Penegakkan Hukum Pidana Islam di Provinsi Aceh

memegang otoritas penuh dalam penegakan hukum, sebab Polres masih membawah ke Polda. Berimplikasi positif, karena Polres mendapatkan dukungan tenaga dalam penegakan hukum, masalah keamanan dan ketertiban masyarakat dalam skala besar dari Polda, demikian pula Polsek mendapat dukungan dari Polres.

B. Penegakkan Hukum Pidana Islam di Provinsi Aceh

Sistem peradilan pidana pada hakekatnya merupakan suatu proses penegakan hukum pidana. Oleh karena itu berhubungan erat sekali dengan perundang-undangan pidana itu sendiri, baik hukum substantif maupun hukum acara pidana, karena perundang-undangan pidana itu pada dasarnya merupakan penegakan hukum pidana ”in abstracto” yang akan diwujudkan dalam penegakan hukum ”in concreto”. Pentingnya peranan perundang-undangan pidana dalam sistem peradilan pidana, karena perundang-undangan tersebut memberikan kekuasaan pada pengambil kebijakan dan memberikan dasar hukum atas kebijakan yang diterapkan. Lembaga legislatif berpartisipasi dalam menyiapkan kebijakan dan memberikan langkah hukum untuk memformulasikan kebijakan dan menerapkan program kebijakan yang telah ditetapkan. Jadi, semua merupakan bagian dari politik hukum yang pada hakekatnya berfungsi dalam tiga bentuk, yakni pembentukan hukum, penegakan hukum, dan pelaksanaan kewenangan dan kompetensi. 94 94 http:www.shvoong.comlaw-and-politicscriminal-law2027069-pengertian-sistem peradilan-pidana Universitas Sumatera Utara Sistem peradilan pidana criminal justice system merupakan suatu sistem pengendalian kejahatan yang terdiri dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan. Sistem peradilan pidana bertujuan untuk melindungi dan menjaga ketertiban masyarakat, mengendalikan kejahatan, melakukan penangkapan dan penahanan terhadap pelaku kejahatan, memberi batasan bersalah atau tidaknya seseorang, dan memidana pelaku yang bersalah. 95 Sistem peradilan pidana yang di dalamnya terdiri dari sub-sistem dengan ruang lingkup tugas masing-masing yaitu : Kepolisian dengan tugas utama menerima laporan dan pengaduan telah terjadinya tindak pidana, melakukan penyelidikan dan penyidikan, melakukan penyaringan terhadap kasus-kasus yang memenuhi syarat untuk diajukan ke Kejaksaan, melaporkan hasil penyelidikan kepada Kejaksaan. Kejaksaan dengan tugas pokok menyaring kasus-kasus yang layak diajukan ke pengadilan, mempersiapkan berkas penuntutan, melakukan penuntutan dan melaksanakan putusan pengadilan. Pengadilan mempunyai kewajiban untuk menegakkan hukum dan keadilan, melindungi hak-hak terdakwa, saksi dan korban dalam proses peradilan pidana, melakukan pemeriksaan kasus-kasus secara efisien dan efektif, memberikan putusan yang adil dan berdasarkan hukum. Lembaga Pemasyarakatan bertugas untuk menjalankan putusan pengadilan yang merupakan pemenjaraan. 97 95 Mardjono Reksodipoetro, Sistem Peradilan Pidana Indonesia Melihat kepada kejahatan dan penegakan hukum dalam batas-batas toleransi”, Pidato Pengukuhan Penerimaan Jabatan Guru Besar tetap dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1993, hal. 1. 97 Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana Malang : UMM Press, 2004, hal. 220. Universitas Sumatera Utara Proses peradilan pidana syariat secara formal terhadap pelaku perbuatan pidana sebagaimana telah ditentukan dalam Qanun Aceh dimulai dengan penyelidikan oleh Kepolisian sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana selanjutnya disingkat dengan KUHAP dengan melakukan tindakan untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai perbuatan pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan. Untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai perbuatan pidana, penyidik memperolehnya dari : 1. Laporan atau pemberitahuan yang disampaikan seseorang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya suatu peristiwa; 2. Tertangkap tangan atau tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana atau segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu; 3. Penyidik mengetahui sendiri telah terjadi perbuatan pidana. 