pembuktian model-model kosmologi tidak dapat dinantikan sampai terjadi perubahan pada masa mendatang yang relativ lama.
12
B. Proses Penciptaan Alam
Konsep dasar proses penciptaan alam semesta menurut Buddha dan Sains modern memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan, Sutra lain yang banyak
menggambarkan alam semesta adalah Avatamsaka Sutra yang berbahasa Sanskerta. Berikut ini terdapat beberapa kutipan Avatamsaka Sutra bab 4 yang
berkaitan dengan kosmologi Buddhis: “Putera-putera Buddha, sistim-sistim dunia galaksi tersebut memiliki
aneka bentuk dan sifat-sifat yang berbeda. Jelasnya, beberapa di antaranya bulat bentuknya, beberapa di antaranya segi empat bentuknya,
beberapa di antaranya tidak bulat dan tidak pula segiempat. Ada perbedaan [bentuk] yang tak terhitung. Beberapa bentuknya seperti
pusaran, beberapa seperti gunung kilatan cahaya, beberapa seperti pohon, beberapa seperti bunga, beberapa seperti istana, beberapa seperti
makhluk hidup, beberapa seperti Buddha….”
13
Penjelasan di atas menggambarkan terdapat berbagai bentuk sistem dunia yang mungkin dapat disamakan dengan galaksi. Menurut hasil pengamatan,
beberapa galaksi seperti galaksi Bima Sakti kita dan Andromeda berbentuk spiral pusaran, beberapa seperti galaksi M47 dan M89 berbentuk elips bulat,
beberapa berbentuk tidak beraturan tidak bulat dan tidak segiempat seperti galaksi Awan Magellan dan M82, dan beberapa lainnya berbentuk seperti
makhluk hidup misalnya Nebula Kepala Kuda. “Terdapat beberapa sistim dunia, Terbentuk dari permata, Kokoh dan
terhancurkan, Bernaung di atas bunga teratai nan
berharga.” “Beberapa di antaranya terbentuk dari berkas cahaya murni, Yang asalnya
tak dikenal, Semuanya merupakan berkas-berkas cahaya, Bernaung di ruang
12
Siti Anisah, Konsep Kosmologi dalam Agama Islam dan Buddha Serta Implikasinya Dalam Kehidupanj Pemeluknya, h. 23
13
Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma, h. 14
kosong.” “Beberapa di antaranya terbentuk dari cahaya murni, Dan juga bernaung
pada pancaran-pancaran cahaya, Diselubungi oleh awan cahaya, Tempat di mana para Bodhisattva berdiam.”
Ini menjelaskan komposisi galaksi di alam semesta: ada yang terdiri atas materi yang digambarkan seperti permata, ada yang terdiri dari sinar kosmis
yang digambarkan sebagai berkas cahaya, dan ada yang diselubungi awan gas nebula yang digambarkan sebagai awan cahaya.
14
“Putera-putera Buddha, jika dijelaskan secara singkat, terdapat sepuluh penyebab dan kondisi yang menyebabkan terbentuknya sistim dunia, baik
yang telah berlangsung, sedang berlangsung, atau akan berlangsung. Apakah sepuluh hal itu? Kesepuluh hal itu adalah:
1 Karena kekuatan gaib para Buddha 2 Terbentuk secara alami oleh hukum alam
3 Karena akumulasi karma para makhluk 4 Karena apa yang telah direalisasi oleh para Bodhisattva yang
mengembangkan kemaha-tahuan. 5 Karena akar kebajikan yang diakumulasi baik oleh para Bodhisattva dan
semua makhluk. 6 Karena kekuatan ikrar para Bodhisattva yang memurnikan dunia-dunia itu.
7 Karena para Bodhisattva telah menyempurnakan praktek kebajikan dengan pantang mundur.
8 Karena kekuatan kebebasan para Bodhisattva dalam kebajikan murni. 9 Karena kekuatan independen yang mengalir dari akar kebajikan semua
14
Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma, h. 18
Buddha dan saat pencerahan semua Buddha. 10 Karena kekuatan independen ikrar Bodhisattva
Kebajikan Universal.” Kutipan di atas menjelaskan penyebab terbentuknya galaksi yang salah
satunya disebabkan oleh bekerjanya hukum alam sesuai dengan teori kosmologi modern, sedangkan penyebab lainnya merupakan hasil dari perbuatan karma
atau kebajikan makhluk hidup apakah makhluk biasa, seorang Bodhisattva calon Buddha, ataupun seorang Buddha.
15
Demikianlah proses penciptaan alam semesta menurut Buddha. Sedangkan proses penciptaan alam semesta menurut sains modern bahwasannya gagasan
“keberadaan abadi” ini sesuai dengan pandangan orang Eropa yang berasal dari filsafat materialisme. Filsafat ini, yang awalnya dikembangkan di Yunani kuno,
menyatakan bahwa materi adalah satu-satunya yang ada di jagat raya dan jagad raya ada sejak waktu tak terbatas dan akan ada selamanya. Filasafat ini bertahan
dalam bentuk-bentuk berbeda selama zaman Romawi, namun pada akhir kekaisaran Romawai dan Abad Pertengahan, materialisme mulai mengalami
kemunduran karena pengaruh filsafat gereja Katolik dan Kristen. Setelah Renaisans, materialismse kembali mendapatkan penerimaan luas diantara pelajar
dan ilmuwan Eropa, sebagian besar karena kesetiaan mereka terhadap Filsafat Yunani kuno. Imanuel Kant-lah yang pada masa pencerahan Eropa, menyatakan
dan mendukung kembali materialisme. Kant menyatakan bahwa alam semesta alam semesta ada selamanya dan bahwa setiap probabilitas, betapapun mustahil,
harus dianggap mungkin. Pengikut Kant terus mempertahankan gagasannya tentang alam semesta tanpa batas beserta materialisme. Pada awal abad ke-19,
15
Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,tp, tt, h. 19
gagasan bahwa alam semesta tidak mempunyai awal bahwa tidak pernah ada momen ketika jagad raya diciptakan secara luas diterima. Pandangan ini dibawa
ke abad-20 melalui karya-karya matrialis dialektik seperti Karl Marx dan Friedrich Engels.
16
Pandangan tentang alam semesta tanpa batas sangat sesuai dengan atesime. Tidak sulit melihat alasannya. Untuk meyakini bahwa alam semesta
mempunyai permulaan, bisa berarti bahwa ia diciptakan dan itu berarti, tentu saja, memerlukan pencipta, yaitu Tuhan. Jauh lebih mudah dan aman untuk
menghindari isu ini dengan mengajukan gagasan bahwa “alam semesta ada
se lamanya”, meskipun tidak ada dasar ilmiah sekecil apapun untuk membuat
klaim seperti itu. Georges Poltizer, yang mendukung dan mempertahankan gagasan ini dalam buku-bukunya yang diterbitkan pada awal abad ke-20, adalah
pendukung setia Marxsime dan Matrealisme.
17
Dengan mempercayai kebenaran model “jagad raya tanpa batas”,
Poltizer menolak gagasan penciptaan dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie ketika dia menulis: alam semesta bukanlah objek yang diciptakan,
jika memang demikian, maka jagad raya harus diciptakan secara seketika oleh Tuhan dan muncul dari ketiadaan. Untuk mengakui penciptaan, orang harus
mengakui, sejak awal, keberadaan momen ketika alam semesta tidak ada, dan bahwa sesuatu muncul dari ketiadaan. Ini pandangan yang tidak bisa diterima
sains.
18
16
Mohamad Gofar, Gempa Bumi Dalam Perspektif Al-Quran Skripsi S1 Tafsir Hadist, Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta , 2008, h. 22.
17
Mohamad Gofar, Gempa Bumi Dalam Perspektif Al-Quran, h. 22.
18
George Poltizer, Principes Fondamentaux de Philosophie, t,t, Edition Sociales, Paris 1954, h. 84.
C. Siklus dan Luas Alam Semesta