tidak sehat. Faktor lain yang perlu mendapatkan perhatian khusus
12 dalam menilai tingkat kesehatan bank adalah profitabilitas. Profitabilitas
merupakan suatu angka yang menunjukan kemampuan suatu entitas usaha untuk menghasilkan laba Fauzan, 2012:2.
Sementara itu, pengelolaan pembiayaan jual beli yang merupakan salah satu komponen penyusun aset terbesar pada perbankan syariah akan
menghasilkan pendapatan berupa margin. Dengan diperolehnya pendapatan margin tersebut, maka akan mempengaruhi besarnya laba yang di peroleh bank
syariah. Serta pada akhirnya mampu mempengaruhi peningkatan laba bank syariah Yesi Oktriani, 2011:4.
Sufyan Bariqi 2015:86 penelitian ini mengukur pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil dan rasio non performing financing NPF
terhadap profitabilitas. Hasil pengujian parsial menunjukan bahwa pembiayaan jual beli berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas bank umum
syariah serta NPF tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank umum syariah. Dengan demikian, kenaikan pembiayaan dengan akad jual beli dapat
mempengaruhi profitabilitas bank umum syariah serta kenaikan NPF tidak akan meningkatkan atau menurunkan profitabilitas bank umum syariah.
Zaim Nur Arif dan Imron Mawardi 2014:14 penelitian ini mengukur pengaruh pembiayaan murabahah terhadap laba melalui variabel intervening
pembiayaan bermasalah. Hasil pengujian parsial menunjukan bahwa pembiayaan murabahah memiliki pengaruh positif terhadap laba bank syariah,
Sedangkan pembiayaan bermasalah tidak memiliki pengaruh positif terhadap
13 laba bank. Dengan demikian, setiap kenaikan jumlah pembiayaan bermasalah
sebesar satu-satuan maka tidak akan meningkatkan atau menurunkan nilai laba. Anne Wambui Karanja 2013:55 penelitian ini mengukur pengaruh dari
mortgage financing and profitability of commercial bamks in Kenya. Hasil parsial menunjukan bahwa ada hubungan yang positif antara pembiayaan
perumahan dan profitabilitas bank komersil di Kenya. Dengan demikian setiap pembiayaan perumahan yang dilakukan bank komersil di Kenya dapat
meningkatkan profitabilitas bank komersil di Kenya. Widyawati Ibrahim 2014:58 penelitian ini mengukur pengaruh
pembiayaan hunian syariah terhadap profitabilitas PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Hasil pengujian parsial menunjukan bahwa pembiayaan hunian
syariah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap peningkatan laba Bank Muamalat Cabang Gorontalo. Hal ini dikarenakan semakin banyak
pembiayaan yang dilakukan PT Bank Muamalat maka laba Bank akan meningkat seiring dengan pembiayaan yang meningkat.
Berbagai penelitian terdahulu yang terkait dengan pengaruh variabel independen terhadap dependen, yang hasilnya juga menimbulkan inkonsistensi
hasil penelitian. Oleh karena itu, untuk lebih jelas, secara ringkas research gap antara hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 1.5 berikut ini :
14
Tabel 1.5: Ringkasan Research Gap
No Hubungan
Variabel Hasil Penelitian
Peneliti
1 Pembiayaan
pemilikan rumah sistim akad
murabahah terhadap
profitabilitas Pembiayaan
murabahah berpengaruh
positif
signifikan terhadap laba Bank Umum Syariah
Zaim Nur Afif dan
Imron Mawardi 2014
Pembiayaan dengan akad murabahah
berpengaruh
negatif signifikan terhadap
return on asset Reinissa 2015
Pembiayaan pemilikan
rumah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
profitabilitas Samuel Kariuki
Wachira 2014
2 Pembiayaan
pemilikan rumah sistim akad
istishna terhadap profitabilitas
Pembiayaan perumahan dan profitabilitas
berpengaruh
positif signifikan pada Bank
Komersil di Kenya Anne Wambui
Karanja 2013
Pembiayaan hunian syariah berpengaruh
positif signifikan
terhadap peningkatan
laba Bank
Muamalat Widyawati
Ibrahim 2014
Pembiayaan dengan akad jual beli istishna berpengaruh
positif signifikan
terhadap profitabilitas
Sufyan Bariqi
2015
3 Non performing
financing terhadap profitabilitas
Non Performing Financing NPF berpengaruh positif
signifikan terhadap
profitabilitas. Aulia Fuad R
dan Ridha
Rochmanika 2015
Pembiayaan bermasalah
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap profitabilitas
Mahmudah Maftuhatul
2015
Pembiayaan bermasalah
tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas Yuyun Agustina
2014
Sumber : Data Penelitian Sebelumnya Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan diteliti adalah variabel-
variabel para peneliti terdahulu yang hasilnya tidak konsisten dan dipilih
15 berdasar pada adanya research gap dan adanya suatu pengembangan model
dari penelitian terdahulu. Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian dan data-data diatas yang
memberikan hasil yang berbeda atas penelitian yang satu dengan yang lainnya research gap dan adanya fenomena bisnis, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut dan mendalam, maka penelitian ini mengangkat judul
“Analisis Pengaruh Pembiayaan Pemilikan Rumah Sistim Akad Murabahah, Analisis Pengaruh Pembiayaan Pemilikan Rumah Sistim
Akad Istishna dan Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas
Studi Pada Bank Tabungan Negara Syariah Periode Maret 2008- Juni 2016
”. B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa tampak adanya permasalahan yaitu adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu yang
tersaji pada Tabel research gap, seperti perbedaan hasil penelitian terdahulu terkait pengaruh pembiayaan pemilikan rumah dengan akad murabahah
terhadap Profitabilitas. Zaim Nur Arif dan Imron Mawardi 2014:15 menemukan bahwa pembiayaan murabahah mempunyai pengaruh positif
signifikan profitabilitas, yang didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Samuel Kariuki Wachira 2014:37, Anne Wambui Karanja 2013:56. Namun
dalam penelitian lainnya memberikan hasil yang berbeda yaitu penelitian yang dilakukan Aries Wahyu Ekanto 2013:2 menyatakan bahwa pembiayaan
16 dengan akad murabahah mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap
profitabilitas penelitian yang dilakukan oleh Reinissa 2015:16. Berdasarkan pada permasalahan diatas yang bersumber pada hasil-hasil
penelitian-penelitian sebelumnya research gap dan fenomena bisnis yang ada pada Bank Tabungan Negara BTN Syariah 2008-2016 maka masalah
penelitian research problem yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana Profitabilitas dipengaruhi oleh pembiayaan pemilikan rumah sistim akad
murabahah, pembiayaan pemilikan rumah sistim akad istishna dan non performing financing Pada Bank Tabungan Negara
Syariah Periode Maret 2008 – Juni 2016”.
Berdasarkan pada problem statement dan research problem di atas, maka pertanyaan penelitian research question dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh pembiayaan pemilikan rumah sistim akad
murabahah secara parsial terhadap tingkat profitabilitas pada Bank Tabungan Negara Syariah ?
2. Apakah terdapat pengaruh pembiayaan pemilikan rumah sistim akad istishna secara parsial terhadap tingkat profitabilitas pada Bank Tabungan
Negara Syariah ? 3. Apakah terdapat pengaruh non performing financing secara parsial
terhadap tingkat profitabilitas pada Bank Tabungan Negara Syariah ?
17 4. Apakah terdapat pengaruh pembiayaan pemilikan rumah sistim akad
murabahah, pembiayaan pemilikan rumah sistim akad istishna dan non performing financing secara simultan terhadap tingkat profitabilitas pada
Bank Tabungan Negara Syariah ?
C. Tujuan Penelitian