98 Dalam pasal 108 KUHAP ditentukan yang berhak menyampaikan laporan adalah : a setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan atau menjadi korban 98 Lihat Pasal 1 butir 19 dan 24 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana. Lihat Al Yasa’ Abubakar dan Marah Halim, Op.Cit., hal. 95, 96. Lihat juga Pasal 57 Rancangan Qanun Aceh Tentang Kompilasi Hukum Jinayah Aceh Tahun 2008. Universitas Sumatera Utara peristiwa pidana berhak untuk mengajukan laporan atau pengaduan kepada penyelidik atau penyidik; b setiap orang yang mengetahui permufakatan jahat untuk melakukan tindakan pidana terhadap ketertiban dan keamanan umum atau terhadap jiwa atau terhadap hak milik, wajib seketika itu juga melaporkan hal tersebut kepada penyelidik atau penyidik; c pegawai negeri dalam menjalankan tugasnya yang mengetahui terjadinya peristiwa yang merupakan tindak pidana wajib segera melaporkan kepada penyelidik atau penyidik. Pada umumnya perbuatan pidana syariat yang telah diproses dan dijatuhi hukuman sejak tahun 2005-2006 diketahui penyidik atau Wilayatul Hisbah atas dasar tertangkap tangan, baik diawali dengan adanya laporan dari masyarakat maupun diketahui sendiri oleh penyidik atau Wilayatul Hisbah. Wilayatul Hisbah merupakan lembaga yang dibentuk untuk menjalankan tugas pengawasan dan pembinaan terhadap orang-orang yang diduga telah, sedang atau akan melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan bidang syariat Islam. Dalam melaksanakan tugas pengawasan Wilayatul Hisbah tidak dibenarkan untuk memata-matai orang yang diduga akan melakukan perbuatan pidana, tetapi harus yang bersifat langsung, terang-terangan dan sekarang, atau dengan ungkapan singkat padat, “kini dan di sini”. 99 Dengan demikian perbuatan pidana syariat hanya dapat diketahui oleh Wilayatul Hisbah dengan cara tertangkap tangan. 99 Lihat Al Yasa Abubakar dan Marah Halim, Op.Cit., hal. 96. Universitas Sumatera Utara Dalam perbuatan pidana tertangkap tangan, setiaop orang berhak untuk menangkapnya, sedangkan orang yang mempunyai wewenang di dalam tugas ketertiban, ketentraman dan keamanan wajib menangkap tersangka yang tertangkap tangan, dan menyerahkannya kepada pejabat penyidik. Setelah penyelidik atau penyidik menerima penyerahan tersangka yang tertangkap tangan, wajib melakukan pemeriksaan dan tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan kebutuhan ruang lingkup penyidikan. Penyelidik atau penyidik setelah menerima laporan segera datang memeriksa tempat kejadian dan berwenang melarang setiap orang untuk meninggalkan tempat kejadian dan mematuhi perintah yang diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam melaksanakan tugas selama pemeriksaan belum selesai dilakukan. 100 Perbuatan pidana syariat yang dilaporkan oleh masyarakat atau tertangkap tangan oleh penyidik kepolisian, penyidik harus melakukan penyelidikan jika si pelaku tidak berasal dari gampong tempat ia melakukan pelanggaran. Apabila si pelaku berasal dari Gampong tempat pelanggaran itu dilakukan, maka penyidik harus menyerahkan kasus tersebut ke Wilayatul Hisbah untuk dilakukan pembinaan terlebih dahulu. Penyidik memberikan kesempatan kepada Geuchik melalui forum Rapat Adat Gampong dan Imum Mukim melalui forum Rapat Imum Mukim untuk melakukan 100 Lihat pasal 111 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara. Universitas Sumatera Utara penyelesaian sengketa-sengketaperselisihan di Gampong masing-masing secara damai melalui musyawarah adat. 101 Wilayatul Hisbah pada umumnya mengetahui telah terjadi pelanggaran Qanun Aceh dengan cara tertangkap tangan, maka Muhtasib terlebih dahulu melakukan klasifikasi dalam tiga kategori terhadap si pelaku dan kadar pelanggaran yang telah dilakukan, apabila pelanggaran yang dilakukan bersifat ringan atau kategori hijau maka Muhtasib dengan mencatat identitas si pelaku dan melakukan pembinaan di tempat kejadian dengan memberikan peringatan, nasehat-nasehat dengan membebaskan si pelaku, apabila kadar pelanggarannya sedang atau kategori kuning maka Muhtasib membawa si pelaku ke kantor Wilayatul Hisbah dengan terlebih dahulu mencatat identitas pelaku pelanggaran dan melakukan pembinaan singkat berupa pemberian peringatan, nasehat dan mencatat identitas pelaku pelanggaran. Jika kadar pelanggarannya berat atau kategori merah dan menurut Muhtasib tidak layak lagi dilakukan pembinaan, maka Muhtasib menyerahkan kuasa tersebut ke penyidik untuk dilakukan penyelidikan. Jika pelaku tertangkap tangan bukan warga tempat dilakukannya pelanggaran maka Wilayatul Hisbah langsung menyerahkannya kepada penyidik tanpa dilakukan pembinaan. 