Dasar Hukum Pelaksanaan Peranan Polda Aceh Dalam Penegakan Syariat

terhukum atau dokter, terhukum dapat dicambuk sambil duduk bersimpah atau berdiri dengan penyangga, namun harus dalam keadaan bebas. 114 Rancangan Qanun Aceh ini menegaskan bahwa pelaksanaan hukuman cambuk tidak dapat dilaksanakan apabila hakim pengawas, dokter yang dihunjuk, petugas pencambuk atau jaksa tidak hadir di tempat dan sebelum pencambukan jaksa hanya boleh membacakan identitas terhukum, perbuatan pidana yang dilakukan dan hukuman yang dijatuhkan Mahkamah Syar’iyah yang telah mempunyai kekuatan tetap. Bagi perempuan yang sedang hamil atau menyusui pelaksanaan pencambukan dilakukan setelah melahirkan dan selesai menyapih anaknya. 115

C. Dasar Hukum Pelaksanaan Peranan Polda Aceh Dalam Penegakan Syariat

Islam. Secara konstitusional,Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan status Polri melalui perubahan kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagaimana dimuat dalam bab XII Pasal 30 Ayat 4 Undang-Undang Dasar 1945,dapat diketahui bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara yang menjaga Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Kamtibmas, bertugas melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat serta 114 Lihat Pasal 73-78 Rancangan Qanun Aceh Tentang Kompilasi Hukum Jinayah Aceh Tahun 2008. 115 Ibid. Universitas Sumatera Utara menegakkan hukum, yang akhirnya bertujuan untuk mencapai ketertiban hukum dan ketertiban sosial. 116 Menegakkan hukum di Indonesia,khususnya di Provinsi Aceh yang sesuai tuntutan syariat Islam bukanlah pekerjaan yang mudah. 117 Diperlukan prinsip kehati- hatian dan pola penangganan yang arif bijaksana. Aceh yang memiliki hak-hak keistimewaan sebagaimana pernah diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh, dan memiliki kekhususan berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi provinsi Nanggroe Aceh Darusslam, terakhir diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh, merupakan suatu provinsi yang sangat spesifik, 118 sehingga dituntut adanya keselarasan dan keseimbangan dalam mewujudkan Kamtibmas di daerah ini. Hal tersebut disebabkan karena .karakteristik daerah yang memiliki ciri-ciri khusus dan tingkat kerawanan Kamtibmas yang masih cukup tinggi di daerah ini. 119 Pelaksanaan syariat islam sendiri telah memiliki landasan hukum yang kuat,yaitu dengan disahkannya Qanun Nomor 11 Tahun 2002 tentang pelaksanaan syariat Islam Bidang Aqidah, ibadah, dan syiar Islam. Pengertian syariat Islam sendiri diatur dalam Pasal 1 angka 6 Qanun Nomor 11 Tahun 2002, yang 116 Bambang Meliala, Op. Cit, hal. 173. 117 Adrianus Meliala, Mungkinkah Mewujudkan polisi yang bersih? Jakarta : Partnership, 2005, hal. 176. 118 Al Yasa’ Abubakar, Syariat Islam Di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Paradigma, Kebijakan dan Kegiatan, Banda Aceh : Dinas Syariat Islam Provinsi NAD, 2005, hal. 41-44. 119 Hardi, Daerah Istimewa Aceh, Latar Belakang Politik dan Masa Depannya, Jakarta : PT Cita Panca Serangkai, 1993, hal. 144. Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa : “Syariat Islam adalah ajaran Islam menurut Ahlulsunah wal Jama’ah.Untuk dapat terselenggaranya syariat Islam di bidang aqiqah, ibadah, dan syiar Islam dibentuk Wilayatul Hisbah yang berwenang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan syariat Islam Dalam melakukan penegakan hukum dan penegakan syariat Islam, Polda mengacu pada pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia mengatur mengenai fungsi Polri, yang menyatakan bahwa : ”Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat”. Dasar hukum lainnya yang mengatur fungsi, tugas, dan kewenangan Polda NAD dalam penegakan syariat Islam diatur dalam Pasal 133 UUPA,yang menyatakan bahwa:”Tugas penyelidikan untuk penegakan syariat Islam yang menjadi kewenangan Mahkamah Syar’iyah sepanjang mengenai jinayah dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia dan penyidik pegawai Negeri Sipil” dan Pasal 204 ayat 2 UUPA, yang menyatakan bahwa : ”Kepolisian di Aceh bertugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh peraturan perundang- undangan”. Universitas Sumatera Utara Sejalan dengan pasal-pasal sebagaimana yang disebutkan di atas, maka tugas Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam adalah sebagai berikut : 120 1. Sesuai dengan Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep7I2005 tanggal 31 Januari 2005 tentang Perubahan atas Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep54X2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-Satuan Organisasi pada tingkat Polda, adalah : Menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum dan pemberian perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta tugas-tugas Polri lain dalam daerah hukumnya, sesuai ketentuan hukum dan peraturankebijakan yang berlaku dalam organisasi Polri 2. Sebagai penjabaran tugasnya Polda NAD menyelenggarakan tugasfungsi sebagai berikut : a. Pemberian pelayanan kepolisian kepada warga masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk penerimaan dan penanganan laporanpengaduan dan permintaan bantuanpertolongan, pelayanan surat- surat ijinketerangan sesuai ketentuan hukum dan peraturankebijakan yang berlaku dalam organisasi Polri. b. Menyelengggarakan kegiatan intelijen dalam bidang keamanan, termasuk persandian, baik sebagai bagian dari kegiatan satuan-satuan atas maupun sebagai bahan masukan penyusunan rencana kegiatan operasional Polda NAD dalam rangka pencegahan gangguan dan pemeliharaan keamanan dalam negeri. c. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dalam rangka penegakan hukum. d. Kesamaptaan kepolisian, yang meliputi kegiatan patroli yang mencakup turjawali dalam rangka pencegahan kejahatan dan pemeliharaan kamtibmas. e. Lalu lintas Kepolisian yang meliputi pengaturan lalu lintas serta registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dalam rangka penegakan hukum, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. f. Kepolisian Perairan yang meliputi kegiatan patroli perairan dan pembinaan masyarakat pantai dalam rangka pencegahan kejahatan dan pemeliharan keamanan di wilayah perairan. g. Bimbingan masyarakat yang meliputi penyuluhan dan pembinaanpengembangan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan perundang-undangan Law Abiding Citizenship. 120 Blue Print Kepolisian NAD 2008, Kepolisian Daerah NAD, 2008, hal. 17. Universitas Sumatera Utara h. Pembinaan kemitraan yang meliputi kerjasama dengan dengan OrganisasiLSMTokoh agamamasyarakat dan Instansi Pemerintah Daerah dalam konteks Otonomi Khusus NAD serta pembinaan teknis, koordinasi dan pengawasan Kepolisian Khusus dan PPNS. Berdasarkan Surat Keputusan Kapolda NAD No. Pol : Skep01I2006 tentang Rencana Kerja Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun Anggaran 2006, telah ditetapkan kebijakan Polda NAD, yaitu : 121 a. Meningkatkan kualitas pelayanan Polda NAD dengan membuka ruang publik guna b. penyampaian aspirasi masyarakat dan meninmgkatkan kecepatan bergerak tanggapanaksi dengan mengaktifkan nomor-nomor panggilan polisi serta melalui penerimaan SMS. c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas personil baik melalui rekruitmen, pendidikan pembentukan, pendidikan kejuruan, pelatihan-pelatihan dan penataran guna memperoleh hasil didik yang diharapkan. d. Meningkatkan pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana serta Matfasjas guna memperpanjang usia pakai. e. Memprioritaskan pembangunan rumah dinas dan barak siaga Polres persiapan. f. Menyelenggarakan operasi kepolisian pada tingkat kewilayahan secara selektif berdasarkan pertimbangan situasi keamanan yang terjadi. g. Penanggulangan kejahatan konvensional, kejahatan trans nasional terhadap kekayaan negara dan kejahatan berimplikasi kontijensi. h. Mengembangkan perpolisian masyarakat community policing diutamakan pada Polres-polres yang dianggap rawan. i. Meningkatkan pelaksanaan pengawasan internal dengan menindaklanjuti permasalahan serta laporan yang diberikan oleh masyarakat. Menurut Friedrich Julius, 122 suatu negara hukum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1 Negara hukum itu tidak hanya negara yang mempertahankan tata hukum semata; 121 Ibid, hal. 18. 122 Notohamidjojo, O, Makna Negara Hukum, Jakarta : Penerbit Kristen, 1967, hal. 24. Universitas Sumatera Utara 2 Negara hukum itu bukan hanya melindungi hak-hak asasi manusia secara statis; 3 Negara hukum mempunyai cara dan watak yang dinamis, yang mengatur jalan dan batas-batas kegiatannya; 4 Dinamika dan kegiatan dari negara hukum mengarah kepada tujuan tertentu, yaitu menetapkan secermat-cermatnya dan menjamin sekuat-kuatnya lingkungan kebebasan warga negara menurut cara hukum; dan 5 Tugas kesusilaan negara hukum tidak boleh bersifat campur tangan secara etika, secara akhlak dalam suasana hak dan kebabasan warga negara. International Commission of Jurist dalam kongres keduanya di Bangkok pada tahun 1965 telah berhasil merumuskan The dynamic aspects of the Rule of Law in the modern age, yang pada intinya menyatakan bahwa syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintah yang demokratis di bawah Rule of Law adalah sebagai berikut : 123 1 Adanya proteksi konstitusional; 2 Adanya beban peradilan yang tidak memihak; 3 Adanya pemilihan umum yang bebas; 4 Adanya kebebasan untuk menyatakan pendapat; 5 Adanya kebebasan untuk berserikat dan beroposisi, dan 123 Mahfud, Moh, MD., Hukum dan Pilar-pilar Demokrasi, Yogyakarta : Gama Media, 1999, hal. 27. Universitas Sumatera Utara 6 Adanya pendidikan kewarganegaraan. Adanya perincian syarat-syarat pemerintahan yang demokratis di atas, jelas bahwa ada pengakuan tentang perlunya perluasan tugas eksekutif agar menjadi lebih aktif, bukan lagi bersikap sebagai nachwachterstaat. Pemerintah dalam negara hukum modern yang juga dikenal sebagai welfare state diberi tugas membangun kesejahteraan umum dalam berbagai lapangan bertuurzorg dengan konsekuensi pemberian kemerdekaan kepada administrasi negara dalam menjalankannya. Pemerintah dalam rangka bestuurzorg ini diberikan kemerdekaan untuk bertindak atas inisiatifnya sendiri, tidak hanya bertindak atas inisiatif parlemen. Itulah sebabnya kepada pemerintah diberikan Fries Ermessen atau Pouvoir Discretionnaire, 124 yaitu kemerdekaan yang dimiliki oleh pemerintah untuk turut serta dalam kehidupan sosial dan keleluasaan untuk selalu terikat pada produk legislasi parlemen wakil rakyat. 125 Sri Soemanti M, 126 mengemukakan bahwa unsur-unsur terpenting dalam negara hukum ada empat, yaitu : 1 Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya berdasar atas hukum atau peraturan perundang-undangan; 2 Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia warga negara; 3 Adanya pembagian kekuasaan dalam negara; dan 4 Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan rechterlijke controle. 124 Freies ermessen adalah istilah hukum Jerman, sedangkan Pouvoir discretionnaire adalah istilah hukum Peracis 125 Utrecht, E, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Bandung : FMPM Unpad, 1960, hal. 21. Universitas Sumatera Utara Dalam suatu negara hukum perlu ditegakkan hukum tanpa pandang bulu. Untuk menegakkan hukum diperlukan adanya aparat penegak hukum, salah satunya adalah polisi. Polisi secara yuridis, dapat mengambil alih tugasfungsi negara sebagai pemelihara ketertiban dan penegak hukum. Rakyat tidak boleh bertindak sendiri dan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum. Negara kesejahteraan yang merupakan pengembangan dari ide negara hukum, yang oleh Kant dimanfaatkan sekedar untuk menegakkan keamanan dan ketertiban dimasyarakat rust en orde. Tidak heran jika ide Kant yang dikenal dengan nama negara penjaga malam nachtwakerstaat, yang dalam mencapai kesejahteraan diserahkan kepada warga masing-masing sesuai dengan prinsip liberalisme sempit dengan persaingan bebasnya. Menurut Soekanto, 127 suatu negara yang menganut konsepsi negara kesejahteraan welfare state social service memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1 Pemisahan kekuasaan berdasarkan Trias Politica dipandang tidak prinsipil lagi. Pertimbangan efisiensi kerja lebih dipentingkan daripada pertimbangan dari sudut politis, sehingga perasaan organ-organ eksekutif lebih penting daripada organ legislatif; 2 Peranan negara tidak hanya terbatas pada menjaga keamanan dan ketertiban belaka, akan tetapi perlu adanya upaya aktif negara di dalam 126 Sri Soemantri M, Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia, Bandung : Alumni, 1992, hal. 29-30. 