Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia memang selalu memiliki rasa ingin tahu dengan keadaan lingkungan alam sekitarnya. Sejak masa yang tak terhitung manusia berusaha mencari-cari jawaban atas pertanyaan mendasar: darimana asal tempat kita berada? Darimanakah asal bumi? Setelah mengetahui bumi mengelilingi matahari, mereka bertanya darimanakah asal tata surya? Setelah tahu bahwa tata surya adalah bagian dari galaksi, mereka bertanya darimanakah asal alam semesta? Rasa penasaran manusia diungkapkan dengan berusaha membuat model awal dari alam semesta, nampaknya sulit untuk menerima alam semesta yang kita amati apa adanya. Umumnya pengamatan manusia didahului konsep bahwa segala sesuatu harus memiliki awal, sehingga pengamatan terhadap alam semesta selalu dihubungkan dengan awal untuk memuaskan rasa penasaran. Hal inilah yang terjadi bagi mereka yang baru mengenal kosmologi, selalu pertanyaan klasiknya adalah: darimanakah alam semesta berawal? Manusia akan cenderung tidak puas bila dikatakan bahwa alam tak diketahui awalnya. Padahal jika kita berusaha menerima sesuatu hal yang tidak diketahui, tentu kita dapat menilai lebih jernih. 1 Bahwasannya bidang ilmu kosmologi ini pada awalnya merupakan kajian agama yang berupaya mencari jawaban atas asal-usul alam semesta, manusia dan tuhan, yang melahirkan apa yang disebut dengan filsafat alam semesta yang lebih bersifat metafisika 2 sebelum akhirnya berkembang menjadi kosmologi modern 1 Fabian H. Chandra, Kosmologi Studi Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta, tp, tt, h. 123-124. 2 Metafisika adalah salah satu cabang Filsafat yang mempelajari dan memahami penyebab segala sesuatu sehingga hal tertentu menjadi ada. Sebenarnya disiplin filsafat metafisika telah di 2 yang menggabungkan observasi dan pendekatan matematis untuk menjelaskan alam semesta secara menyeluruh. 3 Filsafat alam dalam banyak manifestasinya dilaksanakan, sebagaimana telah kita lihat jauh-jauh hari sebelum Aristoteles memberikan kontribusinya yang penting. Kita melihatnya dalam peradaban Mesir dan di kalangan filsuf Pra Sokrates. Tetapi, sejauh yang diketahui, tidak ada seorang pun di tempat dan waktu itu berusaha mendefinisikan segala sesuatu yang mencerminkan apa yang kita anggap sebagai filsafat alam. Mereka hanya sekedar menulis tentang berbagai macam topik dan topik ini jatuh ke tangan para sejarawan modern yang memutuskan apakah yang mereka tulis dikategorikan sebagai filsafat alam. Karena ilmu pengobatan tidak dikeluarkan dalam Mesir kuno atau di Yunani pada abad keenam dan kelima Sebelum Masehi, tampaknya tepat memasukannya ke dalam domain filsafat alam, dan barangkali bahkan ilmu magic juga, meskipun ilmu magic lebih menjadi bagian dari filsafat alam di Mesir kuno ketimbang di Yunani pada zamannya Pra Sokrates. 4 Bagaimana Aritoteles mendefinisikan dan memahami filsafat alam? Kita telah melihat bahwa dengan mendefinisikannya dan menyebut satu persatu mulai semenjak jaman Yunani Kuno. Mulai dari filosof-filosof alam sampai Aristoteles 284-322 SM. Aaristoteles sendiri tidak pernah memakai istilah metafisika. Aristoteles menyebut sesuatu yang mengkaji hal-hal yang sifatnya diluar fisika sebagai filsafat pertama prote philosophia untuk membedakannya dengan filsafat kedua yaitu disiplin yang mengkaji hal-hal yang bersifat fisika. Metafisika berasal dari bahasa Yunani ta meta ta physica yang artinya “yang datang setelah fisika” metafisika sering disebut sebagai disiplin filsafat yang terumit dan memerlukan daya abstraksi sangat tinggi, ber-metafisika membutuhkan energy intelektual yang sangat besar sehingga membuat tidak semua orang berminat menekuninya. Artikel diakses pada tanggal 14 Juni 2016 dari https:parapsikolog.wordpress.comarti-metafisika 3 Berbicara problematika kosmologi sesungguhnya telah di bahas sejak jaman Yunani kuno yang di pelopori oleh Thales. Thales merupakan filsuf alam pertama yang membicarakan asal mula arche, inti sari alam. Thales beranggapan bahwa asal mula alam adalah air yang diikuti oleh Anaximander dan Anaximenes. Semua semua filsuf itu merupakan filsuf yang berasal dari mazhab filsuf alam Ionia. Lihat Lois Kattsoff, Pengantar Filsafat, ter. Soejono Soemargono Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995, h. 263 4 Edward Grant, A History of Natural Philosopy Yogyakarta: Penerbit Mitra Sejati , 2011, h. 52. 