Siklus Dan Luas Alam Semesta

38 atau kebajikan makhluk hidup apakah makhluk biasa, seorang Bodhisattva calon Buddha, ataupun seorang Buddha. 14 Berikut ini terdapat beberapa kutipan dari Avatamsaka Sutra bab 5: “Sistem Dunia Tepian Bunga, Adalah sama dengan jagad raya, Perhiasannya sungguh murni, Berada dengan damai di ruang angkasa.” Ini menyiratkan bahwa benda-benda langit di alam semesta berada dalam ruang angkasa tanpa ada sesuatu yang menahannya di tempatnya tidak seperti kepercayaan orang Yunani yang meyakini Atlas memangkul bumi di atas punggungnya. “Dalam setiap sistem dunia itu, Terdapat dunia-dunia yang banyaknya tak terbayangkan, Beberapa diantaranya sedang tercipta, Beberapa di antaranya sedang menuju kemusnahannya, Beberapa di antaranya bahkan telah musnah.” Menurut kosmologi Buddhis, dunia-dunia dalam istilah astronomi mungkin bisa disamakan dengan planet atau benda langit lainnya di alam semesta ada yang sedang terbentuk, ada yang sedang berproses menuju kehancuran, dan ada yang sudah hancur seperti pada kutipan di atas.

C. Siklus Dan Luas Alam Semesta

Alam semesta memiliki luas yang tidak terkira dan apa yang ada di dalamnya pun tidak terhitung jumlahnya. Namun semua yang terkandung di dalam alam semesta memiliki dasar penyusun yang sama. Dalam Buddhisme, ada tiga komponen yang menyusun hakekat alam semesta, yaitu Citta, Cetasika, dan Rupa. Rupa secara mudah dapat diartikan sebagai materi atau jasmani sebutan untuk makhluk. Sedangkan Citta dan Cetasika sebenarnya merupakan bagian dari Nama atau secara mudah dapat disebut batin. Nama secara rinci terdiri dari unsur perasaan Vedana, pencerapan Sanna, bentuk-bentuk pikiran Sankhara, 14 Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma, h. 19 39 ketiganya termasuk dalam kelompok Cetasika, dan kesadaran Vinnana, yaitu Citta. 15 Dalam Ananda Vagga, Anguttara Nikaya, Sang Buddha menjelaskan kepada Ananda tentang luasnya alam semesta sebagai berikut: “Ananda, apakah kau pernah mendengar tentang seribu Culanika lokadhatu tata surya kecil?” “Ananda, sejauh matahari dan bulan berotasi pada garis orbitnya, dan sejauh pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya. Di dalam seribu tata surya terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu gunung Sineru, seribu Jambudipa, seribu Aparayojana, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavideha, empat ribu maha samudera, empat ribu maharaja, seribu Catummaharajika, seribu Tavatimsa, seribu Yama, seribu Tusita, seribu Nimmanarati,seribu Paranimmitavassavati, dan seribu alam Brahma. Inilah Ananda, yang dianamakan seribu tata surya kecil Sahasi culanika lokadhatu. Ananda, seribu kali Sahasi culanika lokadhatu dinamakan Dvisahassa majjhimanika lokadhatu, seribu kali Dvisahassa majjhimanika lokadhatu dinamakan Tisahassi Mahasahassi lokadhatu. Ananda, bilamana Sang Tathagata sebutan yang digunakan Buddha untuk menunjuk pada diri-Nya sendiri mau, maka Ia dapat memperdengarkan suara-Nya sampai terdengar di Tisahassi Mahasahassi lokadhatu ataupun melebihi itu lagi.” Di sini Buddha menjelaskan terdapat sistem tata surya yang disebut seribu tata surya di mana terdapat seribu matahari, seribu bulan, dan seribu bumi di mana dapat ditemukan gunung Sineru sebagai pusat bumi, Jambudipa benua di sebelah selatan, Aparayojana benua di sebelah barat, Uttarakuru benua di sebelah utara, dan Pubbavideha benua di sebelah timur dengan empat maha samudera yang mengelilingnya. Di masing-masing benua terdapat penguasanya masing- masing sehingga dikatakan