Peran Waliyatul Hisbah dalam Penegakkan Syariat Islam di Provinsi Aceh

sudah mengatur prinsip-prinsip diatas, tidak diimplementasika dalam praktik penyelenggaraan bernegara, belumlah dapat dikatakan sebagai negara yang konstitusional atau menganut paham konstitusi. Pembatasan kekuasaan negara melalui konstitusi harus dapat diimplementasikan oleh penyelenggara pemerintah, baik itu legislative, eksekutif, maupun yudikatif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehari- harinya. Polri yang merupakan salah satu bagian dari kekuasaan eksekutif memiliki kewenangan untuk menegakkan hukum dan ketertiban dalam masyarakat dan telah mendapat legitimasi secara konstitusional.

D. Peran Waliyatul Hisbah dalam Penegakkan Syariat Islam di Provinsi Aceh

Wilayatul Hisbah bersalah dari kata al-Wilayah dan al-hisbah, al-Wilayah mempunyai pengertian menguasai, mengurus, memerintah dan menolong, dengan demikian al-wilayah dapat diartikan dengan kepemimpinan atau kekuasaan. Sedangkan al-Hisbah adalah “suatu tugas keagamaan, masuk ke dalam bidang amar ma ‘ruf nahi mungkar.” 134 Wilayatul Hisbah adalah “kekuasaan kepolisian dan sampai batas tertentu peradilan ringan yang berhubungan dengan persoalan moral, peribadatan dan sopan santun pergaulan atau barangkali bisa disebut dengan Ketertiban Umum“. 135 134 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, ,Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1996 , hal. 96. 135 Al Yasa Abubakar, Bunga Rampai Pelaksanaan Syariat Islam Pendukung Qanun Pelaksanaan Syariat Islam, Banda Aceh : Dinas Syariat Islam Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, 2005, hal. 92. Universitas Sumatera Utara Konsep hisbah sebagai lembaga pengawas berakar dari ajaran agama Islam yang telah dilembagakan dalam sistem pemerintahan Islam sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Pada suatu hari Nabi melihat tumpuk gandum yang dijual oleh seorang pedagang dengan memasukkan tangannya ke dalam tumpukan gandum itu, ternyata pada bagian bawahnya lembabbasah, ketika ditanya Nabi mengapa gandum tersebut basah, ia mengatakan gandum itu tertimpa hujan, lantas Nabi mengatakan seharusnya ia meletakkannya di atas sehingga pembeli mengetahuinya. Kemudian Nabi Saw mengangkat Sa’id ibn Ash ibn Umayah untuk menjadi pengawas bagi pasar Makkah. 136 Umar ibn Al-Khaththab merupakan Khalifah yang pertama menyusun aturan hisbah, akan tetapi badan ini baru dikenal di masa Khalifah Bani Abbas, yaitu al- Mahdi 150-169 H. 137 Pada masa kekhalifahan Bani ‘Abbas terdiri dari 12 provinsi besar, dalam sebuah provinsi ditempatkan tiga amir, yaitu : amir istikhfa yang berwenang untuk mengurus dan menggaji tentara, memungut pajak, menjadi iman dan menegakkan hukum, amir istila’ yang berwenang mengurus dan menggaji tentara, wewenang mengurus keamanan dan ketertiban daerah; dan amir khassah yang bertugas menangani masalah ketentaraan. Sedangkan kekuasaan yudikatif dilaksanakan oleh empat lembaga peradilan, yakni Wilayat al-Hisbah yang bertugas menangani kasus-kasus kecil yang berkaitan dengan pelanggaran yang mengganggu ketertiban umum, Wilayat al-Qada bertugas menangani perkara-perkara umum yang berbentuk perselisihan dan Wilayat al-Mazalim yang bertugas menangani kasus-kasus 136 Lihat Al-Saqati, Fi Adab Al-Hisbah, Bairut, Dar al-Fikr al-Hadith, 1987, hal. 20. 137 Ibid ,hal. 92. Universitas Sumatera Utara penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat Negara atau keluarga khalifah yang tidak terjangkau oleh qadi hisbah atau qadi al-qada. 138 Wilayatul Hisbah merupakan badan amar ma’ruf nahi mungkar dalam melaksanakan tugasnya dapat melakukan tindakan yang menurut Al-Ghazali ada delapan tindakan yang paling ringan sampai tindakan yang paling berat, yakni : 139 1. Al-ta’arruf menasehati pelaku; 2. Al-ta’rif memberi peringatan; 3. Al-nahyu bi al-wa’zi wa al-takhwif bi Allah mengancam dengan hukuman Negara; 4. Al-sabb wa al-ta’nif menegur keras atau menghardik; 5. Al-taghyir bi al-yad menindak dengan tangan, misalnya menumpahkan minuman keras 6. Al-tahdid wa al-takhw menahanmemisahkan pelaku dari keluarga; 7. Mubasyarah al-darbi bi al-yad wa al-raju memukul dengan tangan, kaki atau pangkal senjata dengan batas tidak sampai merusak; 8. Mudafa’ah li daf’i al-mungkar mengerahkan kekuatan dan senjata untuk memerangi kemungkaran seperti memberantas komplotan mafia dan kejahatan berat lainnya. 