3 cakupan subjek di mana diterapkan dalam Meteorology, ia membatasi skupnya. Ini terlihat nyata dari pembagiannya terhadap ilmu pengetahuan teoritis ke dalam metafisika, matematika dan filsafat alam, atau fisika. Jelas, ia memikirkan metafisika dan matematika sebagai hal yang nyata dari filsafat alam. Materi subjeknya adalah dengan entitas yang tidak mengalami perubahan, sementara esensi filsafat alam adalah memperlakukan secara menyeluruh benda-benda yang mengalami perubahan dan pergerakan. Tetapi, apakah Aristoteles benar-benar memaksudkan semua benda pada perubahan dan pergearakan? Jika demikian, filsafat alam secara virtual akan mencakup setiap disiplin yang memperlakukan beberapa aspek dunia fisik, setiap bagian dari sub-divisi darinya berlangsung perubahan dan pergerakan. 5 Oleh karena itu, ilmu pengobatan berkaitan dengan perubahan dalam tubuh manusia, sepertinya tepat untuk berkesimpulan bahwa Aristoteles memasukan ilmu pengobatan sebagai bagian dari filsafat alam. Tetapi ini tampaknya tidak mungkin. Di bagian pembukaan Meteorologi-nya dikutip beberapa paragraf sebelumnya, Aristoteles bermaksud menyebutkan atau menyinggung semua subjek yang membentuk bagian dari program risetnya. Kita bisa menduga hal ini dari perkataanya bahwa saat studi tentang binatang dan planet diselesikan, “kita mungkin mengatakan keseluruhan dari pemahaman orisinil kita akan dilaksanakan.” Tak ada sebutan ilmu pengobatan dalam “pemahaman original” yang disebutkan, meski ia sering kali mempergunakan contoh-contoh ilmu pengobatan dan merupakan anak dari seorang dokter. 6 5 Edward Grant, A History of Natural Philosopy, h. 52. 6 Edward Grant, A History of Natural Philosopy, h. 53 4 Sebagai tambahan bagi pengecualian ilmu pengobatan dari filsafat Alam, Aristoteles juga mengecualikan ilmu pengetahuan yang bersifat matematis atau eksak, seperti optic, harmoni dan astronomi. Beberapa baris sebelumnya Aristoteles menjelaskan bahwa saat seorang ahli matematika memperlakukan benda- benda celestial, ia tidak “memperlakukannya sebagai batas dari sebuah alami; ia juga tidak mempertimbangkan atribut yang ada [yaitu, bentuk benda celestial] sebagaimana atribut benda-benda tersebut. Itulah sebabnya ia memisahkan mereka; karena dalam pemikiran mereka terpisah dari pergerakan, dan ini tidak ada pengaruhnya, pun juga setiap hasil kelirunya jika mereka terpisah.” Sebagaimana yang telah terlihat, Aristoteles menganggap optik, astronomi dan harmoni sebagai “cabang yang lebih alam dari matematika,” dan oleh karenanya tampak lebih matematis ketimbang filsafat alam. Ilmu pengetahuan ini merupakan “konversi dari geometri. Jika Geometri mempelajari garis-garis alam, tetapi bukan qua natural, bukannya qua matematis.” Bagi Aristoteles, ilmu pengetahuan matematis yang bersifat eksak berada diantara filsafat alam dan matematika murni, barangkali lebih dekat pada matematika murni ketimbang pada filsafat alam. Tetapi, ilmu pengetahuan eksak secara keseluruhan tidak masuk baik dalam filsafat alam maupun matematika meski relevan terhadap keduanya. Karena keduanya dipandang berada di antara dua disiplin ilmu, ilmu pengetahuan eksak muncul untuk dikenal sebagai ilmu pengetahuan tengah scientae mediae selama Abad Pertengahan. 7 Dalam sejarah perjalanan umat manusia, telah muncul berbagai pandangan mengenai dunia ini, ada yang melihatnya secara positif, ada pula yang negatif, ada 7 Edward Grant, A History of Natural Philosopy, 53-54 5 yang mengakui keberadaannya, ada pula yang menolaknya. Buddhisme misalnya, memandang dunia dan pengalaman manusia di dalamnya sebagai ilusi atau khayalan saja, satu-satunya yang nyata adalah realitas ilahi. 