terdapat empat ribu maharaja dalam seribu tata surya tersebut. Selanjutnya dalam seribu tata surya terdapat seribu alam surga yang diliputi nafsu inderawi alam Catummaharajika, Tavatimsa, Yama, Tusita, 15 Dawai, Alam Semesta Dalam Buddhisme Surabaya: Penerbit Vihara Dhammadipa, 2007, h. 5 40 Nimmnarati, Paranimmitavassavati dan seribu alam surga yang tidak diliputi nafsu inderawi alam Brahma. Tentu saja alam semesta lebih luas dari sekedar seribu tata surya karena Buddha menyebut sampai adanya 1.000 x 1.000 x 1.000 = 1.000.000.000 tata surya bahkan melebihi itu lagi di mana suara seorang Buddha dapat diperdengarkan melebihi jangkauan semiliar tata surya. Dari penjelasan ini kita dapat mengatakan bahwa kemungkinan terdapat kehidupan lain di alam semesta selain kehidupan manusia di bumi kita ini. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan bahwa terdapat empat ribu maharaja di seribu bumi dalam seribu tata surya, yang menggambarkan bahwa masing-masing bumi atau lebih tepat disebut planet yang memiliki kehidupan dalam seribu tata surya tersebut memiliki makhluk hidup yang dipimpin oleh para pemimpin mereka masing-masing. Kemungkinan kisah-kisah alien dan UFO yang beredar selama ini juga tersisip suatu kebenaran. Ketika seseorang mempelajari kosmologi bahwasannya pasti selalu muncul pertanyaan-pertanyaan klasik yang berawal dari ketidak tahuan. Pertanyaan klasik tersebut diantaranya: Berapakah luas alam semesta? Apakah alam semesta memiliki awal atau akhir? Jawaban atas pertanyaan tersebut bisa dinilai dengan angka berdasarkan spekulasi yang belum pasti akurat , misalnya katakanlah alam semesta berawal dari 1000 tahun yang lalu? Atau 6000 tahun yang lalu? Sejuta tahun yang lalu? Semiliar tahun yang lalu? Satu triliun yang lalu? Atau yang lebih panjang lagi satu 41 googol 10 100 = Satu dengan 100 nol dibelakangnya, atau alam semesta tak berawal? 16 Lantas kapan bumi terbentuk? Bumi telah banyak kali hancur dan terbentuk kembali, siklus dari hancur, lalu tebentuk, hingga hancur kembali disebut satu siklus dunia yang di Tipitaka disebut maha kappa lamanya satu maha kappa digambarkan pada buku Sutta Pitaka sbb: Para Bikkhu, jika ada sebuah batu cadas, panjang satu mil, lebar satu mil, tinggi satu mil tanpa ada retak atau cacat dan setiap seratus tahun. 1 MAHA KAPPA = 4 ASANKHEYYA KAPPA 1 ASANKHEYYA KAPPA = 20 ANTARA KAPA Menurut pendapat para ilmu-wan jaman sekarang ini, diperkirakan usia alam semesta yang kita huni sekarang ini kurang lebih empat setengah miliaran tahun, usia alam semesta ini cukup banyak berbeda dengan teori genesis yang menganggap bahwa umur alam semesta diciptakan enam ribu tahun yang lalu, bagaimana menurut pandangan agama Buddha? 17 Menurut Tipitaka alam semesta ini melalu satu proses pembentukan dan kehancuran yang berulang-ulang dan berawal dari asal mula waktu yang awalnya yang tak terpikirkan. Proses berulang tersebut sudah setua usia waktu itu sendiri yang tak terbayangkan. Pembentukan yang terakhir adalah alam semsesta yang kita huni ini. Awal pembentukannya telah berlangsung selama lebih dari satu Asankheyya kappa yang lampau. Assankheyya berarti tak terhitung sedangkan kappa berarti siklus dunia maksudnya yaitu masa terbentuknya bumi, hancur dan terbentuk kembali. Makhluk hidup menempati bumi hanya selama 1 asankheyya kappa. Antara kappa adalah jarak waktu umur manusia rata-rata 10 tahun naik 16 Fabian H. Chandra, Kosmologi StudiStruktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h. 1. 