127 Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka Pembangunan di Indonesia, Jakarta : Universitas Indonesia, 1976, hal. 54. Universitas Sumatera Utara penyelenggaraan kepentingan masyarakat di bidang-bidang sosial, ekonomi dan budaya, sehingga perencanaan merupakan sarana yang penting; 3 Negara kesejahteraan welfare statesocial service merupakan negara hukum materiil yang mementingkan keadilan sosial material dan bukan persamaan yang bersifat formal semata-mata; 4 Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, maka didalam suatu negara kesejahteraan, hak milik tidak lagi dianggap sebagai hak mutlak, akan tetapi hak tersebut dipandang mempunyai fungsi sosial yang berarti adanya batas di dalam kebebasan penggunaannya; dan 5 Terdapat kecenderungan bahwa peranan hukum publik semakin penting dan semakin mendesak peranan hukum perdata. Hal ini disebabkan oleh semakin luasnya peranan negara didalam kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya. Konsepsi negara kesejahteraan yang telah disebutkan di atas memberikan tanggung jawab yang tidak ringan kepada negara untuk dapat melaksanakannya. Disamping adanya kewajiban negar untuk dapat menegakkan hukum dan menjaga keamanan dan ketertiban, negara juga harus berperan aktif dalam mewujudkan kesejahteraan dalam bidang ekonomi , keadilan sosial, dan budaya. Terwujudnya kesejahteraan rakyat merupakan tugas pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Salah satu syarat terlaksananya pembangunan adalah keadaan aman dan tertib adanya stabilitas keamanan. Mewujudkan stabilitas keamanan merupakan Universitas Sumatera Utara fungsi lainnya yang diemban oleh pemerintah, yang didelegasikan kepada alat negara, yang dalam hal ini adalah polisi. Konsep negara kesejahteraan secara tegas disebutkan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan bahwa : “…untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…” Berdasarkan rumusan konsep negara kesejahteraan di atas, dapat disimpulkan bahwa cita-cita Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI adalah : 1 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia 2 Memajukan kesejahteraan umum; 3 Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan 4 Ikut melaksanakan ketertiban dunia. Untuk mewujudkan cita-cita melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia harus diadakan lembaga khusus pemerintah yang bertugas melindungi masyarakat. Lembaga khusus pemerintah tersebut adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia Polri. Sebagai alat negara penegak hukum dan ketertiban masyarakat law and order. Polri bertanggung jawab penuh atas keadaan aman dan tertib. Segala bentuk ancaman yang dating dari dalam negeri yang dapat Universitas Sumatera Utara membahayakan kelangsungan pembangunan merupakan tugas Polri untuk menangkalnya. Polri berfungsi sebagai tulang punggung pembangunan dalam negara kesejahteraan. Dalam kontes negara kesejahteraan itu pula eksistensi,peranan,dan fungsi Polri harus dibatasi dalam suatu konstitusi. Secara etimologi antara kata “konstitusi”, “konstitusional”, dan konstitusionalisme” ini maknanya sama. Akan tetapi,penggunaan atau penerapan katanya berbeda. Konstitusi adalah segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan undang-undang dasar suatu negara. Dengan kata lain, segala tindakan atau perilaku yang tidak didasarkan atau menyimpangi konstitusi, berarti tindakan tersebut adalah tidak konstitusional inkonstitusional. Berbeda halnya dengan konstitusionalisme, yaitu suatu mengenai pembatasan kekuasaan dan jaminan hak- hak rakyat melalui konstitusi. Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis ‘constituer” yang berarti membentuk. Pemakaian 128 istilah konstitusi yang dimaksudkan adalah pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara, 129 sedangkan istilah undang-undang dasar merupakan terjemahan dari bahasa Belanda “Grondwer”. Perkataan “wet” diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti undang-undang, dan “ground” berarti tanah atau dasar. Jadi dalam bahasa Indonesia,”Grondwet” diterjemahkan undang-undang dasar. 128 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta : Balai Pustaka, 1991, hal. 521. 129 Wirjono Projodikoro, Asas-asas Hukum Tata Negara di Indonesia, Jakarta : Dian Rakyat, 1989, hal. 10. Universitas Sumatera Utara Di negara-negara yang mempergunakan bahasa Inggris sebagai bahasa naionalnya menggunakan istilah “constitution”, yang dalam bahasa Indonesianya disebut konstitusi. Dalam Praktiknya,pengertian konstitusi dapat berarti lebih luas daripada pengertian undang-undang dasar,tetapi ada juga yang menyamakan dengan pengertian undang-undang dasar. Pada prinsipnya, diadakannya konstitusi adalah bertujuan untuk membatasi tindakan pemerintah yang sewenang-wenang, untuk menjamin hak-hak yang diperintah, dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Menurut Soetoprawiro, 130 setiap konstitusi senantiasa mempunyai dua tujuan : 1 Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik, 2 Untuk membebaskan kekuasaan dari konrol mutlak para penguasa, serta menetapkan bagi para penguasa tersebut batas-batas kekuasaan mereka. 131 Keberadaan konstitusi untuk membatasi kekuasaan dalam negara dapat dilihat dari muatan konstitusi yang menurut Sri Soemantri sedikitnya mempunyai tiga materi muatan, yaitu : 1 Adanya jaminan terhadap hak asasi manusia; 2 Ditetapkannnya susunan ketatanegaraan suatu negara yang mendasar; dan 3 Adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang mendasar. 130 Wirjono Projodikoro, Asas-asas Hukum Tata Negara di Indonesia, Jakarta : Dian Rakyat, 1989, hal. 10. Universitas Sumatera Utara Menurut Miriam Budiardjo, 132 setiap Undang-undang Dasar memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1 Organisasi negara,misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislative, eksekutif dan yudikatif; pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian; prosedur menyelesaikan masalah pelanggaran yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah dan sebagainya; 2 Hak-hak asasi manusia; 3 Prosedur mengubah undang-undang dasar; dan 4 Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari undang- undang dasar. Dalam lieratur hukum dan tata negara maupun ilmu politik kajian tentang lingkup paham konstitusi konstitusionalisme terdiri atas : 133 1 Anatomi kekuasaan kekuasaan politik tunduk pada hukum; 2 Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia; 3 Peradilan yang bebas dan mandiri; dan 4 Pertanggungjawaban kepada rakyat akuntabilitas public sebagai sendi utama dari asas kedaulatan rakyat. Keempat prinsip tersebut merupakan simbol bagi suatu pemerintahan yang konstitusional. Akan tetapi, suatu pemerintahan negara meskipun konstitusinya 131 Sri Soemantri M, Susunan Ketatanegaraan Menurut UUD 1945 dalam Ketatanegaraan Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia, Jakarta : Sinar Harapan, 1993, hal. 29. 132 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia, 1991, hal. 101. 133 Dahlan Thaib, dkk, Teori dan Hukum Konstitusi, edisi revisi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 34. Universitas Sumatera Utara sudah mengatur prinsip-prinsip diatas, tidak diimplementasika dalam praktik penyelenggaraan bernegara, belumlah dapat dikatakan sebagai negara yang konstitusional atau menganut paham konstitusi. Pembatasan kekuasaan negara melalui konstitusi harus dapat diimplementasikan oleh penyelenggara pemerintah, baik itu legislative, eksekutif, maupun yudikatif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehari- harinya. Polri yang merupakan salah satu bagian dari kekuasaan eksekutif memiliki kewenangan untuk menegakkan hukum dan ketertiban dalam masyarakat dan telah mendapat legitimasi secara konstitusional.

D. Peran Waliyatul Hisbah dalam Penegakkan Syariat Islam di Provinsi Aceh