8 Kehidupan manusia berlangsung dalam suatu ruang yang sering di sebut dengan dunia atau alam semesta. Dalam dunia inilah manusia menjalani eksistensinya dengan segala pengalaman yang diperolehnya. Akan tetapi, manusia tidak hanya sekedar hidup seperti makhluk hidup lainya. Ia memiliki inteligensi yang cukup untuk mengenali dirinya sebagai manusia serta lingkungan di sekitarnya. Intelegensi ini memungkinkan manusia merealisasikan keinginanya untuk mengetahui segala sesuatu drive to understand. Dalam perkembangan selanjutnya, manusia juga ingin mengetahui makna keberadaanya di dunia. Keingintahuan ini pada akhirnya menghasilkan pengetahuan, baik mengenai dirinya sendiri maupun mengenai dunia yang dia hidup di dalamnya. 9 Pandangan kosmologis manusia-manusia religius tidaklah sembarangan atau dangkal. Mereka memperlihatkan orientasi kehidupan, pengandaian- pengandaian dan cara-cara untuk menafsirkan eksistensi suatu pandangan dunia yang membentuk pengertian manusia tentang dirinya dan tempatnya dalam kosmos. Ada banyak pandangan religius terhadap dunia dalam tradisi-tradisi keagamaan umat manusia. 10 8 Siti Anisah, Konsep Kosmologi Dalam Agama Islam dan Buddha Serta Implikasinya Dalam Kehidupan Pemeluknya Skripsi S1 Ilmu Ushuluddin, Fakultas Ushuluddin, IAIN Walisongo Semarang , 2008, h. 1. 9 Siti Anisah, Konsep Kosmologi Dalam Agama Islam dan Buddha, h. 1. 10 Siti Anisah, Konsep Kosmologi Dalam Agama Islam dan Buddha, h. 2. 6 Dalam konsepsinya tentang penciptaan alam semesta 11 ini faham Buddhisme mengenal konsep Paticca Samupadda, yang menjadi pijakan dalam memandang hukum alam semesta ini. Perkataan Paticca Samupadda artinya muncul bersamaan. Jadi, perkataan Paticca Samupadda artinya kurang lebih yaitu muncul bersamaan karena syarat berantai, atau terjemahan yang sering terlihat dalam buku-buku, yaitu pokok permulaan sebab akibat yang saling bergantungan. 12 Prinsip dari ajaran hukum Paticca Samupadda diberikan dalam empat rumus atau formula pendek yang berbunyi sebagi berikut; pertama, imasming sati idang hoti dengan adanya ini maka terjadilah itu, kedua, imassuppada idang uppajjati dengan timbulnya ini, maka timbullah itu, ketiga,imasming asati idang na hoti dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu dan keempat,imassa nirodha idang nirujjati dengan terhentinya ini, maka terhentilah juga itu. 13 Arus sebab akibat. Dengan cara ini kita dapat menyelidiki segala sesuatunya di dunia ini hingga yang terkecil sekalipun ke atas dan ke bawah oleh karena alam semesta ini dikuasai oleh hukum Paticca Samupadda atau hukum 11 Dr. K.N. Jayatilleke dari Universitas Ceylon mengemukakan pendapatnya sebagai berikut : Konsepsi tentang Kosmos = Alam Semesta menurut Buddhisme, pada masa-masa awal dari perkembangannya, itu secara essensial, sama dengan konsepsi modern tentang alam semesta. Didalam teks berbahasa Pali, yang sampai di tangan kita, secara aksaranya diceriterakan, terdapat ratusan ribu matahari-matahari, bulan-bulan, bumi-bumi, dan dunia-dunia yang lebih tinggi, yang membentuk sistem dunia tingkatan minor = kecil; terdapat seratus ribu kali jumlah sistem dunia tingkatan minor, yang membentuk sistem dunia tingkatan medium = tengah-tengah; dan terdapat seratus ribu kali sistem dunia tingkatan medium yang membentuk sistem dunia tingkatan mayor = besar. Didalam terminologi modern, itu tampaknya, apabila satu sistem dunia minor = culanika loke dhatu, adalah sama dengan sebuah galaxy, yang melalui telescope yang paling baik, dapat kita lihat terdapat kira-kira ratusan juta dunia matahari, bulan-bulan, dan sebagainya didalamnya, maka dapat kita renungkan bahwa konsepsi Buddhis tentang sistem dunia-dunia, itu mempunyai kesamaan yang besar dengan keterangan dari ilmu pengetahuan modern. Lihat Buddhadasa P. Kirthisinghe, Alam Semesta dan Kosmologi, tp, tt, h. 1 12 Hamdan Taufiqurrohman, Respon Agama Buddha Terhadap Krisis Lingkungan: Studi atas Pemikiran Sri Dhammananda, h. 19. 