17 Fabian H. Chandra, Kosmologi StudiStruktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h. 2. 42 hingga umur manusia rata-rata menjadi panjang sekali tak terhitung dan kemudian turun lagi menjadi 10 tahun. 18 Kalau menurut Kitab Suci Tipitaka Pali empat Asankheyya kappa sama dengan satu maha kappa dan satu asankheyya sama dengan dua puluh Antara- kappa, berarti satu maha kappa sama dengan delapam puluh Antarakappa, satu Antara-kappa adalah selang waktu umur rata-rata manusia sepuluh tahun, naik menjadi tak terhitung dan turun kembali menjadi rata-rata sepuluh tahun. 19 Sedangkan lamanya mahakappa adalah waktu yang diperlukan untuk menghabiskan sebuah bukit cadas yang berukuran lebar, panjang, dan dalamnya satu mil, yang mulus tanpa cacat dengan gosokan sutra yang paling halus setiap seratus tahun sekali, apabila batu cadas itu habis maka belum satu kappa terlampaui. Pernyataan yang ada dalam kitab suci ini tidak membantu kita memperkirakan lamanya satu kappa secara riil. Tetapi ada cara membuat perkiraan umur bumi berdasarkan kalkulasi sederhana, yaitu: Anggaplah batu cadas akan habis tergosok setebal 1 mm setelah 10.000 kali gosokan, jika demikian maka batu karang setebal 1 mil yang digosok berputar selama 100 tahun sekali lamanya adalah, 1,6 km x 1000 m x 1000 mm x 10.000 gosokan x 100 tahun = 1.600.000.000.000 tahun di bagi 2 atau Lebih dari 800 miliar tahun. Tetapi menurut pendapat seorang pakar ada pendekatan lain yang membuat kita dapat menghitung secara matematis sederhana berapa lamanya satu kappa, metode ini agak berbeda dengan metode diatas dan jumlah total hasil perhitungannya lebih banyak, yaitu dengan perumpamaan biji mustard, manual 18 Fabian H. Chandra, Kosmologi Studi Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h. 2 19 Fabian H. Chandra, Kosmologi Studi Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h. 3 43 of Abhidamma hal. 246. Biji mustard berukuran lebih kecil daripada biji ketumbar dan lebih besar daripada biji wijen. Apabila ada mustard sebanyak satu mil kubik dan setiap seratus tahun diambli sebutir maka setelah biji mustard itu habis maka kurang lebih satu kappa telah berlalu, anggaplah diameter biji mustard sebanyak satu mil kubik adalah, Satu mil = 1.600.000 mm = 1,6 x 10 6 Satu mil kubik = 1,6 x 10 6 3 = 4, 096 x 10 8 Anggap saja ukuran biji mustard adalah 2 mm x 2 mm x 2 mm = 8 mm 3 Maka banyakanya biji mustard dalam satu mil kubik adalah, 4,096 x 10 18 mm 3 dibagi 8 mm 3 = 5.12 x 10 17 butir. Bila diambil satu butir setiap sertus tahun maka lamanya maha kappa adalah + 5.12 x 10 17 x 100 tahun = 5.12 x 10 19 Dan satu asankheyya adalah, 5.12 x 10 19 tahun dibagi empat yaitu 1.28 x 10 19 tahun Atau 12.800.000.000.000.000.000 tahun dua belas juta delapan ratus ribu triliun tahun. Walaupun kedua metode diatas memiliki jumlah waktu yang sangat berbeda, tetapi persamaan kedua metode diatas yaitu, sama-sama lama sekali. Umur alam semesta lebih dari dari satu asankheyya kappa, mengapa berbeda demikian banyak beda dengan pendapat ahli fisika? 20 20 Fabian H. Chandra, Kosmologi StudiStruktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h.5. 44 Bermacam metode para ahli dalam memperhitungkan usia masih terus disempurnakan, sebagai contoh Metode perhitungan para ahli menggunakan teknik paruh waktu karbon isotop C14 untuk memperhitungan umur fosil, metode ini memiliki kelemahan yaitu diantaranya, metode ini hanya mengharapkan penemuan fosil-fosil yang ada, padahal mungkin saja fosil-fosil yang lebih tua telah lenyap atau belum ditemukan sehingga para ilmuan menganggap sejarah makhluk hidup hanya berdasarkan penemuan fosil yang ada dan umurnya hanya berdasarkan usia fosil tertua yang ditemukan, faktor presisi, peralatan, dan tekhnologi yang digunakan merupakan variabel tambahan yang harus diperhitungkan, tekhnik radio isotop karbon C14 hanya akurat dalam mengukur usia fosil yang tidak lebih dari 65.000 tahun. 21 Untuk mengukur usia bumi digunakan teknik radio isotop unsur Uraniaum, dan uranimu tertua yang ditemukan berusia 4,5 miliar tahun. Kendala demikian juga ada dalam memperhitungkan umur alam semesta yang didasarkan pada pengukuran spektrum gelombang cahaya berdasarkan spektrum redshift atau geser merah dari atau gelombang elektro magnetik yang sampai ke bumi, hal ini membuktikan bahwa perhitungan para ahli hanya berdasarkan apa yang ada, dan yang diterima oleh bumi. Padahal beberapa banyak gelombang cahaya dan gelombang elektro magnetik yang tidak sampai ke bum, atau gelombang tersebut telah sampai ke bumi lama sebelumnya, pada saat teknologi belum berkembang seperti sekarang ini. 22 Sejak zaman Copernicus yang terkenal dengan bukunya de revolutionibus pandangan revolusioner bahwa bumi mengelilingi matahari timbul 21 Fabian H. Chandra, Kosmologi Studi Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h.6 22 Fabian H. Chandra, Kosmologi Studi Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h.6 45 seiring dengan penemuan teleskop pandangan ini mengalahkan pandangan Eropa sebelumnya yang berdasarkan pandangan filsuf Yunani Aristoteles yang mendominasi dunia selama dua mellenia yang beranggapan bahwa matahari mengelilingi bumi. Pandangan ini belakangan berkembang menjadi lebih jauh, pada awal abad ini para ahli menganggap galaksi andromedia adalah kabut saja bukan galaksi yang terdiri dari miliaran tatasurya. Pandangan ini berubah setelah dibuat teleskop yang lebih besar seperti yang ada di Mt. Palmoar misalnya, kesimpulannya, keterbatasan teknologi menciptakan kendala. 23 Pandangan dan teori mengenai alam semesta berubah seiring derap kemajuan teknologi, setelah penemuan radio teleskop, terlebih setelah di munculkannya teleskop hubble teleskop yang ditempatkan di angaksa luar sehingga tidak terhalang olegh atmosfir bumi para ahli menganggap bahwa benda luar angkasa terjauh adalah Quasar Quasi Stellar Radio. 24 Metode yang digunakan oleh Sang Buddha dan para Bhikkhunyya sangat berbeda, yaitu dengan abhinna kemamp uan adi kodrati. “Dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari napsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tak dapat digoncangkan, ia meningkatkan dan mengarahkan pikirannya pada pengetahuan mengenai pubbenivasanusa ti nana”. D.I,81. Pubbenivasanusatinana yaitu kemampuan untuk mengingat kelahiran yang lampau, dengan jalan inilah siklus pembentukan dan kehancuran bumi yang terjadi berulang-ulang bisa diketahui. 25 Terlepas dari pendapat mengenai metode mana yang lebih tepat, yang jelas pendapat para ahli akan bergeser ke arah umur alam semesta yang lebih tua 23 Fabian H. Chandra, Kosmologi Studi Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h. 7. 24 Fabian H. Chandra, Kosmologi Studi Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h. 7. 25 Fabian H. Chandra, Kosmologi Studi Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h. 7. 46 bukan ke arah umur alam semesta yang lebih muda seperti dalam teori genesis. Belakangan timbul pendapat yang mengatakan bahwa umur bumi bukan 4,5 miliar tahun seperti pendapat sebelumnya tetapi umur bumi adalah 5 miliar tahun. 26

D. Hukum Paticca Samupada