102 101 Lihat pasal 10, 12, 13, 14 dan 15 Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 7 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Kehidupan Adat. 102 Lihat Al Yasa’ Abubakar dan Marah Halim, Op.Cit., hal. 100-101. Universitas Sumatera Utara Pembinaan yang dilakukan oleh Muhtasib dalam kategori pelanggaran ringan atau hijau dan kategori pelanggaran sedang atau kuning diberikan kesempatan maksimal 3 kali pembinaan dalam jangka waktu tertentu dan apabila setelah dilakukan pembinaan tetapi masih melanggar, maka Muhtasib menyerahkan kasus tersebut kepada penyidik. Wilayatul Hisbah dalam melaksanakan tugas pembinaan dapat menyerahkan kasus pelanggaran melalui Rapat Adat Gampong. Imum Mukim diberi waktu selama 1 satu bulan untuk menyelesaikan kasus pelanggaran qanun syariat dan apabila dalam jangka 1 satu bulan Imum Mukim tidak dapat menyelesaikan pelanggaran tersebut atau para pihak tidak menerima penyelesaian yang dilakukan Imum Mukim maka kasus pelanggaran tersebut diajukan oleh Wilayatul Hisbah kepada penyidik untuk dilakukan penyelidikan. 103 Untuk kepentingan penyelidikan, penyelidik atas perintah penyidik berwenang melakukan penangkapan terhadap seorang yang diduga keras melakukan perbuatan pidana berdasarkan pembuktian permulaan yang cukup atas pelanggaran Qanun Aceh yang dilaporkan oleh masyarakat dan terhadap pelanggaran yang tertangkap tangan yang pelakunya tidak berasal dari tempat dimana pelanggaran itu dilakukan atau terhadap yang kasusnya dilaporkan oleh Wilayatul Hisbah setelah dilakukan pembinaan. Dalam pasal 18 KUHAP ditentukan cara pelaksanaan penangkapan, yaitu : 103 Lihat pasal 10, 12, 13, 14 dan 15 Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh Universitas Sumatera Utara 1. Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas kepolisian Negara Republik Indonesia, kecuali dalam hal tertangkap tangan setiap orang berhak melakukan penangkapan dan setiap orang yang mempunyai wewenang dalam tugas ketertiban, ketenteraman dan keamanan wajib menangkap tersangka dalam hal tertangkap tangan. 2. Memperlihatkan surat tugas kepada tersangka yang hendak ditangkap, dalam surat perintah penangkapan harus memberikan penjelasan dan penegasan tentang : a. Identitas tersangka, berupa nama, umur, tempat tinggal; b. Menjelaskan secara singkat alasan penangkapan; c. Menjelaskan secara singkat perkara pelanggaran yang sedang dipersangkakan terhadap tersangka; d. Menyebutkan secara jelas di tempat mana pemeriksaan dilakukan. Tersangka yang diduga keras melakukan perbuatan pidana syariat berdasarkan bukti yang cukup dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi perbuatannya maka penyidik dapat melakukan penahanan. 104 Dalam pasal 20 KUHAP disebutkan bahwa tujuan penahanan adalah : 1 untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu atas perintah penyidik berwewenang melakukan penahanan; 2 penuntut umum berwewenang melakukan dengan tujuan untuk kepentingan penahanan; 3 untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, hakim berwewenang melakukan penahanan dengan suatu penetapan untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan. KUHAP dalam pasal 22 ayat 1 ditentukan adanya 3 tiga jenis penahanan, yaitu : 1. Penahanan Rumah Tahanan Negara. Kemudian dalam penjelasan pasal tersebut ditentukan bahwa selama belum ada rumah tahanan negara di tempat yang Nomor 7 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Kehidupan Adat. Universitas Sumatera Utara bersangkutan, penahanan dapat dilakukan di Kantor Polisi Negara, di Kantor Kejaksaan Negeri, di Lembaga Pemasyarakatan, di Rumah Sakit dan dalam keadaan yang memaksa di tempat lain. Orang-orang yang ditempatkan dalam Rumah Tahanan Negara adalah tahanan yang masih dalam proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung; 105 2. Penahan rumah, penahanan dilakukan di rumah tinggal atau kediaman, tersangka atau terdakwa dan selama berada dalam tahanan rumah dia harus diawasi oleh pejabat yang melakukan tindakan penahanan rumah. Pengawasan dapat dilimpahkan pejabat yang bersangkutan kepada Kepala Desa maupun Kepala Rukun Tetangga atau Rukun Warga dengan tujuan untuk menghindari terjadinya segala sesuatu yang dapat menimbulkan kesulitan dalam penyidikan, penuntutan atau pemeriksaan di sidang pengadilan; 3. Penahanan kota, penahanan dilakukan di kota tempat tinggal tersangka atau terdakwa dengan kewajbian untuk melaporkan diri pada waktu yang ditentukan. KUHAP menentukan bahwa penahanan hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau terdakwa, yang antara lain : melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman penjara lima tahun atau lebih, sedangkan dalam Qanun Aceh hukuman penjara yang paling tinggi ditentukan 2 dua tahun penjara terhadap 104 KUHAP Pasal 20, 21. Universitas Sumatera Utara perbuatan menyebarkan aliran sesat. Dengan demikian penyidik, penuntut umum dan hakim tidak mempunyai wewenang untuk melakukan penahanan terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan perbuatan sebagaimana diatur dalam Qanun Aceh. 106 Dalam penjelasan pasal 1 butir 17 disebutkan bahwa penggeledahan rumah adalah tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan, selanjutnya dalam penjelasan pasal 1 butir 18 disebutkan bahwa penggeledahan badan adalah tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan dan atau pakaian tersangka untuk mencari benda yang diduga keras ada pada badan atau di bawanya serta untuk disita. Dengan demikian KUHAP menentukan dua bentuk penggeledahan, yakni penggeledahan rumah dan penggeledahan badan, dengan tujuan untuk mencari dan mengumpulkan fakta dan bukti serta dimaksudkan untuk mendapatkan orang yang diduga keras sebagai tersangka yang melakukan tindak pidana. Wewenang untuk melakukan penggeledahan hanya diberikan kepada instansi penyidik, penyidik dalam melaksanakan wewenangnya diawasi oleh Ketua Pengadilan Negeri. Dalam hal yang sangat mendesak dimana penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin mendapat surat izin dari Ketua Pengadilan Negeri dapat melakukan penggeledahan : a pada halaman rumah tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada dan yang ada di atasnya; b pada setiap tempat lain tersangka 105 Lihat pasal 1 Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.04.UM.01.06 Tahun 1983 Tentang Tata Cara Penempatan, Perawatan Tahanan dan Tata Tertib Rumah Tahanan Negara. Universitas Sumatera Utara bertempat tinggal, berdiam atau ada; c di tempat tindak pidana dilakukan atau terdapat berkasnya; d di tempat penginapan dan tempat umum lainnya. 107 Dengan demikian dalam hal tertangkap tangan penyidik boleh memasuki tempat tersebut tanpa harus mendapat izin dari Ketua Pengadilan Negeri. Untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan, penyidik mengambil alih dan atau menyimpan di bahwa penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak berwujud dan tidak berwujud dengan izin dari Ketua Pengadilan Negeri. Di samping harus ada izin dari Ketua Pengadilan Negeri, penyidik harus : 108 1. Menunjukan tanda pengenal jabatan kepada orang dari benda itu disita dan memperlihatkan benda yang akan disita kepada orang dari mana benda itu akan disita, atau kalau tidak kepada orang yang bersangkutan, dapat juga memperlihatkan benda itu dilakukan terhadap keluarganya dan harus disaksikan oleh Kepala Desa atau Ketua Lingkungan dan dua orang saksi; 2. Membuat berita acara penyitaan; 3. Menyampaikan turunan berita acara penyitaan kepada orang dari mana barang itu disita atau keluarganya dan Kepala Desa; 4. Membungkus benda sitaan. 