13 Hamdan Taufiqurrohman, Respon Agama Buddha Terhadap Krisis Lingkungan: Studi atas Pemikiran Sri Dhammananda, h. 19. 7 “bergantungan pada ini, dan timbullah itu”. Tidak ada perhentian atau sela-sela sedikitpun dalam proses ini. Rangkaian kejadian itu berlangsung terus menerus, yang satu menimbulkan yang lain. Bagaikan sebuah gelombang menyebabkan timbulnya gelombang berikutnya, demikian pula arus sebab-akibat ini mengalir terus yang tiada henti-hentinya. Inti dari hukum Paticca Samupadda ini bahwa tidak ada sesuatu yang timbul tanpa menimbulkan akibat selanjutnya. 14 Kosmologi, ilmu tentang sejarah, struktur, dan cara kerja alam semesta secara keseluruhan, telah berkembang selama ribuan tahun dalam beberapa bentuk: bersifat mitologi dan religius, mistis dan filosofis, bersifat astronomis. Orang-orang Babilon dan Mesir kuno yang membangun sistem mereka dari campuran mitos kuno, percaya bahwa kosmos merupakan sebuah kotak, dengan bumi terletak di dasarnya. Gunung-gunung di penjuru bumi menopang langit yang ada di atasnya. Sungai Nil, yang mengalir di tengah-tengah bumi, merupakan cabang dari sungai yang lebih besar yang mengalir di sekitar bumi. Di sungai ini berlayarlah perahu dewa matahari, yang melakukan perjalanan hariannya. Konsep Mesopotamia menganggap alam semesta berbentuk kubah yang berisi cakram datar bumi yang dikelilingi oleh air. Air juga membentuk langit di atas kubah; di situlah tinggal para dewa, matahari dan benda-benda angkasa lainnya. Mereka muncul setiap hari dan mengatur semua yang terjadi di atas bumi. Lintasan mereka yang tertaur di langit dipercaya dalam menentukan nasib manusia. 15 Selama masa keemasan Yunani konsep kosmis menjadi bersifat matematis, dengan menggunakan bentuk-bentuk geomatris untuk menujukan 14 Hamdan Taufiqurrohman, Respon Agama Buddha Terhadap Krisis Lingkungan: Studiatas Pemikiran Sri Dhammananda, h. 20 15 Howard R. Turner, Science in Medieval Islam, An Illustrated Introduction, terj., Zulfahmi Andri, Sains Islam Yang Mengagumkan: Sebuah Catatan abad Pertengahan Bandung: Nuansa, 2004, cet. I, h. 47 8 empat unsur; api, air, udara, tanah, serta saripati benda-benda langit, dengan suatu sfera yang melingkupi seluruh alam semesta. Dengan mempertimbangkan berbagai fenomena mitos dan fisikal yang disebutkan oleh pendahulunya sebagai kelahiran perkembangan, dan pengaturan kosmos. Aritoteles menggolongkan segala yang dapat ia terima ke dalam sistem masuk akal namun kaku tentang mekanika kosmis. Ia menganggap kosmos sebagai suatu sistem cangkang konsentris yang bersisi benda-benda langit, sfera-sfera ini merupakan benda- benda fisik nyata, yang terusun secara konsentris dan berotasi, satu di dalam yang lainya, maisng-masing sfera meneruskan gerakannya ke sfera berkitunya di bawahnya. Gerakan ketujuh planet diteruskan melalui sfera paling atas oleh penggerak yang tak bergerak, yang berakitan dengan sfera seperti layaknya jiwa bagi tubuh. Secara kesleuruhan, kosmologi Yunani klasik diilhami dengan keyakinan pada hukum-hukum dasar tentang keteraturan dan harmoni. 16 Sementara itu orang-orang Cina telah berhasil mengembangkan versi sendiri tentang kosmos. Pengikut Tao pada tahun keenam hingga keempat sebelum masehi mendefinisikan dan menggambarkan dua prinsip, yin dan yang, kekuatan wanita dan pria aktif dan pasif, yang dihasilkan oleh materi dan energi dan bertanggung jawab dalam menjaga alam semesta melalui interaksi. Salah satu konsep Cina tentang struktur kosmis menyertakan kubah hemisfera langit yang di bawahnya terdapat bidang yang cembung bumi. Belakangan muncul teori tentang sfera langit, alam semesta sferoid; kemudian masih disusul oleh teori ruang kosong dan teori ruang tak terbatas, tanpa bentuk atau materi, yang di dalamnya angin menggerakan benda-benda langit. Kosmologi Cina yang awal 16 Siti Nurjanah, Kosmologi dan Sains dalam Islam, h. 9. 9 seperti kosmologi kuni di Barat, menguraikan fenomena yang terlihat menyerupai ide astrofisika yang ada di masa kita, misalnya benda primordial yang bergerak membentuk spiral di angkasa dan angin kosmis yang „bertiup’ menggelombang dari matahari. 