138 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah : Konstektualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001, hal. 93. 139 Zainal Abidin Ahmad, Konsepsi Negara Bermoral Menurut Al-Ghazali, Jakarta : Bulan Bintang, 1975, hal. 246. Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan syariat Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam meliputi beberapa aspek : aqidah, ibadah, mu’amalah, akhlak, pendidikan dan dakwah islamiyahamar ma’aruf nahi mungkar, baitumal, kemasyarakatan, syiar Islam, pembelaan Islam, qadha, jinayat, munakahat dan mawaris. 140 Untuk melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksanaan syariat Islam tersebut dibentuk badan Wilayatul Hisbah. Pada tanggal 28 Januari 2004 Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mengesahkan Surat Keputusan Nomor 01 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Wilayatul Hisbah. Dalam Surat Keputusan Gubernur ini ditentukan bahwa Wilayatul Hisbah adalah lembaga yang bertugas mengawasi, membina dan melakukan advokasi terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang syariat Islam dalam rangka melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar. Dalam Bab I Ketentuan Umum, angka 11 Qanun Aceh, ditentukan bahwa Wilayatul Hisbah adalah sebagai lembaga yang mempunyai tugas untuk membina, mengawasi dan melakukan advokasi terhadap pelaksanaan amar ma’ruf nahi mungkar. Kemudian dalam Qanun Nomor 11 Tahun 2004 Tentang Tugas Kepolisian Daerah Nanggroe Acah Darussasalam menentukan bahwa Wilayatul Hisbah sebagai lembaga pembantu tugas kepolisian yang bertugas membina, melakukan advokasi, 140 Zainal Abidin Ahmad, Konsepsi Negara Bermoral Menurut Al-Ghazali, Jakarta : Bulan Bintang, 1975, hal. 246. Universitas Sumatera Utara dan mengawasi pelaksanaan amar ma’ruf nahi mungkar dan bertugas sebagai Polisi Khusus dan PPNS. Susunan organisasi Wilayatul Hisbah terdiri dari : Wilayatul Hisbah Tingkat Provinsi, Wilayatul Hisbah Tingkat KabupatenKota, Wilayatul Hisbah Tingkat Kecamatan terdiri dari ketua, wakil ketua dan sekretaris yang diangkat oleh GubernurWalikota, sedangkan untuk Tingkat Kemukimam susunan pengurusnya terdiri dari seorang dan koordinator dan beberapa orang Muhtasib yang diangkat oleh BupatiWalikota. 141 Tugas Wilayatul Hisbah diatur dalam Peraturan Daerah 5 Tahun 2000 adalah pengawasan ketentuan-ketentuan pelaksanaan syariat Islam, sementara itu fungsi dan tugas Wilayatul Hisbah yang diatur dalam Quanun 12, 13 dan 14 Tahun 2003 tugas dan fungsi Wilayatul Hisbah di samping tugas pengawasan ditambah dengan tugas pembinaan. Dalam tugas pengawasan Wilayatul Hisbah menemukan pelaku pelanggaran qanun dan menyampaikan laporan kepada penyidik, sedangkan tugas pembinaan Wilayatul Hisbah memberikan peringatan dan pembinaan terlebih dahulu sebelum menyerahkannya kepada penyidik. Peringatan dan pembinaan yang telah dilakukan oleh Wilayatul Hisbah dilaporkan kepada penyidik. Dalam melaksanakan tugas pengawasan Wilayatul Hisbah untuk menemukan pelanggaran qanun tidak dibenar mematai-matai yang dicurigai akan melakukan perbuatan. Pada suatu malam Umar bersama Abdurrahman bin Auf berjaga di Madinah. Ketika sedang berjalan terlihat olehnya ada yang menyalakan api di suatu 141 Lihat Pasal 2 dan 3 Surat Keputusan Gubernur Provinsi Nanggroe Acah Darussalam Nomor 01 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Wilayahtul Hisbah. Universitas Sumatera Utara rumah, maka