106 Lihat Pasal 21 ayat 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan Pasal 20 Qanun Nomor 11 Tahun 2002, Pasal 26 Qanun Nomor 12 Tahun 2003, Pasal 28 Qanun Nomor 13 Tahun 2003 dan Pasal 22 Qanun 14 Tahun 2003. 107 Lihat pasal 34 KUHAP. 108 M. Yahya Harahap, Pembahasan dan Penerapan KUHAP Jilid 1, Jakarta : Pustaka Kartini, 1988, hal. 287-290. Universitas Sumatera Utara Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, penyidik dapat melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak dan untuk itu wajib segera melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat guna mendapatkan persetujuan. Kemudian dalam pasal 40 KUHAP dijelaskan bahwa dalam hal tertangkap tangan, penyidik dapat melakukan penyitaan tanpa surat izin dari Ketua Pengadilan Negeri menyita benda dan alat yang nyata atau patut diduga telah dgiunakan untuk melakukan tindak pidana atau benda lain yang dapat termasuk : a paket atau surat; b benda yang pengangkutannya atau pengirimannya dilakukan oleh Kantor Pos dan Telekomunikasi, jawatan atau perusahaan komunikasi atau pengangkutan; c asalkan sepanjang surat atau paket atau benda tersebut diperuntukkan atau berasal dari tersangka; d penyidik harus membuat surat tanda terima kepada tersangka atau jawatan atau perusahaan telekomunikasi. 109 Apabila pemeriksaan oleh penyidik telah selesai atau dianggap cukup, penyidik melanjutkan ke tahan penyusunan berkas perkara untuk dilimpahkan kepada penuntut umum, dengan membuat berita acara dengan persyaratan sebagaimana telah ditentukan dalam Pasal 121 KUHAP : a. Membuat tanggal pada berita acara; b. Membuat tindak pidana yang dipersangkakan kepada tersangka dengan menyebut waktu, tempat dan keadaan sewaktu tindak pidana dilakukan; 109 Ibid., hal. 294. Universitas Sumatera Utara c. Nama dan tempat tinggal tersangka atau saksi; d. Keterangan mengenai tersangka dan saksi seperti umur, kebangsaan, agama dan lain-lain e. Catatan akta dan atau benda; f. Segala sesuatu yang dianggap perlu untuk kepentingan penyelesaian perkara Pemeriksaan yang dilakukan penyidik terhadap perbuatan pidana yang diatur oleh Qanun Aceh relatif dapat dilakukan lebih cepat, karena pada umumnya pelaku tertangkap pada waktu sedang melakukan perbuatan pidana. Penuntut Umum segera mempelajari berkas perkara yang telah diserahkan oleh penyidik dan dalam waktu 7 tujuh hari wajib memberitahukan kepada penyidik apakah hasil penyidikan itu sudah lengkap atau belum. Jika Penuntut Umum menganggap memenuhi syarat untuk diteruskan ke Pengadilan, maka segera menyusun surat dakwaan. 110 Pemeriksaan perkara sidang pengadilan dapat dilakukan dengan pemeriksaan perkara biasa, pemeriksaan biasa dan pemeriksaan singkat. Pasal 203 ayat 1 KUHAP memberi batasan tentang apa yang dimaksud dengan pemeriksaan singkat sebagai berikut : “Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan singkat adalah perkara kejahatan atau pelanggaran yang tidak termasuk ketentuan Pasal 205 dan menurut penuntut umum pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dan sifatnya 110 Lihat Pasal 138 ayat 1 KUHAP. Universitas Sumatera Utara sederhana”. Pasal 205 KUHAP menentukan : “yang diperiksa menurut acara pemeriksaan tindak pidana ringan ialah perkara yang diancaman dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan denda sebanyak tujuh ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan. Acara pemeriksaan sidang pengadilan terhadap perbuatan pidana yang diatur dalam Qanun Aceh, jika dilihat dari ancaman hukumannya maka pemeriksaan harus dilakukan dengan acara pemeriksaan biasa sebagaimana ditentukan KUHAP. Pada umumnya perbuatan pidana yang diatur dalam Qanun Aceh selama ini berasal dari tertangkap tangan oleh Wilayatul Hisbah sehingga proses pembuktiannya relatif lebih mudah sehingga acara pemeriksaan sidang pengadilan dapat dilakukan dengan acara pemeriksaan biasa yang bersifat singkat. Dalam KUHAP ditentukan bahwa Jaksa sebagai pejabat yang berwenang untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, demikian juga dalam Qanun Aceh ditentukan bahwa penuntut umum mempunyai wewenang untuk melaksanakan putusan dan penetapan hakim. Dalam pelaksanaan hukum cambuk, atas permintaan Jaksa Kepala Dinas Syariat Islam KabupatenKota mempersiapkan pecambuk. Sebelum pelaksanaan hukuman cambuk, terhukum terlebih dahulu akan diperiksa kesehatannya oleh dokter dan apabila dari hasil pemeriksaan kesehatan si terhukum tidak dapat menjalani hukuman cambuk maka pelaksanaannya akan ditunda sampai dinyatakan sehat untuk menjalani hukuman cambuk. Jaksa menghadirkan Universitas Sumatera Utara terhukum ke tempat pelaksanaan pencambukan dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada keluarganya secara tertulis selambat-lambatnya 3 tiga hari sebelum hari pencambukan. 111 Hukuman cambuk dilaksanakan di suatu tempat terbuka yang dapat disaksikan oleh orang banyak di atas alas panggung yang berukuran minimum 3 x 3 meter, dilakukan dengan rotan yang berdiameter 0,75 sampai dengan 1 satu centimeter dengan panjang 1 satu meter dan tidak mempunyai ujung ganda dan pada pangkalnya ada tempat pegangannya. Jarak antara terhukum dengan pecambuk antara 0,70 meter sampai 1 satu meter dengan posisi pecambuk berdiri di sebelah kiri terhukum. Pencambukan memakai penutup wajah yang terbuat dari kain, dilakukan pada bahagian punggung bahu sampai pinggul terhukum dengan kadar pukulan atau cambukan tidak sampai melukai. Terhukum laki-laki dicambuk dalam posisi berdiri tanpa penyangga, tanpa diikat dan memakai baju tipis menutup aurat yang disediakan, sedangkan perempuan dalam posisi duduk. 112 Pelaksanaan hukuman cambuk dilakukan pada setiap terhukum oleh seorang pencambuk dan dapat dihentikan sementara, apabila : 113 111 Lihat Pasal 5 dan 7 Peraturan Gubernur Provinsi Nanggore Aceh Darusalam Nomor 10 Tahun 2005 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Uqubat Cambuk. 112 Lihat Pasal 4 dan 8 Peraturan Gubernur Provinsi Nanggore Aceh Darusalam Nomor 10 Tahun 2005 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Uqubat Cambuk. 113 Lihat Pasal 11 dan 12 Peraturan Gubernur Provinsi Nanggore Aceh Darusalam Nomor 10 Tahun 2005 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Uqubat Cambuk. Universitas Sumatera Utara 1. Terhukum terluka akibat pencambukan dan atas pertimbangan medis, dokter memerintahkan untuk menghentikan sementara pencambukan dan mengembalikan terhukum pada keluarganya. Keluarga terhukum diharuskan memberi laporan perkembangan kesehatan secara berkala kepada jaksa dan apabila dalam waktu satu bulan terhukum atau keluarganya tidak menyampaikan laporan maka jaksa meminta kepolisian untuk menghandirkan terhukum dihadapan Jaksa; 2. Terhukum melarikan diri dari tempat pencambukan sebelum hukuman cambuk selesai dilaksanakan. Pencambukan akan dilanjutkan setelah terhukum ditangkap dan siserahkan kepada Jaksa; 3. Terhukum melarikan diri dari tempat pencambukan sebelum hukum cambuk selesai dilakukan. Rancangan Qanun Aceh tentang Kompilasi Hukum Jinayah Aceh Tahun 2008 menyatakan bahwa jaksa, hakim pengawas dan dokter yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan Kabupaten berdiri di atas atau di sekitar alas bidang berukuran minimal 3 x 3 meter selama pelaksanaan hukuman cambuk berlangsung. Pecambuk dapat membuat kuda-kuda dengan jarak antara kaki kiri dan kanan maksimal 50 centimeter dan dapat menekuk tangan serta mengayunkan cambuk ke samping atau ke belakang asalkan posisi ujung tangannya tidak lebih tinggi dari bahu. Atas permintaan Universitas Sumatera Utara terhukum atau dokter, terhukum dapat dicambuk sambil duduk bersimpah atau berdiri dengan penyangga, namun harus dalam keadaan bebas. 114 Rancangan Qanun Aceh ini menegaskan bahwa pelaksanaan hukuman cambuk tidak dapat dilaksanakan apabila hakim pengawas, dokter yang dihunjuk, petugas pencambuk atau jaksa tidak hadir di tempat dan sebelum pencambukan jaksa hanya boleh membacakan identitas terhukum, perbuatan pidana yang dilakukan dan hukuman yang dijatuhkan Mahkamah Syar’iyah yang telah mempunyai kekuatan tetap. Bagi perempuan yang sedang hamil atau menyusui pelaksanaan pencambukan dilakukan setelah melahirkan dan selesai menyapih anaknya. 115

C. Dasar Hukum Pelaksanaan Peranan Polda Aceh Dalam Penegakan Syariat