17 Kristen awal, yang menyerupai nenek moyang Timur Dekat sebelum mereka, menggambarkan bumi yang datar yang berbeda di antara bawah tanah dan benda-benda angkasa. Sementara itu, ide tentang cangkang sferis konsentris yang berisi tujuh planet yang bergerak mendapatkan popolaritasnya; ciri Platonis dan Aristoteliannya dijernihkan oleh astronom Helensitik Ptolemeus. Kebanyakan dari konsep kosmologi Kristen dan Nepolatonik yang awal menambahkan makhluk malaikat yang bertanggung jawab terhadap pergerakan planet-planet dalam cangkang ini. Dinamo ilahi tersebut tetap menjadi ikon kosmik selama berabad-abad. Namun demikian, pada saat peradaban Islam mulai mapan, kaum muslimin mulai mengembangkan skema kosmologi yang cukup kompleks dan canggih untuk masuk sebagai fakta empiris kejadian-kejadian angkasa yang sesungguhnya dapat diamati, seperti detail variasi dalam jalur planet-planet. 18 Di masa Kristen Abad Pertengahan, hampir seluruh aktivitas intelektual diarahkan untuk memahami ciptaan, bentuk, dan pengaturan kosmos yang ditarik terutama dari keyakinan religius atau tahayul. Konsep-konsep yang didasarkan pada penalaran semata mempunyai risiko di tuding sebagai bid’ah oleh gereja. Namun demikian, dalam mengamati alam kosmos, filosof ilmuan Muslim awal mengambil sebagian besar dari tubuh pengetahuan yang mereka peroleh dari 17 Siti Nurjanah, Kosmologi dan Sains dalam Islam, 8-9. 18 Siti Nurjanah, Kosmologi dan Sains dalam Islam, 9. 10 Yunani Klasik, warisan intelektual yang sedikit diketahui oleh Eropa Barat kala itu. 19 Begitupula dalam melihat konsep kosmologi yang mana setiap pemahaman atau ajaran dalam suatu agama yang ada di dunia, memiliki perbedaan dalam hal cara atau proses penafsiran terlebih dalam hal proses terjadinya penciptaan alam semesta. Berbicara keselarasan antara konsep kosmologi dengan sains modern bahwasanya para ahli kosmologi menganut suatu teori yang menyatakan bahwa pembentukan alam semesta diawali oleh suatu peritstiwa ledakan dahsyat yang lebih dikenal dengan sebutan teori Big Bang. Dalam teori Big Bang dinyatakan bahwa pada awalnya alam semesta berada dalam kondisi yang sangat panas dan padat. Kemudian, selama kurang lebih miliaran tahun yang lalu terjadilah proses pengembangan dan penyusutan alam semesta secara terus menerus sampai saat ini. Teori Big Bang ini pada awalnya hanya diyakini oleh beberapa ahli kosmologi saja karena belum memiliki suatu evidensi yang jelas. 20 Namun seiring berjalannya waktu, Teori Big Bang ini makin diyakini oleh para ilmuan sebagai suatu teori yang paling merepresentasikan proses awal terbentuknya alam semesta karena adanya suatu penemuan yang dapat memperkuat teori ini, yaitu mengenai penemuan radiasi latar gelombang mikro- kosmis pada tahun 1964, yang dianggap oleh ahli kosmologi sebagai “produk dari fenomena ledakan dahsyat ”. Selain itu, ada pula hasil pengamatan Edwin Hubble Astronom AS pada tahun 1929 yang menyatakan bahwa galaksi-galaksi bergerak saling menjauh dengan kecepatan yang tinggi sehingga jarak antar 19 Siti Nurjanah, Kosmologi dan Sains dalam Islam, 9. 20 Frenandy, Buddhisme dan Sains Bandung : Penerbit PVVD, 2012, h. 95 11 galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan ini menujukan alam semesta tidaklah statis, melainkan mengembang. 21 ini menyatakan bahwa alam semesta merupakan serangkaian pengembangan, penciutan, pengaturan, dan penghancuran berupa ledakan besar Big Bang yang berlangsung secara terus menerus tanpa akhir. Dengan kata lain, ini adalah suatu rangkaian fenomena yang tidak berujung pangkal yang kemudian di sebut teori “pulsating” dari alam semesta. Sang Buddha telah mengajarkan hal yang sama 2500 tahun yang lalu. Beliau ungkapkan dalam Bhayaberava Sutta Sutta ke 4 dari Majjhima Nikaya: “Ketika pikiranku yang terkonsentrasi dengan demikian termurnikan, tidak tercela, mengatasi semua kekotoran, dapat diarahkan, mudah diarahkan, serta tenang, Aku memusatkanya pada kelahiran-kelahiran yang lampau, satu, dua, ….. ratusan, ribuan, banyak kalpa dari penyusutan dunia, banyak kalpa pengembangan dan penyusutan dunia.” 22 Dari sini bisa dilihat bahwa proses penyusutan dan pengerutan tersebut berlangsung sangat lama. Yang di maksud dengan “kalpa” adalah satuan waktu India kuno yang berlangsung selama miliaran tahun. Ada beberapa versi perhitungan kalpa, tetapi yang lazim dipakai adalah bahwa satu kalpa memakan waktu sekitar 139.600.000 seratus tiga puluh sembilan juta enam ratus ribu tahun. Sains juga telah mengungkapkan akan banyaknya galaksi dan dunia lain. Secara mengaggumkan, Buddha juga telah mengajarkan hal yang sama seperti tertuang dalam Anada Sutta Angutara Nikaya III, 8, 80: “Ananda apakah kau pernah mendengar tentang seribu Culanika-loka- dharu tata surya kecil ? … Ananda, sejauh matahari dan bulan berotasi pada garis orbitnya, dan sejauh pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya. Di dalam seribu tata surya terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu Sumeru, seribu Jambudvipa, seribu Aparayojana, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavidehana … Inilah, Ananda, yang dinamakan seribu tata surya kecil sahassi-culanika- lokadhatu.” 21 Frenandy, Buddhisme dan Sains, h. 96 22 Ivan Tanuputera, Sains Modern dan Buddhisme, h. 9-10 12 Lebih lanjut, Buddha mengatakan dalam sutta yang sama: “Ananda, seribu kali sahassi-culanika-lokadhatu dinamakan Dvisahassi- majjhimanika-lokadhatu. Ananda, seribu kali Dvisahassi-majjhimanika-lokadhatu dinamakan Tisahassi-Mahasashassi-Lokadhatu. Ananda, bilamana Sang Tathagatamau, maka Ia dapat memperdengarkan suara-Nya sampai terdengar di Tisahassi-mahasahassi- lokadhtu, ataupun melebihi itu lagi.” 23 Sesuai dengan kutipan di atas, maka di dalam sebuah Dvisahassi- Majjhimanika-lokadhatu terdapat 1.000 x 1.000 = 1.000.000 tata surya. Sedangkan dalam Tisahassi-Mahasahassi-lokadhatu terdapat 1.000.000 x 1.000 = 1.000.000.000 tata surya. Alam semsesta bukan hanya terbatas pada satu miliard tata surya saja, melainkan lebih dari itu. Ajaran ini benar-benar sesuai dengan kosmologi modern begitupun dengan sains modern. 24 Pada masa abad ke-17, ahli matematika Perancis bernama Rene Des Cartes 25 membatasi lingkup penelitian sains pada hal-hal yang bersifat materi res 23 Ivan Tanuputera, Sains Modern dan Buddhisme, h. 11 24 Ivan Tanuputera, Sains Modern dan Buddhisme, h. 11 25 Lahir di La Haye, Perancis, 31 Maret 1596, meninggal di Stockhol, Swedia, 11 Februari 1650 pada umur 53 tahun, juga dikenal sebagai Renatus Cartesius dalam literature berbahasa Latin, merupakan seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Karyanya yang terpenting ialah Discours de la methode 1637 dan Meditationes de prima Philosophia 1641. Rene Descartes sering disebut sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes lahir di La Haye Touraine-Perancis dari sebuah keluarga borjuis. Ayah Descartes adalah ketua Parlemen Inggris dan memiliki tanah yang cukup luas borjuis. Ketika ayah Descartes meninggal dan menerima warisan ayahnya, ia menjual tanah warisan itu, dan menginvestasikan uangnya dengan pendapatan enam atau tujuh ribu franc per tahun. Dia bersekolah di Universitas Jesuit di La Fleche dari tahun 1604-1612, yang tampaknya telah memberikan dasar-dasar matematika modern walapun sebenarnya pendidikan di bidang hukum. Pada tahun 1612, dia pergi ke Paris, namun kehidupan sosial di sana dia anggap membosankan, dan kemudian dia mengasingkan diri ke daerah terpencil di Perancis untuk menekuni Geometri, nama daerah terpencil itu Faubourg. Teman-temannya menemukan dia di tempat perasingan yang ia tinggali, maka untuk lebih menyembunyikan diri, ia memutuskan untuk mendaftarkan diri menjadi tentara Belanda 1617. Ketika Belanda dalam keadaan damai, dia tampak menikmati meditasinya tanpa gangguan selama dua tahun. Tetapi, meletusnya Perang Tiga Puluh Tahun mendorongnya untuk mendaftarkan diri sebagai tentara Bavaria 1619. Di Bavaria inilah selama musim dingin 1619-1620, dia mendapatkan pengalaman yang dituangkannya ke dalam buku Discours de la Methode Russel, 2007:733. Descartes, kadang di panggil “Penemu Filsafat Modern”, adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam sejarah filsafat barat modern. Dia menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang di kenal sebagai rasinalisme continental, sebuah posisi filosofikal pada Eropa abad ke-17 dan 18. Pemikirannya membuat revolusi falsafi di Eropa karena pendekatan pemikirannya bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berfikir. Ini juga membuktikan keterbatasan manusia dalam berfikir dan mengakui sesuatu yang di luar kemampuan pemikiran manusia. Karena itu, ia membedakan 13 estensa, oleh karena itu hal-hal yang berhubungan dengan pikiran res cogitans berada di luar batas persepsi organ indera. Di tahun 1905 Albert Einstein mendobrak rintangan tiga dimensi dalam sains dan membawa lingkup sains ke luar dari paradigma tiga dimensi dan batas Des Cartes. Ini mengoptimalkan kemampuan manusia untuk mewujudkan pandangan yang lebih realistik terhadap alam fenomena dan fenomena alam melalui metode ilmiah. Sains modern di abad ke-20 berkembang setelah rintangan dimensional dilampaui oleh para ilmuan seperti Albert Einstein, Erwin Schordinger, Louis de Broglie, Paul Dirac, Werner Heisenbert, Richard Feynman, Murray Gellman, Sir Arthur Eddington, dan Stephen Hawakins. Sebagaimana kita ketahui, perkembangan sains modern didasarkan atas teori relativitas, mekanika kuantum dan prinsip ketidakpastian. Kemudian prinsip-prinsip sain tersebut menghancurkan paradigma klasik yang membagi alam menjadi materi dan non-materi. 26 Pada tahun 1989, Arya Walopa Rahula 27 juga mengingatkan bahwa kehidupan sehari- hari dikelilingi oleh sains. Ia mengatakan: “Kita hampir menjadi “fikiran” dan “fisik”. Pada akhirnya, kita mengakui keberadaan kita karena adanya alam fikir. Dalam bahasa latin kalimat ini adalah cogito ergo sum sedangkan dalam bahasa Perancis adalah: Je penese donc je suis. Keduanya artinya adalah: “Aku berfikir maka aku ada”. Ing: I think, therefore I am Atau, I Think, therefore I exist. Meski paling dikenal karena karya-karya filosofinya, dia juga telah terkenal sebagai pencipta system koordinat Kartesius, yang memengaruhi perkembangan kalkulus modern. Ia juga pernah menulis buku sekitar tahun 1629 yang berjudul Rules for the Direction of the Mind yang memberikan garis-garis besar metodenya. Tetapi, buku ini tidak komplet dan tampaknya ia tidak berniat menerbitkannya. Diterbitkan untuk pertama kalinya lebih dari lima puluh tahun sesudah Desecartes tiada. Dari tahun 1630 sampai 1634, Desecartes menggunakan metodenya dalam penelitian ilmiah. Untuk mempelajari lebih mendalam tentang anatomi dan fisiologi, dia melakukan penjajakan secara terpisah-pisah. Dia bergumul dalam bidang-bidang yang berdiri sendiri seperti ptik, meteorology, matematika, dan berbagai cabang ilmu lainya. Sedikitnya ada lima ide Desecartes yang punya pengaruh penting terhadap jalan pikiran Eropa: a pandangan mekanisnya mengenai alam semesta; b sikapnya yang positif terhadap penjajakan ilmiah; c tekanan yang, diletakannya pada penggunaan matematika dalam ilmu pengetahuan; d pembelaannya terhadap dasar awal sikap skeptic; dan e penitikpusatan perhatian terhadap epistemologi. Artikel di akses pada tanggal 06 Oktober 2016 dari http:id.m.wikipedia.orgwikiRene _Desecartes 26 Ivan Tanuputera, Sains Modern dan Buddhisme, h. 95 27 Ia lahir pada tahun 1907 di Walapola, sebuah desa kecil di bagian selatan Sri Lanka. Pada tiga belas, ia memamsuki Sangha. Convered Sinhala pendidikannya, Pali, Sansekerta, 14 budak dari sains dan teknologi; dan tak lama lagi kita akan mulai memujanya.” Beliau lebih lanjut berkomentar: “Pertanda awal adalah bahwa banyak orang akan cenderung mencari dukungan dari sains untuk membuktikan kebenaran agamanya.” Begitu pula dalam hal konsep penciptaan alam semesta, Kendati banyak sekali persamaan antara sains dan agamanya.” 