keduanya bergegas menuju kesana, begitu mendekati rumah tersebut, ternyata pintunya terkunci, di dalam terdengar suara keras, maka Umar berkata sambil memegang tangan Abdurrahman, tahukah kamu, rumah siapakah ini? Abdurrahman menjawab, tidak. Umar berkata, “Ini rumah Rabi’ah bin Umayah bin Khalaf, mereka sekarang minum Khamar”. Bagaimana pendapatmu? Abdurrahman berkata, saya berpendapat, bahwa kita telah mendatangi sesuatu yang dilarang oleh Allah Swt. Sebagaimana firmannya, “Wala tajasasu” janganlah kamu memata- matai. Ibnu Abbas berkata : “Sesungguhnya Rasullulah Saw melarang kita untuk memata-matai, tetapi jika tampak dihadapan kita maka kita akan bertindak menghukumnya. 142 Dalam Surat Keputusan Gubernur Nanggroe Aceh Darrusalam Nomor 01 Tahun 2004 ditentukan tugas Wilayatul Hisbah adalah : 143 a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang syariat Islam dilakukan dengan memberitahukan kepada masyarakat tentang adanya peraturan di bidang syariat Islam dan menemukan adanya perbuatan pelanggaran terhadap ketentuan syariat Islam. b. Melakukan pembinaan dan advokasi spritual terhadap setiap orang yang berdasarkan bukti permulaan patut diduga telah melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang syariat Islam dilakukan dengan menegur, memperingati dan menasehati seseorang yang patut diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan syariat, berupaya untuk menghentikan kegiatanperbuatan yang patut diduga telah melanggar peraturan perundang- undangan di bidang syariat menyelesaikan perkara pelanggaran tersebut melalui Rapat Adat Gampong dan memberitahukan kepada pihak terkait tentang adanya dugaan telah terjadi penyalahgunaan izin penggunaan tempat atau sarana. 142 Lihat Yusuf Qardhawi, Masyarakat Berbasis Syariat Islam, Hukum, Perekonomian, Perempuan, alih Bahasa : Abbus salam Masykur, Solo : Era Intermedia, 2003, hal. 23-24. 143 Lihat Pasal 4 Surat Keputusan Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 01 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Wilayatul Hisbah. Universitas Sumatera Utara c. Pada saat tugas pembinaan mulai dilakukan Muhtasib memberitahukan hal itu kepada penyidik terdekat atau kepada KeuchikKepala Gampong dan keluarganya. d. Melimpahkan perkara pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang syariat Islam kepada penyidik. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Wilayatul Hisbah melakukan tugasnya dengan bertahap yakni : Tahap pertama : Sosialisasi dan pengawasan berlakunya peraturan perundang- undangan syaria’at; Tahap kedua : Pembinaan terhadap pelaku pelanggaran dengan menegur, menasehati, dan memperingatkan pelaku, menghentikan kegiatannya, dan menyelesaikan perkara melalui Rapat Adat Gampong; Tahap ketiga : menyerahkan si pelaku kepada penyidik tanpa pembinaan apabila pelaku bukan warga di tempat pelanggaran, apabila si pelaku warga di tempat pelanggaran pembinaan harus dilakukan oleh muhtasib tapi si pelaku mengulangi pelanggaran kembali maka muhtasib melaporkan kepada penyidik. Pembinaan yang dilakukan oleh Wilayatul Hisbah dapat dilakonkan secara langsung terhadap kelompok atau perorangan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentraman dan ketertiban masyarakat agar kembali ke arah yang sesuai dengan aqidah dan syariat. Pembinaan secara tidak langsung dapat dilakukan oleh Wilayatul Universitas Sumatera Utara Hisbah dengan menggunakan ceramah-ceramah di tempat umum, mengedarkan booklet, liflet dan buku-buku bacaan yang berkenaan dengan tata cara pergaulan yang Islami dan pembinaan melalui media elektronik dan surat kabar. Kewenangan Wilayatul Hisbah dalam lingkup kedudukan dan tugasnya sebagai lembaga pengawas pelaksana syariat diatur dalam pasal 5 Surat Keputusan Gubernur Nomor 01 Tahun 2004 : Ayat 1 : Wilayatul Hisbah mempunyai kewenangan : a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan dan perundang-undangan di bidang syariat Islam; b. Menegur, menasehati, mencegah, dan melarang setiap orang yang patut diduga telah, sedang atau akan melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang syariat. Ayat 2 : Muhtasib berwenang : a. Menerima laporan pengaduan dari masyarakat; b. Menyuruh berhenti seseorang yang patut diduga sebagai pelaku pelanggaran; c. Meminta keterangan identitas setiap orang yang patut diduga telah dan sedang melakukan pelanggaran; d. Menghentikan kegiatan yang patut di duga melanggar peraturan perundang-undangan. Ayat 3 : Dalam proses pembinaan, Muhtasib berwenang meminta bantuan kepada Keuchik dan Tuha Peut setempat. Ayat 4 : Muhtasib dalam menjalankan tugas pembinaan terhadap seseorang yang diduga melakukan pelanggaran diberi kesempatan maksimal 3 kali dalam masa tertentu. Ayat 5 : Setiap orang yang pernah mendapat pembinaan petugas Muhtasib, tetapi masih melanggar diajukan kepada penyidik. Di samping kewenangan Wilayatul Hisbah yang terdapat dalam pasal 5 Surat Keputusan Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 01 Tahun 2004, dalam Qanun Aceh ditentukan juga kewenangan Wilayatul Hisbah untuk mengajukan gugatan praperadilan kepada Mahkamah apabila laporan telah terjadi pelanggaran tidak Universitas Sumatera Utara ditindaklanjuti oleh penyidik tanpa alasan yang sah setelah jangka waktu 2 dua bulan sejak laporan diterima penyidik. 144 Muhtasib dalam melaksanakan tugasnya di lapangan sebagaimana disebutkan dalam pasal 10 ayat 1 Surat Keputusan Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, Muhtasib dikoordinir oleh pejabat Kepolisian, Muhtasib tingkat provinsi dikoordinir di bawah pejabat Polisi Polda, Muhtasib tingkat KabupatenKota dikoordinir oleh Pejabat Polres dan Muhtasib tingkat Kecamatan dikordinir oleh Dansektor. Dalam pasal 1 angka 8 Qanun Nomor 11 Tahun 2004 Tentang Tugas Fungsional Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam disebutkan bahwa; Wilayatul Hisbah adalah Lembaga pembantu tugas Kepolisian yang bertugas membina, melakukan advokasi, dan mengawasi pelaksanaan amar ma’ruf nahi mungkar dan dapat berfungsi sebagai Polsus dan PPNS. Jika dihubungkan dengan bunyi Pasal 4 Surat Keputusan Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, bahwa tugas Wilayatul Hisbah untuk melakukan pengawasan dan pembinaan, maka harus dipahami bahwa koordinasi dari pejabat kepolisian hanya dalam tugas Muthasib untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan pelaksanaan syariat Islam, dalam tugas inilah Muthabis berperan sebagai Polisi Khusus dan PPNS. Dalam pasal 3 Undang-undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002 dinyatakan bahwa : 144 Lihat Pasal 28 Qanun Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Minuman Khamar dan Sejenisnya, pasal 15 Qanun 13 Tahun 2003 Tentang Maisir Perjudian dan pasal 15 QANUN Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat Musum. Universitas Sumatera Utara Ayat 1 : Pengembangan fungsi Kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh : a. kepolisian khusus; b. penyidik pegawai negeri sipil; danatau c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa. Ayat 2 : Pengembangan fungsi Kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a, b dan c, melakukan fungsi Kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya masing- masing. Dalam penjelasan pasal 3 ayat 1 disebutkan bahwa dibantu ialah dalam lingkup fungsi Kepolisian, bersifat bantuan fungsional dan tidak bersifat struktural hierarkis. Sedangkan penjelasan ayat 2 Kepolisian Khusus ialah instansi atau badan pemerintah yang oleh atau atas kuasa undang- undang peraturan perundang-undangan diberi wewenang untuk melaksanakan fungsi kepolisian di bidang teknis masing-masing. Wewenangnya bersifat khusus dan terbatas dalam “lingkungan soal-soal” zaken gebied yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya. Contoh “kepolisian khusus” yaitu Balai Pengawasan Obat dan Makanan Ditjen POM Depkes, Polsus Kehutanan, Polsus di lingkungan imigrasi, dan lain-lain. Dari bunyi pasal tersebut di atas dapat diketahui bahwa Kepolisian Khusus adalah kekhususan bidang tugas yang didasarkan pada peraturan perundang- undangan. Wilayatul Hisbah mempunyai tugas khusus yang terbatas dalam lingkup pengawasan pelaksanaan peraturan perundang-undangan syariat Islam di Nanggroe Aceh Darussalam. Dalam pasal 32 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dinyatakan bahwa : Ayat 1 : Anggota satuan Polisi Pamong Praja dapat diangkat sebagai penyidik pegawai negeri sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Ayat 2 : Penyidikan dan penuntutan terhadap pelanggaran atas ketentuan Perda dilakukan oleh penyidik dan penuntut umum sesuai dengan perundang- undangan. Universitas Sumatera Utara Ayat 3 : Dengan Perda dapat juga ditunjuk pejabat lain yang diberi tugas untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan Perda. Sampai sekarang Muhtasib yang menjalankan tugasnya untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan syariat Islam belum diangkat sebagai pegawai negeri sipil, masih merupakan pegawai kontrak yang diangkat dengan Surat Keputusan GubernurWalikota, sementara syarat pokok menjadi penyidik pegawai negeri sipil harus pegawai negeri. Di samping syarat penyidik pegawai negeri sipil harus pegawai negeri disyaratkan juga harus diangkat oleh Menteri atas usul dari Departemen yang membawahkan pegawai negeri tersebut. Menteri sebelum melaksanakan pengangkatan terlebih dahulu mendengar pertimbangan Jaksa Agung dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia. 145 Dengan demikian Muhtasib belum memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai Polisi Khusus dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil, sebaliknya apabila polisi Wilayatul Hisbah yang telah diangkat menjadi pegawai negeri sipil atas dasar kewenangan penyelidikan dan penyidikan bertugas : 146 a. Menerima laporan atau pengaduan tentang adanya pelanggaran atas Qanun atau perundang-undangan syariat Islam; b. Melakukan tindakan pertama pada saat kejadian dan di tempat kejadian; c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka d. Menyuruh untuk tidak meninggalkan tempat setiap orang yang berada di tempat kejadian perkara yang diduga terlibat melakukan jarimah; e. Melakukan penangkapan,penahanan, penggeledahan dan penyitaan setelah berkoordinasi dengan penyidik Polisi; 145 Lihat pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. 146 Pasal 42 ayat 2 Rancangan Qanun Aceh Tentang Kompolasi Hukum Jinayat Aceh Tahun 2008. Universitas Sumatera Utara f. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; g. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; h. Mengambil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; i. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; j. Menyusun berita acara pemeriksaan di bawah koordinasi penyidik polisi untuk diteruskan kepada penuntut umum; k. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan jarimah atau dihentikan demi hukum serta memberitahukan kepada Penyidik Polisi, Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya; l. Melaksanakan tindakan lain atas perintah Penyidik Polisi. Wilayatul Hisbah dalam melaksanakan tugas pembinaan bagi pelaku yang melanggar peraturan perundang-undangan syariat dapat menyelesaikan perkara pelanggaran melalui Rapat Adat Gampong, sebagai lembaga adat yang berfungsi sebagai alat kontrol keamanan, ketentraman, kerukunan, serta ketertiban masyarakat, baik prepentif maupun represif untuk menyelesaikan masalah sosial kemasyarakatan dan bertindak sebagai penengah hakim perdamaian untuk mendamaikan sengketa yang timbul di masyarakat. Aparat hukum memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada Geuchik dan Mum Mukim untuk menyelesaikan sengketaperselisihan di Gampong. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN