Kepuasan Kerja PENGARUH MOTIVASI, KOMPENSASI, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus pada Data On Corporation)
26
4 Teori Keadilan Teori ini pertama sekali dikemukakan oleh Zaleznik 1958,
kemudian dikembangkan oleh Adams 1963. Teori ini menunjukkan kepada seseorang merasa puas atau tidak puas atas
suatu situasi tergantung pada perasaan adil equity atau tidak adil inequity Bangun, 2012:316. Perasaan adil dan tidak adil atas
suatu situasi
didapat oleh
setiap orang
dengan cara
membandingkan dirinya dengan orang lain pada tingkat dan jenis pekerjaan yang sama, pada tempat yang sama maupun empat yang
berbeda.
c. Penyebab Kepuasan Kerja Menurut Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo 2012:504 terdapat
lima faktor yang dapat memengaruhi timbulnya kepuasan kerja, yakni sebagai berikut.
1 Need Fulfillment Pemenuhan Kebutuhan Model ini dimaksudkan bahwa kepuasan ditentukan oleh
tingkatan karakteristik pekerjaan memberikan kesempatan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan yang dimiliki
setiap karyawan berbeda. Oleh karena itu, perusahaan sedemikian rupa merancang dan membangun sistem agar karyawan dapat
merasakan efek positif selama bekerja di perusahaan tersebut.
27
2 Discrepancies perbedaan Model ini menyatakan bahwa kepuasan merupakan suatu
hasil memenuhi harapan. Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa yang diperoleh
individu dari pekerjaan. Apabila harapan lebih besar daripada apa yang diterima, maka orang tidak akan puas. Sebaliknya apabila
diperkirakan individu akan puas apabila menerima manfaat di atas harapan.
3 Value Attaintment pencapaian nilai Gagasan value attaintment adalah bahwa kepuasan
merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting.
4 Equity keadilan Dalam model ini dimaksudkan bahwa kepuasan merupakan
fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan di tempat kerja. Kepuasan
merupakan hasil
dari persepsi
orang bahwa
perbandingan antara hasil kerja dan inputnya relatif lebih menguntungkan dibandingkan dengan perbandingan antara
keluaran dan masukan pekerjaan lainnya. 5 DispositionalGenetic Components komponen genetik
Beberapa rekan kerja atau teman tampak puas terhadap variasi lingkungan, sedangkan lainnya kelihatan tidak puas. Model
ini didasarkan pada keyakinan bahwa kepuasan kerja sebagian
28
merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor genetik. Model menyiratkan perbedaan individu hanya mempunyai arti penting
untuk menjelaskan kepuasan kerja seperti halnya karakteristik lingkungan pekerjaan.
d. Korelasi Kepuasan Kerja Pemahaman yang lebih tepat mengenai kepuasan kerja dapat
terwujud apabila analisis tentang kepuasan kerja dikaitkan dengan prestasi kerja, tingkat kemangkiran, keinginan pindah, usia pekerja,
tingkat jabatan, dan besar-kecilnya organisasi Siagian, 2012:295. 1 Prestasi
Kepuasan kerja memiliki dua faktor, yaitu faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri dan faktor eksternal atau
faktor yang berasal dari luar diri. Meski demikian, faktor dalam diri sendiri atau faktor motivasional bukanlah merupakan satu-
satunya faktor pendorong untuk berprestasi. Ada faktor-faktor dari luar diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut terdorong
untuk berprestasi, misalnya besarnya imbalan yang diterima, suasana kerja yang kondusif, hubungan kerja yang baik, dan lain
sebagainya. 2 Kemangkiran
Karyawan yang tinggi tingkat kepuasan kerjanya, maka akan semakin rendah tingkat kemangkirannya. Seorang karyawan
29
dengan tingkat kepuasan kerja tinggi akan hadir di tempat tugas kecuali karena ada alasan kuat sehingga karyawan tersebut tidak
bisa hadir. Sebaliknya, karyawan yang merasa kurang puas akan semakin tinggi tingkat kemangkirannya dan mungkin akan
menggunakan berbagai alasan untuk tidak hadir di tempat kerja. 3 Perpindahan
Tidak dapat disangkal bahwa salah satu faktor penyebab pindah kerja adalah ketidakpuasan pada tempat bekerja sekarang.
Sebab-sebab ketidakpuasan itu dapat beraneka ragam, misalnya penghasilan yang rendah atau dirasa kurang memadai, kondisi
kerja yang kurang memuaskan, hubungan yang tidak harmonis baik dengan atasan maupun dengan rekan sekerja, pekerjaan yang
tidak sesuai, dan berbagai faktor lainnya. 4 Usia
Dalam pemeliharaan hubungan yang serasi antara organisasi dengan para anggotanya, kaitan antara usia karyawan
dengan kepuasan kerja perlu mendapat perhatian. Telah diketahui bahwa terdapat korelasi antara usia dengan
kepuasan kerja. Artinya, kecenderungan yang sering terlihat ialah bahwa semakin lanjut usia karyawan, tingkat kepuasan
kerjanyapun biasanya semakin tinggi. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian bagi manajemen perusahaan mengingat bahwa
profesi sebagai programmer merupakan profesi diamana usia muda
30
sangat dominan. Berbagai alasan yang biasanya sering
dikemukakan menjelaskan fenomena ini antara lain ialah: 1. Bagi karyawan yang sudah lanjut usia semakin sulit untuk
memulai karir di tempat lain; 2. Sikap dewasa dan matang mengenai tujuan hidup, keinginan,
harapan, dan cita-cita; 3. Gaya hidup yang sudah mapan;
4. Sumber penghasilan yang relatif terjamin; 5. Adanya ikatan batin dan tali persahabatan antara yang
bersangkutan dengan rekan-rekannya dalam organisasi. Alasan tersebut merupakan hal-hal yang membuat
karyawan berusia lanjut enggan meninggalkan organisasi. Sebaliknya, mudah menduga bahwa bagi para karyawan yang
lebih muda usianya, keinginan untuk pindah kerja lebih besar. 5 Tingkat Jabatan
Literatur mengenai hal ini memberi petunjuk bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam suatu organisasi, pada
umumnya tingkat kepuasannya lebih tinggi pula. Berbagai alasannya antara lain yaitu:
1. Penghasilan yang dapat menjamin taraf hidup yang layak, 2. Pekerjaan
yang memungkinkan
mereka menunjukkan
kemampuan kerjanya, 3. Status sosial yang relatif tinggi di dalam dan di luar organisasi.
31
Dengan demikian alasan-alasan tersebut bertalian erat dengan prospek seseorang untuk dipromosikan, perencanaan karir
dan pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi. Dikaitkan erat dengan promosi yang dimaksud ialah bahwa
apabila seseorang yang sudah memiliki jabatan tertentu, apalagi sudah berada pada tingkat manajerial melihat bahwa masih
terdapat prospek yang cerah untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi lagi, kepuasan kerjanya akan cenderung lebih besar. Pada
gilirannya, prospek demikian akan mendorong seseorang untuk merencanakan karirnya dan mengambil langkah-langkah yang
diperlukan untuk itu, misalnya dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan tambahan sehingga tingkat jabatan yang lebih tinggi
benar-benar dapat dicapainya. Situasi demikian tentunya berakibat pada keharusan adanya kebijaksanaan pengembangan sumber daya
manusia dalam organisasi yang bersangkutan. 6 Besar-kecilnya Organisasi
Kehidupan berkarya telah digunakan oleh manusia tidak hanya untuk memuaskan kebutuhan material saja, akan tetapi juga
untuk memenuhi berbagai kebutuhan lainnya seperti yang bersifat mental, psikologi, social, dan spiritual.
Dilihat dari sudut pandang ini, ukuran organisasi turut berpengaruh pada kepuasan kerja. Sebagai contoh, karena besarnya
organisasi, karyawan lebih mudah dikenali lewat nomor yang
32
digunakan, sehingga identitas dan jati diri karyawan menjadi kabur.
Salah satu untuk alasan untuk mengatakan demikian adalah bahwa apabila harapan karyawan tersebut untuk turut berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan menjadi tidak terwujud, solidaritas antara sesama karyawan menurun, menjalin tali persahabatan
menjadi lebih sulit, perhatian dan perlakuan pimpinan yang bersifat personal tidak terjadi, kesemuanya itu dapat menjadi faktor
penyebab rendahnya kepuasan kerja.
e. Peran Manajer dalam Meningkatkan Kepuasan Kerja Manajer memiliki peranan penting bagi keberlangsungan
kehidupan organisasional, khususnya dalam hal meningkatkan kepuasan kerja karyawan Kreitner dan Kinicki, 2005:274. Berikut
adalah peranan manajer dalam meningkatkan kepuasan kerja
karyawan. 1 Keterlibatan dalam Pekerjaan
Keterlibatan dalam pekerjaan merupakan keterlibatan seorang individu dengan peran dalam pekerjaannya. Oleh
karenanya, para manajer terdorong untuk memperkuat lingkungan kerja yang memuaskan dengan tujuan untuk mendorong
keterlibatan para karyawan dalam pekerjaannya.
33
2 Komitmen Organisasi Komitmen organisasi mencerminkan bagaimana seorang
individu mengidentifikasi dirinya dengan organisasi dan terikat dengan tujuan-tujuannya. Para manajer
disarankan untuk meningkatkan kepuasan kerja dengan tujuan untuk mendapatkan
tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya, komitmen yang lebih tinggi dapat mempermudah terwujudnya produktivitas yang
lebih tinggi. 3 Ketidakhadiran
Ketidakhadiran menghabiskan biaya bagi perusahaaan dan para
manajer senantiasa
mencari jalan
keluar untuk
menguranginya. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan kepuasan kerja.
4 Berhentinya Karyawan Berhentinya karyawan penting untuk mendapat perhatian
manajer karena mengganggu kelangsungan organisasi dan juga sangat menghabiskan biaya. Para manajer disarankan untuk
mencoba mengurangi tingkat berhentinya karyawan dengan meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
5 Stres yang Dirasakan Stres dapat memiliki dampak yang sangat negatif pada
perilaku organisasi dan kesehatan seorang individu. Dengan
34
demikian, diharapkan bahwa manajer akan berusaha mengurangi dampak negatif dari stres dengan memperbaiki kepuasan kerja.
6 Prestasi kerja Para manajer dapat mempengaruhi prestasi secara positif
dengan meningkatkan kepuasan kerja karyawan.