28 Umat Buddha percaya bahwa dunia di ciptakan pada suatu waktu, tetapi dunia telah terbentuk jutaan kali setiap detik dan alam terus demikian dengan sendirinya dan akan berakhir dengan sendirinya. Menurut ajaran Buddha sistem dunia selalu muncul, berubah, hancur, dan hilang di alam semesta dalam siklus yang berpenghujung. Saat ini para ilmuan, sejarawan, astronom, biologis, botanis, antropologis, dan pemikir besar telah menyumbangkan pandangan baru yang luas tentang asal dunia. Penemuan dan pengetahuan terakhir ini sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Buddha. Keyakinan Buddha menjadi ajaran yang relevan dengan perkembangan sains dan teknologi. 29 Gambaran alam semesta seperti yang diungkapkan oleh pengetahuan modern sekarang ini sudah dikemukakan oleh Buddha, tanpa bantuan teleskop. Buddhisme, sejarah dan filsafat. Ia belajar di Vidyalankara Pirivena dan di Universit y of Ceylon, di mana ia berhubungan dengan E. F. C. W. Adikaram dan tokoh-tokoh lainya. Setelah masa tugasnya di Sorbonne, ia menjadi Wakil Rektor Vidyodaya University. Dia mencatat tidak hanya untuk pengetahua, tetapi juga karena pandangan yang kuat sosialis, serta keyakinannya bahwa para bhikkhu memiliki kewajiban untuk berperan dalam membimbing kesadaranpolitik rakyat. Bukunya Bhikshuvakage Urumaya Heritage dari Bhikkhu adalah suara yang kuat dalam gerakan Buddha Nasionalis yang menyebabkan 1.956 kemenangan pemilu of Solomon Bandaranaike. Dia telah meninggalkan Vidyadoya University di tahun 1969, karena perbedaan politik dengan pememrintah hari. Setelah itu, ia kemabli ke Barat dan bekerja di banyak intstitusi akademik di Eropa. Dia kembali ke Sri Lanka selama hari-hari terkahrinya, dan tinggal di kuil dekat Parlemen Baru di Kotte, sampai kematiannya. adalah seorang Sri Lanka biksu, sarjana dan penulis. Pada tahun 1964, ia menjadi Profesor Sejarah dan Agama di Northwestern University, sehingga menjadi bhikkhu pertama yang memegang kursi professor di dunia Barat. Dia juga pernah menjabat sebagai Wakil Rektor di kemudian Vidyodaya University saat ini dikenal sebagai Universitas Sri Jayewardenepura. Dia telah banyak menulis tentang Buddhisme dalam bahasa Inggris, Perancis dan Sinhala. Dia menulis buku Apa Buddha Diajarkan tentang Buddhisme Theravada. 28 Ivan Tanuputera, Sains Modern dan Buddhisme, h. 97 29 Ivan Tanuputera, Sains Modern dan Buddhisme, h. 97 15 Dalam Abhibhu-sutta , Buddha menjelaskan, “Sejauh bulan dan matahari bergerak dalam garis edarnya dan sejauh pancaran sinarnya mencapai segala arah, sejauh itulah luas sistem seribu tata-surya alam semesta. Di dalamnya terdapat seribu bulan, seribu matahari, seribu poros Simeru – gunung dari segala gunung, seribu bumi Jambudipa, seribu Aparogoyana di barat, seribu Uttara-kuru di utara, seribu Pubbavideha di timur, empat ribu samudera raya, empat ribu Maharaja, seribu surga Catummaharajika, seribu surga Tavatimsaseribu surga Yama, seribu surga Tusita, seribu surga Nimmanarati, seribu surga Paranimmita-vasavati, dan seribu tata-surya alam semesta kecil. Sebuah sistem kelipatan seribu dari ukuran tersebut dinamakan sejuta tata-surya alam semesta madya. Sebuah sistem kelipatan seribu ukuran ini dinamakan semiliar tata-su rya dalam semesta raya”. 30 Kalau kita mempertimbangkan kondisi masyarakat pada ribuan tahun lalu yang masih terbelenggu oleh dongeng dan mitos, maka ajaran Buddha akan semakin mengagumkan karena pandangan Buddha sudah sangat jauh ke depan. 31 Setelah melihat gambaran kerangka kosmologi dalam Buddhisme dan sains modern, penulis tertarik untuk melakukan analisis lebih jauh, sekaligus mengkomparasi antara kosmologi Buddha dan sains modern, apakah diantara keduanya terdapat persamaan dan perbedaanya. Di sini penulis akhirnya mengambil judul pembahasan skripsi ini yaitu “KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF BUDDHA DENGAN KOSMOLOGI SAINS MODERN”. 30 Krishnanda Wijaya-Mukti, Wacana Buddha Dharma, h. 264-265 31 Krishnanda Wijaya-Mukti, Wacana Buddha Dharma, h. 264-265 16

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah