Optimasi Perencanaan Produksi Dengan Goal Programming Di Pt. Agri First Indonesia
OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN
GOAL
PROGRAMMING
DI PT. AGRI FIRST INDONESIA
T U G A S S A R J A N A
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri
Oleh
NADIA COMENECI NIM : 100403086
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
(2)
OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN
GOAL
PROGRAMMING
DI PT. AGRI FIRST INDONESIA
T U G A S S A R J A N A
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri
Oleh
NADIA COMENECI
NIM : 100403086
Disetujui Oleh :
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
(3)
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini.
Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi Reguler Strata Satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Judul untuk tugas sarjana ini adalah “Optimasi Perencanaan Produksi dengan Goal Programming di PT. Agri First Indonesia”.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Penulis juga mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Laporan tugas sarjana ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, jurusan teknik industri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembaca lainnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS MEDAN, MARET 2015
(5)
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam melaksanakan Tugas Sarjana sampai dengan selesainya laporan ini, banyak pihak yang telah membantu, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang tua, yaitu Ayah Jakup Perangin-angin dan Ibu Wenzana yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moril maupun materil sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari tidak dapat membalas segala kebaikan dan kasih sayang dari keduanya, oleh karena itu izinkanlah penulis memberikan karya ini sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Ayah dan Ibu.
2. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan
3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Koordinator Tugas Sarjana yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan-arahan yang mendukung ketuntasan penyelesaian laporan Tugas Sarjana ini.
4. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan ilmunya serta memberikan motivasi untuk penulis dalam penyelesaian laporan Tugas Sarjana ini.
5. Ibu Rahmi M. Sari, ST, MM(T) selaku Dosen Pembimbing II Tugas Sarjana yang juga telah membimbing dan mengajarkan ilmunya untuk penulis dalam penyelesaian laporan Tugas Sarjana ini.
6. Pimpinan serta seluruh staf dan karyawan PT. Agri First Indonesia yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian.
(6)
7. Seluruh staf dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang banyak memberikan dukungan kepada penulis.
8. Adik-adikku yang membantu dan mendukung agar selesainya laporan ini. 9. Rekan seperjuangan penyelesaian tugas akhir di PT. Agri First Indonesia,
Saryanta Lumbantoruan dan Gavrillo Jose yang telah memberikan bantuan yang cukup besar dalam pengumpulan data perusahaan dan proses pengerjaan laporan tugas akhir ini.
10. Teman dekat dan kakak penulis, Dewi Sukma Nasution dan Larissa Astya Panggabean yang telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam mengerjakan laporan ini.
11.Seluruh rekan-rekan angkatan 2010 (TITEN) Teknik Industri FT. USU yang terus memotivasi penulis dalam penyelesaian laporan ini.
12. Rekan-rekan asisten di Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja, Marce, Joseph, Adra, Willy, Aziz, Reza, Loli, Poppy, Rama, Holongan, Marina, Tri, Erin, Jennifer, Andi, Ryan, Savudan, dan Sarmida yang telah banyak memberikan dukungan dan masukan yang baik terhadap laporan ini.
Medan, Maret 2015
(7)
ABSTRAK
PT. Agri First Indonesia adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi 10 jenis tepung terigu dengan berbagai komposisi gandum yang berbeda-beda. Jenis tepung terigu yang diproduksi oleh PT. Agri First Indonesia yaitu AFI emas, AFI Hitam, AFI Coklat, AFI Biru, AFI Kuning, AFI Merah, AFI Orange, Armada Biru, Armada Orange dan Armada Merah. Dalam proses perencanaan produksinya, PT. Agri First Indonesia sering mengalami ketidakmampuan dalam memenuhi permintaan konsumen, beberapa produk mengalami kelebihan produksi dan beberapa produk kekurangan stock disaat permintaan sedang meningkat. Hal ini menyebabkan tujuan dari perencanaan produksi seringkali tidak tercapai sehingga diperlukan perencanaan produksi yang optimal. Metode
goal programming digunakan untuk mengoptimalkan perencanan produksi dengan beberapa sasaran. Optimasi perencanaan produksi pada penelitian memiliki beberapa sasaran yaitu memaksimalkan volume produksi dan memaksimalkan keuntungan perusahaan dengan kendala pemakaian bahan baku dan ketersediaan jam kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sasaran untuk memaksimalkan volume produksi tercapai bahkan berlebih sebesar 456 bag untuk produk AFI Hitam pada minggu 20-26 Maret 2015, sasaran untuk memaksimalkan keuntungan tercapai bahkan berlebih sebesar Rp. 8.208.000 pada minggu 20-26 Maret 2015. Kendala pemakaian bahan baku tercapai, dan kendala pemakaian jam kerja tidak tercapai untuk minggu 20-26 Maret 2015 sebesar 21 menit. Perbandingan hasil perencanaan produksi metode goal programming
dengan perencanaan produksi aktual perusahaan pada bulan Januari 2015 menunjukkan bahwa rencana produksi metode goal programming memberikan hasil yang optimal dibandingkan dengan rencana produksi perusahaan.
(8)
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
I PENDAHULUAN ... I-1
1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-6 1.3. Tujuan dan Manfaat ... I-7 1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-7 1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-8
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1
2.1. Sejarah Perusahaaan PT. Agri First Indonesia ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2
(9)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
2.3. Lokasi Perusahaan ... II-4 2.4. Daerah Pemasaran ... II-4 2.5. Organisasi dan Manajemen ... II-4 2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-4 2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-7 2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-7 2.5.3.1. Jumlah Tenaga Kerja ... II-7 2.5.3.2. Jam Kerja ... II-7 2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-8 2.6. Proses Produksi ... II-9 2.6.1. Bahan yang Digunakan ... II-9 2.6.1.1. Bahan Baku ... II-9 2.6.1.2. Bahan Tambahan ... II-10 2.6.1.3. Bahan Penolong ... II-10 2.6.2. Uraian Proses Produksi ... II-11 2.7. Mesin dan Peralatan ... II-19 2.8. Utilitas ... ... II-25 2.10. Safety and Fire Protection ... II-25 2.11. Pengolahan Limbah ... II-25
(10)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
III LANDASAN TEORI ... III-1
3.1. Perencanaan Produksi ... III-1 3.2. Optimasi Produksi ... III-2 3.3. Peramalan ... III-3 3.3.1. Konsep Dasar dan Pengertian Peramalan ... III-3 3.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan
Teknik Peramalan ... III-3
3.3.3. Teknik Peramalan ... III-6 3.3.4. Kriteria Performamce Peramalan ... III-15 3.3.5. Proses Verifikasi ... III-16
3.4. Goal Programming ... III-18 3.4.1. Kendala Sasaran ... III-18 3.4.2. Bentuk Umum Goal Programming ... III-19
3.4.3. Langkah-langkah Goal Programming ... III-20 3.4.4. Metode Pemecahan Masalah Goal Programming . III-21
IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1
(11)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Kerangka Berpikir Penelitian ... IV-3 4.6. Pengumpulan Data ... IV-3 4.7. Pengolahan Data ... IV-4 4.8. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-5
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1
5.1. Pengumpulan Data ... V-1
5.1.1. Data Penjualan Produk Tepung Terigu dari Juni
2014 sampai dengan Desember 2014 ... V-1 5.1.2. Data Harga Pokok dan Harga Penjualan ... V-1 5.1.3. Data Waktu Penyelesaian Produk dan Ketersediaan
Jam Kerja ... V-4 5.1.4. Data Pemakaian dan Ketersediaan Bahan Baku .... V-6 5.2. Pengolahan Data ... V-8
5.2.1. Meramalkan Permintaan untuk Setiap Produk dari
Juni 2014 sampai dengan Desember 2014 ... V-8 5.2.2. Formulasi Fungsi Optimasi Perencanaan Produksi
dengan Goal Programming ... V-27 5.2.2.1. Variabel Keputusan Goal Programming V-27
(12)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
5.2.2.2. Fungsi Kendala Goal Programming ... V-28 5.2.2.3. Memformulasikan Fungsi Sasaran ... V-33
5.2.2.4.Memformulasikan Fungsi Pencapaian
Untuk Goal Programming ... V-38 5.2.2.5.Penyelesaian Fungsi Pencapaian Goal
Programming ... V-52
VI ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH... VI-1
6.1. Analisis Hasil Perencanaan Produksi dengan Goal
Programming ... VI-1 6.1.1. Analisis Pencapaian Sasaran Memaksimalkan
Volume Produksi dan Keuntungan ... VI-1 6.1.2. Analisis Kendala Pemakaian Jam Kerja dan
Bahan Baku ... VI-2 6.1.3. Analisis Variabel Deviasi ... VI-3 6.2. Analisis Perbandingan Perencanaan Produksi dengan
Goal Programming dan Perencanaan Produksi Aktual
(13)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1
7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-1
(14)
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1.1. Jumlah Permintaan, Produksi dan Persediaan Produk
Tepung Terigu Periode 5-11 Desember 2014 ... I-3 2.1. Aplikasi dan Spesifikasi Produk PT. Agri First Indonesia II-3 2.2. Jumlah Tenaga Kerja PT. Agri First Indonesia ... II-7 2.3. Jam Kerja Karyawan Bagian Administrasi ... II-8 2.4. Jam Kerja Karyawan Bagian Produksi... II-8 2.5. Jenis Gandum yang Digunakan PT. Agri First Indonesia . II-9 2.6. Komposisi Produk Tepung Terigu PT. Agri First
Indonesia ... II-17 2.7. Mesin dan Peralatan Produksi di PT. Agri First Indonesia II-20 2.8. Jenis-jenis Silo/ Bin di PT. Agri First Indonesia ... II-9 5.1. Data Penjualan Produk Tepung Terigu PT. Agri First
Indonesia ... V-2 5.2. Data Harga Produk Tepung Terigu PT. Agri First
Indonesia ... V-4 5.3. Data Kecepatan Produksi dengan Kapasitas 1 Ton ... V-5 5.4. Jam Kerja yang Tersedia untuk Januari s/d Maret 2015 ... V-6 5.5. Komposisi Pemakaian Bahan Baku dalam 1 Ton Tepung
Terigu ... V-7 5.6. Data Ketersediaan Bahan Baku Gandum Setiap Minggu . V-7
(15)
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.7. Perhitungan Parameter dan Error Peramalan dengan
Double Exponential Smoothing Satu Parameter Brown ... V-17 5.8. Perhitungan Parameter dan Error Peramalan dengan
Double Exponential Smoothing Dua Parameter Holt ... V-19 5.9. Peramalan Permintaan AFI Hitam dengan Double
Exponential Smoothing Metode Holt ... V-21 5.10. Verifikasi Peramalan AFI Hitam... V-22 5.11. Rekapitulasi Perhitungan Parameter dan Error Metode
Brown ... V-24 5.12. Rekapitulasi Perhitungan Parameter dan Error Metode
Holt ... V-24 5.13. Rekapitulasi Hasil Peramalan Produk PT. Agri First
Indonesia dengan Metode Holt ... V-25 5.14. Rekapitulasi Hasil Peramalan Produk PT. Agri First
Indonesia ... V-27 5.15. Waktu Produksi per Bag ... V-29 5.16. Komposisi Pemakaian Bahan Baku untuk 1 Bag (@25 Kg) V-30 5.17. Proyeksi Keuntungan Penjuualan Produk TepungTerigu.. V-36 5.18. Formulasi Perencanaan Produksi Tiap Minggu ... V-40
(16)
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.19. Hasil Perencanaan Produk Tepung Terigu dengan Goal
Programming... ... V-57 5.20. Hasil Perencanaan Keuntungan dan Jam Kerja Produksi
Optimal ... V-58 5.21. Hasil Perencanaan Penggunaan Bahan Baku Gandum
Optimal ... V-61 6.1. Variabel Deviasional ... VI-4 6.2. Perbandingan Perencanaan Produksi Minggu 2-8 Januari
dan 9-15 Januari 2015 ... VI-7 6.3. Perbandingan Perencanaan Produksi Minggu 16-22 Januari
(17)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi PT. Agri First Indonesia ... II-6 2.2. Struktur Gandum ... II-15 3.1. Moving Range Chart ... III-17 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian ... IV-3 4.2. Langkah-langkah Proses Penelitian ... IV-6 5.1. Diagram Pencar Permintaan AFI Hitam Selama Juni 2014-
Desember 2014 ... V-9 5.2. Moving Range Chart Peramalan Permintaan Produk AFI
Hitam ... V-23 5.3. Grafik Jumlah Permintaan Produk AFI Kuning ... V-26 5.4. Formulasi Input Data pada Software LINDO ... V-52 5.5. Penyelesaian Masalah pada Software LINDO ... V-53 5.6. Output Penyelesaian Software LINDO ... V-53
(18)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab PT. Agri First
Indonesia ... L-1 2. Digram Pencar dan Perhitungan Parameter dan Error
Peramalan Setiap Produk ... L-2 3. Hasil Penyelesaian Perencanaan Produksi dengan Goal
Programming Menggunakan Software LINDO ... L-3 4. Tugas Permohonan Tugas Sarjana Halaman 1 ... L-4 5. Tugas Permohonan Tugas Sarjana Halaman 2 ... L-5 6. Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana di PT. Agri
First Indonesia ... L-6 7. Surat Balasan Penerimaan Riset Tugas Sarjana di PT.
Agri First Indonesia ... L-7 8. Surat Keputusan Tugas Sarjana Mahasiswa... L-8
(19)
ABSTRAK
PT. Agri First Indonesia adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi 10 jenis tepung terigu dengan berbagai komposisi gandum yang berbeda-beda. Jenis tepung terigu yang diproduksi oleh PT. Agri First Indonesia yaitu AFI emas, AFI Hitam, AFI Coklat, AFI Biru, AFI Kuning, AFI Merah, AFI Orange, Armada Biru, Armada Orange dan Armada Merah. Dalam proses perencanaan produksinya, PT. Agri First Indonesia sering mengalami ketidakmampuan dalam memenuhi permintaan konsumen, beberapa produk mengalami kelebihan produksi dan beberapa produk kekurangan stock disaat permintaan sedang meningkat. Hal ini menyebabkan tujuan dari perencanaan produksi seringkali tidak tercapai sehingga diperlukan perencanaan produksi yang optimal. Metode
goal programming digunakan untuk mengoptimalkan perencanan produksi dengan beberapa sasaran. Optimasi perencanaan produksi pada penelitian memiliki beberapa sasaran yaitu memaksimalkan volume produksi dan memaksimalkan keuntungan perusahaan dengan kendala pemakaian bahan baku dan ketersediaan jam kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sasaran untuk memaksimalkan volume produksi tercapai bahkan berlebih sebesar 456 bag untuk produk AFI Hitam pada minggu 20-26 Maret 2015, sasaran untuk memaksimalkan keuntungan tercapai bahkan berlebih sebesar Rp. 8.208.000 pada minggu 20-26 Maret 2015. Kendala pemakaian bahan baku tercapai, dan kendala pemakaian jam kerja tidak tercapai untuk minggu 20-26 Maret 2015 sebesar 21 menit. Perbandingan hasil perencanaan produksi metode goal programming
dengan perencanaan produksi aktual perusahaan pada bulan Januari 2015 menunjukkan bahwa rencana produksi metode goal programming memberikan hasil yang optimal dibandingkan dengan rencana produksi perusahaan.
(20)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perencanaan produksi adalah suatu kegiatan yang berkenaan dengan penentuan apa yang harus diproduksi, berapa banyak diproduksi dan sumber daya apa yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan. Perencanaan produksi bertujuan untuk menyusun suatu rencana produksi untuk memenuhi permintaan pada waktu yang tepat dengan menggunakan sumber-sumber atau alternatif-alternatif yang tersedia dengan biaya yang minimum untuk keseluruhan produk. Jumlah produksi yang terlalu banyak atau terlalu sedikit tidak menguntungkan perusahaan, untuk itu diperlukan perencanaan produksi yang optimum dengan memperhitungkan data historis permintaan serta kemampuan dan keterbatasan sumber daya perusahaan agar diperoleh biaya yang minimum sehingga dapat memaksimalkan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan.
PT. Agri First Indonesia Medan merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan tepung terigu dengan satuan bag yang berisi 25 kg. Perusahaan ini memproduksi sepuluh jenis tepung terigu yang dibagi berdasarkan kegunaannya yaitu AFI Emas, AFI Hitam, AFI Coklat, AFI Biru, AFI Kuning, AFI Merah, AFI Orange, Armada Biru, Armada Orange dan Armada Merah. Selain tepung terigu PT. Agri First Indonesia juga menghasilkan tepung pakan
(21)
ternak sebagai hasil sampingan pengolahan tepung terigu. Tepung terigu yang dihasilkan disalurkan kepada konsumen dalam dan luar negeri.
Proses perencanaan produksi pada PT. Agri First Indonesia dilakukan setiap minggu, dimulai dari peramalan permintaan yang dilakukan oleh departemen marketing. Ramalan permintaan kemudian dibawa ke rapat PPIC yang dilakukan pada hari jumat, yang diikuti oleh general manager, manager warehouse, marketing dan produksi. Setelah didapatkan keputusan akhir jumlah permintaan pada minggu yang akan datang, maka manager produksi akan melihat jumlah minimal stock required in warehouse dan stock agri. Setelah itu barulah
manager produksi menyusun weekly production planning yang berisi jumlah dan jenis produk yang harus diproduksi dalam satu minggu.
Dalam produksinya, PT. Agri First Indonesia sering mengalami ketidakmampuan dalam memenuhi permintaan konsumen, beberapa produk mengalami kelebihan produksi dan beberapa produk kehabisan stock disaat permintaan sedang meningkat. Ketidaksesuaian jumlah permintaan dan jumlah produksi selalu berubah-ubah setiap minggunya karena permintaan yang selalu bervariasi tetapi peramalan perusahaan cendrung tetap. Data mengenai ketidaksesuaian produksi dan permintaan untuk minggu 5-11 Desember 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
(22)
Tabel. 1.1 Jumlah Permintaan, Produksi dan Persediaan Produk Tepung Terigu Periode 5-11 Desember 2014
Jenis Produk
Marketing Forecast
(Bag)
Min. Stock Warehouse
(Bag)
Stock Agri (Bag)
Produksi (Bag)
Permintaan (Bag)
Selisih (Bag)
AFI Hitam 5000 4000 -3281 8281 3281 1719
AFI Orange 300 500 451 0 425 26
AFI Cokelat 500 1000 952 0 1004 -52
AFI Biru 2500 500 40 2460 2460 40
AFI Kuning 10000 1500 1135 8865 9936 64
AFI Merah 3000 2000 3122 0 2735 387
Armada Biru 25000 30000 23518 1482 28803 -3803
Armada Orange 5500 1000 260 5240 5376 124
Armada Merah 15000 10000 4689 10311 15541 -541
Sumber: Departemen Marketing, Produksi, Warehouse PT. Agri First Indonesia
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa terdapat beberapa produk yang kelebihan
stock dan kekurangan stock disaat permintaan sedang tinggi. Tujuan yang ingin dicapai perusahaan yaitu meminimalkan kekurangan stock dan kelebihan stock, untuk itu selisih diharapkan mendekati nol dan menjaga minimal stock require in warehouse agar selalu tetap. Adanya kelebihan stock Agri akan menyebabkan adanya biaya tambahan untuk menjaga kualitas produk yaitu biaya fumigasi yang dilakukan 2 minggu sekali. Sedangkan jika kekurangan stock Agri maka perusahaan terpaksa melakukan lembur dan juga meningkatkan kapasitas produksi untuk minggu depannya. Hal ini menyebabkan tujuan dari perencanaan produksi yang dilakukan seringkali tidak tercapai, untuk itu diperlukan perencanaan produksi yang optimal.
Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi PT. Agri First Indonesia perlu dilakukan optimasi perencanaan produksi yang bertujuan untuk menentukan
(23)
jumlah produksi yang optimal untuk masing-masing produk yang dihasilkan, memaksimalkan keuntungan dengan memperhatikan kemampuan dan ketersediaan sumber daya yang dimiliki perusahaan dengan menggunakan metode
goal programming yang dapat mengoptimalkan beberapa tujuan dari perencanaan produksi.
Goal programming adalah salah satu model matematis yang dipandang sesuai digunakan untuk pemecahan masalah-masalah multi tujuan karena melalui variabel deviasinya, Goal Programming dapat memberikan solusi optimal yang merupakan titik temu dari tujuan-tujuan tersebut. Dalam Goal Programming
terdapat variabel deviasional dalam fungsi kendala yang digunakan untuk menampung penyimpangan hasil penyelesaian terhadap sasaran yang hendak dicapai yaitu penyimpangan hasil penyelesaian di atas sasaran dan juga di bawah sasaran. Jika penyimpangan di atas sasaran merupakan kondisi yang diinginkan, maka yang diminimumkan adalah penyimpangan di bawah sasaran dan sebaliknya. Artinya, salah satu variabel penyimpangan di dalam tujuan berharga sama dengan nol. Sehingga variabel ini mengubah makna kendala menjadi sasaran untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang dikehendaki.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa metode goal programming
digunakan sebagai solusi pemecahan masalah dalam pengambilan keputusan multi sasaran. Wiwik Angraeni (2014) meneliti penggunaan goal programming di bidang garmen yang memproduksi berbagai jenis produk. Goal programming
digunakan untuk menentukan jumlah kombinasi produk dengan memperhatikan beberapa tujuan seperti memaksimumkan pendapatan, meminimumkan biaya
(24)
produksi dan memaksimumkan penggunaan mesin. Hasilnya adalah perencanaan produksi yang dapat mencapai tiga tujuan perencanaan produksi yaitu menghasilkan keuntungan yang lebih besar dari target keuntungan hingga 4 kali lipat, biaya produksi lebih kecil dari target biaya produksi yang diharapkan, penggunaan mesin yang masih di bawah target penggunaan mesin sehingga dapat dikatakan proses perencanaan produksi telah optimal karena seluruh variabel deviasi sasaran bernilai 0.
Suresh Chand Sharma (2012) meneliti mengenai penggunaan goal programming di industri olahan susu. Goal programming digunakan untuk memimimasi waste dari produk olahan susu. Goal programming dibutuhkan untuk mencapai beberapa tujuan yaitu memaksimumkan penggunaan bahan baku, mengetahui jumlah produk, memaksimumkan penggunaan mesin, meminimasikan biaya produksi dengan kendala kapasitas mesin pendingin dan kapasitas tenaga kerja, meminimasikan penggunaan air limbah dan meminimasikan penggunaan uap. Hasil minimisasi waste dengan goal programming menunjukkan bahwa tujuan untuk memaksimalkan bahan baku tercapai dan dapat ditingkatkan sebesar 52,36% dan diturunkan sebesar 19,92%, tujuan meminimasi penggunaan uap berada di bawah target, dan tujuan meminimasi penggunaan air limbah melebihi target, dan tujuan lainnya tercapai.
Donny Prasetya (2013) meneliti mengenai penggunaan fuzzy goal programming untuk mengoptimalkan aggregate production planning pada industri peralatan makan dengan serangkaian tujuan yang tidak pasti. Goal programming digunakan untuk merencanakan produksi agregat yang harus
(25)
menyesuaikan antara kapasitas produksi dengan permintaan konsumen yang bervariasi. Hasil penelitian ini memberikan alokasi produksi yang lebih baik daripada Linear Programming konvensional.
Dari penelitian diatas didapat bahwa goal programming merupakan metode yang tepat digunakan dalam pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan-tujuan yang bertentangan di dalam batasan-batasan yang komplek dalam perencanaan produksi. Oleh karena itu, penelitian ini akan memakai goal programming dalam proses perencanaan produksi untuk mengetahui jumlah kombinasi produk yang akan diproduksi setiap minggunya dengan memperhatikan ketersediaan jam kerja dan bahan baku gandum serta dapat meningkatkan keuntungan perusahaan .
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang terdapat pada perusahaan adalah ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen pada produk tertentu dan adanya kelebihan persediaan produk tertentu yang menyebabkan penambahan biaya pengeluaran seperti biaya fumigasi untuk menjaga kualitas produk dan biaya produksi untuk menambah waktu kerja, keadaan ini menyebabkan proses perencanaan produksi yang dilakukan perusahaan belum optimal, oleh sebab itu diperlukan perencanan produksi yang optimal.
(26)
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan rencana produksi yang optimal dengan menggunakan Goal Programming, sehingga dapat dijadikan masukan dalam upaya meningkatkan keuntungan perusahaan.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan teori yang diperoleh selama kuliah dan meningkatkan wawasan dalam menganalisis dan memecahkan masalah sebelum memasuki dunia kerja khususnya dalam hal optimasi perencanaan produksi dengan menggunakan metode Goal Programming
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam membuat kebijakan perencanaan produksi yang optimum bagi perusahaan.
3. Mempererat hubungan kerja sama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri USU.
1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian
Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data penjualan yang digunakan untuk meramalkan permintaan adalah data penjualan mingguan dari minggu 30 Mei 2014 sampai dengan 1 Januari 2015 atau selama 30 minggu.
2. Produk yang diteliti yaitu produk tepung terigu yang terdiri dari AFI Hitam, AFI Cokelat, AFI Biru, AFI Kuning, AFI Orange, AFI Merah, Armada Biru,
(27)
Armada Orange, dan Armada Merah yang merupakan permintaan rutin untuk setiap minggunya.
3. Peramalan dilakukan untuk 12 periode mendatang (2 Januari- 26 Maret 2015). 4. Pengolahan data dengan goal programming menggunakan software LINDO
(Linier Interactive Discrete Optimizer).
5. Perhitungan keuntungan diperoleh dari pengurangan harga jual produk tepung terigu dengan harga pokok produk tepung terigu.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Tidak terjadi perubahan kebijakan produksi selama penelitian
2. Harga bahan baku dan harga jual produk tidak berubah selama masa penelitian 3. Setiap mesin yang digunakan selama proses produksi dalam kondisi baik dan
tanpa ada gangguan.
4. Waktu proses yang digunakan adalah waktu proses mixing yaitu waktu pencampuran tepung terigu dari komposisi tepung gandumnya dan waktu proses cleaning dan milling diasumsikan sebagai waktu untuk proses penyiapan bahan baku gandum sebelum proses mixing.
1.5. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan tugas sarjana dapat dilihat sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang mendasari penelitian dilakukan, perumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian dan sistematika penulisan tugas sarjana.
(28)
Bab II Gambaran Umum, menguraikan gambaran umum perusahaan PT. Agri First Indonesia Medan, ruang lingkup perusahaan, lokasi, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, jumlah tenaga kerja dan jam kerja karyawan, sistem pengupahan, proses produksi, mesin dan peralatan yang digunakan, utilitas, safety and fire protection dan limbah dari PT. Agri First Indonesia.
Bab III Landasan Teori, berisi teori mengenai perencanaan produksi, optimasi produksi, peramalan, dan goal programming.
Bab IV Metodologi Penelitian, menguraikan tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian yaitu persiapan penelitian meliputi lokasi penelitian, jenis penelitian, objek penelitian, kerangka berpikir, defenisi operasional, identifikasi variabel penelitian, instrumen pengumpulan data, populasi, teknik sampling, sumber data, metode pengolahan data, blok diagram prosedur penelitian dan metode pengumpulan data, metode pengolahan data, dan metode analisis & pemecahan masalah.
Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisi pengumpulan data yaitu, data penjualan produk, harga pokok produk, harga jual produk, data waktu proses pengerjaan produk, data jumlah hari kerja, data pemakaian dan ketersediaan bahan baku. Data penjualan produk yang diperoleh diolah dengan metode peramalan
double exponential smoothing satu parameter Brown dan metode peramalan
double exponential smoothing dua parameter Holt dan kemudian dipilih metode terbaik dengan error terkecil untuk menentukan metode yang digunakan untuk menentukan peramalan permintaan yang akan digunakan. Setelah itu dilakukan
(29)
formulasi optimasi perencanaan produksi dengan goal programming dan penyelesaian goal programming dengan menggunakan software LINDO.
Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, meliputi analisis hasil peramalan, analisis pencapaian sasaran memaksimalkan volume produksi dan keuntungan, analisis kendala pemakaian jam kerja dan bahan baku, dan analisis perbandingan perencanaan produksi dengan goal programming dan perencanaan produksi aktual perusahaan.
Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.
(30)
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan PT. Agri First Indonesia
PT. Agri First Indonesia merupakan perusahaan manufaktur asal Singapura yang bergerak dibidang produksi bahan makanan tepung terigu. Pendirian pabrik PT. Agri First Indonesia dimulai pada tahun 2010 dan selesai pada tahun 2012. Semenjak itu pabrik mulai beroperasi secara komersial. Secara umum tepung terigu yang dihasilkan terbagi dua jenis yaitu tepung terigu Agri First dan Armada.
PT. Agri First Indonesia berkomitmen untuk memberikan kualitas yang terbaik dan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat PT. Agri First Indonesia menggunakan teknologi terbaru dengan tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman untuk memproduksi tepung terigu yang berkualitas dan dapat diterima oleh masyarakat. Mesin-mesin dan peralatan yang dipergunakan semuanya dipasok oleh manufaktur mesin tepung terigu terkemuka, dari Swiss yaitu Buhler. Demikian juga untuk pengadaan gandum-gandum, hanya gandum dengan kualitas terjamin yang diimpor terutama gandum dari Amerika, Kanada, dan Australia. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan dan menjaga kualitas bahan baku yang akan dijadikan tepung terigu.
Visi PT. Agri First Indonesia yaitu menjadi produsen tepung terigu dengan kualitas terbaik dan mitra terbaik bagi pengguna tepung terigu, dan bersama sama turut berperan dalam peningkatan dan pembangunan gizi bangsa Indonesia. Untuk
(31)
melaksanakan visi tersebut, PT. Agri First Indonesia memiliki beberapa misi yaitu:
1. Menjadi produsen tepung terigu dengan kualitas terbaik, halal dan turut membantu keamanan pangan yang terjamin.
2. Inovasi terus menerus untuk menciptakan produk yang sesuai dengan perkembangan pasar dan kebutuhan konsumen.
3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia untuk mengikuti perkembangan, perubahan dan inovasi tepung terigu di masa sekarang dan akan datang.
4. Membangun gizi bangsa Indonesia dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk pangan yang berkualitas.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Ruang lingkup bidang usaha PT. Agri First Indonesia yaitu memproduksi berbagai jenis tepung terigu, dengan kapasitas pengolahan gandum sebesar 370 ton setiap harinya. PT. Agri First Indonesia memproduksi berbagai jenis tepung terigu dengan ukuran 25 Kg yang dipacking menggunakan karung, Setiap jenis tepung memilki karakteristik yang berbeda dan tujuan penggunaan yang berbeda. Perbedaaan terletak pada persentase protein, moisture, ash, dan wet gluten. Produk tepung PT. Agri First Indonesia umumnya terbagi menjadi dua yaitu tepung Agri First dan Armada. Tepung Agri First mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan tepung jenis armada. Pembagian jenis tepung terigu di PT. Agri First Indonesia yaitu:
(32)
1. Tepung Agri First : AFI Emas, AFI Hitam, AFI Biru, AFI Kuning, AFI Orange, AFI Merah, AFI Coklat,
2. Armada :Armada Merah, Armada Orange dan Armada Biru.
Spesifikasidan aplikasi produk tepung teriguPT. Agri First Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Aplikasi dan Spesifikasi Produk PT. Agri First Indonesia
Nama Produk Aplikasi
Spesifikasi Moisture (%) Protein (db) % Ash (14 mb) % Wet gluten (db) %
AFI Emas Pembuatan roti max 13,8 min 14,50 max 0,40 min 35%
AFI Hitam Pembuatan roti dan mie max 14,0 min 14,0 max 0,57 min 34
AFI Cokelat Pembuatan roti max 14,0 min 13,50 max 0,57 min 32
AFI Biru
Pembuatan roti manis, kue tar, kue kukus dan bolu,
mie, dan donat
max 14,0 min 11,5 max 0,60 min 28
AFI Kuning Pembuatan mie max 14,0 min 13,0 max 0,55 min 31
AFI Merah
Pembuatan roti manis, biskuit, mie, pelapis gorengan, dan bahan
makanan ringan
max 14,0 min 11,0 max 0,60 min 26
AFI Orange Aneka kue dan mie max 14,0 min 14,0 max 0,55 min 34
Armada Merah Gorengan max 14,0 min 10,5 max 0,63 min 24
Armada Orange Gorengan max 14,0 min 10,5 max 0,63 min 24
Armada Biru Gorengan max 14,0 min 10,5 max 0,63 min 24
Sumber : PT. Agri First Indonesia
Selain tepung terigu diatas PT. Agri First Indonesia juga menerima pesanan khusus bagi konsumen yang menginginkan spesifikasi tepung terigu yang berbeda dari yang telah ditetapkan perusahaan. PT. Agri First Indonesia juga memproduksi produk Bran dan Pollard yang merupakan produk sampingan dari pengolahan tepung terigu. Bran dan Pollard digunakan sebagai bahan baku untuk makanan ternak.
(33)
2.3. Lokasi Perusahaan
Lokasi PT. Agri First Indonesia terletak di Jl. Pulau Pinang V No. 9 Kawasan Industri Medan (KIM) II, Saentis Percut, Sei Tuan, Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia.
2.4. Daerah Pemasaran
PT. Agri First Indonesia memasarkan produk ke seluruh Indonesia dan luar negeri dengan daerah distribusi di dalam negeri meliputi Medan, Binjai, Tebing Tinggi, Padang Sidempuan, Siantar, Batam, Pekanbaru, Baganbatu, Padang, Aceh, dan Jakarta. Daerah pemasaran di luar negeri meliputi negara Singapura, Brunei Darusalam, Malaysia, Filipina, Maladewa dan negara lainnya. Selain melalui distributor, konsumen PT. Agri First Indonesia dapat juga mengambil secara langsung ke pabrik PT. Agri First Indonesia di daerah Kawasan Industri Medan II.
2.5. Organisasi dan Manajemen 2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan
Stuktur organisasi PT. Agri First Indonesia adalah berbentuk fungsional staff. Dikatakan fungsional karena suatu bagian dapat berhubungan dengan anggota maupun kepala bagian secara langsung. Hal ini dapat dilihat melalui hubungan departemen Finance and Accounting dengan seluruh komponen pekerja dalam hal pemberian upah walaupun masing-masing departemen terdiri atas
(34)
seksi-seksi yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan fungsi masing-masing unit dalam organisasi tersebut.
(35)
TOP MANAGEMENT President Commisioner TOP MANAGEMENT Commisioner TOP MANAGEMENT President Director TOP MANAGEMENT Director WHEAT PROCUREMENT Comitte RISK MANAGEMENT Comitte TOP MANAGEMENT General Management ISO M. Representative TOP MANAGEMENT Secretary PRODUCTION DEPT. Manager QC & RND DEPT.
Manager HR DEPT. Manager WAREHOUSE DEPT. Supervisor INTERNAL AUDITOR Head F & A DEPT.
Manager IT DEPT. Supervisor MAINTENANCE DEPT. Manager MARKETING DEPT. Manager PROCUREMENT Supervisor LOGISTIC Head
Sumber: PT. Agri First Indonesia
(36)
2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab
Pembagian tugas dan tanggung jawab dari setiap pekerjaan pada PT. Agri First Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.5.3.1.Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja PT. Agri First Indonesia sebanyak 219 orang pegawai tetap dengan perincian dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Jumlah Tenaga Kerja PT. Agri First Indonesia
Divisi Jumlah Pekerja
General Manager 1
Finance Accounting 8
Human Resourcing 13
Information and Technology 5
Marketing 35
Procurement 3
Logistik 6
Personal Asisstant 5
ISO 2
Intern Audit 4
Quality Control and Research
Development 23
Maintainance 21
Produksi 64
Warehouse 29
Jumlah 219
Sumber: PT. Agri First Indonesia
2.5.3.2.Jam Kerja
Jam kerja pada PT. Agri First Indonesia dibagi atas pekerja yang bekerja secara general dan pekerja yang bekerja secara shift. Pengaturan jam kerja normal untuk karyawan dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4.
(37)
1. Bagian Administrasi
Tabel 2.3 Jam Kerja Karyawan Bagian Administrasi
Hari Jam
Senin-Jum’at Pukul 08.30-12-00 : Waktu Kerja Pukul 12.00-13.00 : Waktu Istirahat
Pukul 13.00-17.00 : Waktu Kerja
Sabtu Pukul 08.30-12-00 : Waktu Kerja
Sumber : PT. Agri First Indonesia
2. Karyawan Bagian Produksi (Per shift)
Tabel 2.4 Jam Kerja Karyawan Bagian Produksi
Hari Jam
Senin-Jumat Shift I : 07.00-15.00 WIB
Shift II : 15.00-23.00 WIB Shift III : 23.00-07.00 WIB
Sabtu Shift I : 07.00-12.00 WIB
Shift II : 12.00-17.00 WIB Shift III : 17.00-22.00 WIB
Sumber : PT. Agri First Indonesia
2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya
Pengupahan pada perusahaan ini terdiri dari: 1. Upah pokok
2. Tunjangan jabatan
3. Tunjangan transpor, makan dan lain-lain
Penetapan upah pada dasarnya ditetapkan berdasarkan jabatan, keahlian, kecakapan, prestasi kerja dari karyawan yang bersangkutan, pajak atas upah menjadi tanggungan karyawan..
Fasilitas yang diberikan perusahaan berupa:
1. Jaminan kesehatan, kecelakaan, hari tua dan kematian dengan memberikan BPJS kesehatan, BPJS ketenagakerjaan dan asuransi kesehatan.
(38)
2. Perusahaan menyadiakan prasarana yaitu kantin dan rumah ibadah.
3. Perusahaan juga memberikan cuti tahunan sebanyak 12 hari kerja per tahun kepada karyawannya.
2.6. Proses Produksi
2.6.1. Bahan yang Digunakan 2.6.1.1. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam proses produksi, dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan fisik maupun kimiawi dalam proses produksi sampai dihasilkannya barang jadi. Bahan baku yang digunakan oleh PT. Agri First Indonesia yaitu gandum (Triticum aestivum L.). Gandum yang digunakan diimpor dari berbagai negara penghasil gandum. Jenis gandum yang digunakan PT. Agri First Indonesia dan negara asalnya dapat dilihat Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Jenis Gandum yang Digunakan di PT. Agri First Indonesia
Negara Jenis Gandum Nama Gandum
Australia Keras (Hard Wheat)
Australian Prime Hard (APH)
Australian Hard (AH)
Medium Wheat Australian Premium White (APW)
Soft Wheat Australian Soft Wheat(ASW)
Amerika Hard Wheat New South Dakota Spring Wheat
(NS2)
Canada Hard wheat Canada Western Red Spring (CWRS)
Ukraina Medium Wheat Ukraina Medium Wheat (UMW)
Maldova Medium Wheat Maldova Medium Wheat (MMW)
Rusia Medium Wheat Russian Medium Wheat (RMW)
(39)
2.6.1.2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan pasa proses/produk untuk meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan. Bahan tambahan yang digunakan adalah:
1. Vitamin/ Mineral ditambahkan sebagai sumber vitamin/ mineral tambahan pada tepung terigu yang dihasilkan. Vitamin/ mineral yang ditambahkan pada produk tepung terigu PT. Agri First Indonesia adalah fortitech dan premix. Fortitech yang ditambahkan pada tepung sekitar 150 – 160 ppm. Vitamin/ mineral mempunyai komposisi antara lain asam folat, vitamin B1, zat besi, dan seng.
2. Karung (Woven bag)
Karung digunakan sebagai tempat untuk mengemas produk tepung terigu sehingga siap untuk dipasarkan. Karung yang digunakan adalah karung plastik dengan kapasitas 25 kg dan 50 kg.
3. Benang
Benang digunakan untuk menjahit karung yang telah diisi tepung pada proses
packing.
2.6.1.3. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk membantu/ mempermudah proses produksi, tetapi tidak nampak di bagian akhir produk. Bahan penolong yang digunakan berupa air yang digunakan pada proses cleaning
(40)
2.6.2. Uraian Proses Produksi
Proses produksi pengolahan gandum hingga menjadi tepung terigu secara umum terdiri atas beberapa tahap yaitu pre cleaning, intake, cleaning, milling, dan
mixing and packing. Uraian proses pembuatan tepung terigu pada PT. Agri First Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan Bahan Baku/ Pre Cleaning
Bahan baku di container masuk melalui pos penerimaan pabrik. Bahan baku ditimbang untuk mengetahui kuantitas dan menyesuaikan data dengan bill of leading. Setelah itu dilakukan pengecakan kualitas oleh bagian QC & RD. jika sesuai dengan standar kualitas gandum yang telah ditatapkan maka gandum akan masuk ke proses intake.
2. Intake
Proses intake adalah proses untuk memindahkan gandum dari container ke
silo gandum. Gandum yang diterima bervariasi tergantung negara penghasil gandum tersebut. Jenis gandum di PT. Agri First Indonesia adalah AHW AH12, RMW 11.5, UMW 11.5, CWRS, APH, MMW, ASW, APW 10.5, dan NS2,. Satu hal yang perlu diketahui adalah antara gandum yang satu dengan gandum yang lain tidak boleh dicampur Karena gandum memiliki perbedaan protein, harga, dan produk yang akan dihasilkan. Urutan intake adalah sebagai berikut.
a. Kontainer berisi gandum akan bergerak ke atas hidrolik dan kemudian isi kontainer dibuka dan kontainer diangkat menggunakan hidrolik hingga isi kontainer kosong dan jatuh pada pitspreading
(41)
b. Gandum dibawa dengan menggunakan chain conveyor menuju hooper dan naik menggunakan bucket elevator untuk transmisi gandum ke silo.
c. Gandum masuk ke drum sieve untuk membersihkan impurities berupa batang gandum yang lebih besar, kulit gandum dan sampah-sampah yang ada.
d. Gandum turun menggunakan bucket elevator dan masuk ke magnet separator untuk memisahkan gandum dari benda-benda logam.
e. Gandum dibawa naik menggunakan bucket elevator untuk masuk ke silo. Proses masuknya gandum dibagi dua yaitu gandum masuk ke silo besar atau ke silo kecil (raw wheat bin), pemilihan tempat penyimpanan gandum tergantung pada kapasitas silo dan kebutuhan produksi.
i. Gandum yang akan disimpan ke silo besar, akan dibawa menggunakan chain conveyor bertipe double sleeve dan apabila gandum ingin digunakan, maka gandum akan di bawa ke vibro separator menggunakan chain conveyor dan bucket elevator untuk memisahkan benda-benda yang memiliki diameter lebih besar (10-12 mm) dan lebih kecil (3mm) dari gandum, kemudian setelah itu dibawa dengan chain conveyor dan gandum dimasukkan ke silo kecil (raw wheat bin).
ii. Gandum yang akan disimpan ke silo kecil, akan dibawa naik menggunakan bucket elevator untuk melalui black box untuk memisahkan gandum yang akan masuk ke silo kecil. Setelah itu gandum dibawa ke vibro separator untuk memisahkan benda-benda
(42)
yang memiliki diameter lebih besar (10-12 mm) dan lebih kecil (3mm) dari gandum dan gandum akan masuk ke silo kecil (raw wheat bin).
3. Cleaning
Proses cleaning yaitu proses pemberihan gandum dan proses penambahan air pada gandum. Penambahan air dilakukan agar gandum mudah saat digiling. Proses cleaning dibagi atas 3 yaitu first cleaning, second dampening, dan
second cleaning. Lamanya proses cleaning tergantung dari jenis gandum. Secara umum ada 3 jenis gandum yaitu soft, medium, dan hard. Setiap jenis gandum tersebut memiliki lama waktu pelembapan gandum (moisturizing times) yang berbeda-beda. Waktu pelembapan untuk masing-masing gandum yaitu:
a. Soft (SWW, ASW) : 8-16 jam
b. Medium (APW, RMW, MMW, UMW) : 16-24 jam c. Hard (CWRS 13.5, NS2, AH13, AH2) : 24-26 jam
Proses cleaning adalah sebagai berikut.
a. Gandum yang berada di silo kecil (raw wheat bin) dibawa naik ke atas dengan menggunakan bucket elevator lalu ditimbang menggunakan scale. b. Gandum dibawa ke mesin combine cleaner untuk membersihkan gandum
dari impurities berupa sampah dan batu-batu berukuran kecil.
c. Setelah itu gandum dibawa masuk ke mesin sortex untuk memisahkan gandum dengan impurities yang mempunyai ukuran sama dengan gandum namun berbeda warna.
(43)
d. Setelah gandum dibawa ke mesin scourer untuk memisahkan gandum dari kulit gandum yang kotor.
e. Gandum dibawa ke mesin MYFC dan dilakukan proses penambahan air berdasarkan jenis gandum dan kemudian gandum akan masuk ke
tempering bin T301-T304 dan dilembabkan selama 70% dari waktu total pelembaban gandum. Proses ini disebut juaga dengan proses first cleaning. f. Setelah dari tempering bin T301-T304, gandum akan dimasukkan kedalam
tempering bin T305-T306 setelah dilakukan penambahan air sesuai kadar air yang telah ditentukan dan dilembabkan selama 30% dari waktu total pelembaban gandum. Proses ini disebut juga dengan proses second dampening.
g. Setelah proses first cleaning dan proses secong dampening selesai maka apabila kadar kelembaban gandum yang didapat masih belum sesuai standar maka dilakukan penambahan air sesuai dengan kadar air yang kurang (second cleaning)
h. Setelah kadar air yang didapat sesuai maka gandum siap untuk digiling dan dibawa ke second bin (B1/T401)
4. Milling
Proses milling adalah proses penggilingan gandum. Secara umum struktur gandum ditunjukkan pada Gambar 2.2. berikut.
(44)
Gambar 2.2 Struktur Gandum
Bran merupakan kulit luar gandum dan terdapat sebanyak 14,5% dari total keseluruhan gandum. Bran memiliki granulasi lebih besar dibanding pollard, serta memiliki kandungan protein dan kadar serat tinggi sehingga baik dikonsumsi ternak besar. Endosperma merupakan bagian yang terbesar dari biji gandum (80-83%) yang banyak mengandung protein, pati, dan air. Pada proses penggilingan, bagian inilah yang akan diambil sebanyak-banyaknya untuk diubah menjadi tepung terigu dengan tingkat kehalusan tertentu. Lembaga (germ) terdapat pada biji gandum sebesar 2,5-3%. Dengan kapasitas penggilingan gandum 370 ton/hari, proses ekstraksi rata-rata dari penggilingan yang didapat yaitu sebesar 76%. Proses milling di PT. Agri First Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Gandum yang berada di T401 diukur dengan scale, setelah itu akan masuk ke dalam mesin running of roller mill.
b. Setelah itu gandum yang telah digiling, dibawa ke mesin plan sifter untuk diayak sesuai dengan ukuran mikron, gandum yang telah menjadi tepung masuk ke bin tepung,
(45)
c. Gandum yang masih belum menjadi tepung akan dimasukkan ke dalam mesin running of roller mill untuk dihaluskan kembali atau ke purifier
untuk memisahkan gandum dari karakter semolina. Serbuk gandum yang masuk ke running of roller mill atau purifier tergantung ukuran serbuk gandum yang telah diayak. Proses ini terus berlanjut hingga didapat ektraksi gandum yang sesuai dan jika tidak didapat lagi maka serbuk tersebut merupakan bran dan pollard dan bukan tepung terigu.
d. Tepung yang didapat dari proses di atas akan dimasukkan ke dalam bin tepung yang berjumlah 14 bin, 9 bin besar dengan kapasitas 100 ton, 1 bin sedang dengan kapasitas 75 ton, dan bin kecil sebanyak 4 dengan kapasitas 25 ton.
5. Mixing
Proses mixing adalah proses pencampuran tepung-tepung yang telah digiling sehingga menghasilkan kadar tertentu dan kandungan protein tertentu. Sebagai contoh, untuk menghasilkan AFI Hitam maka formulasi yang diperlukan yaitu tepung CWRS 50%, NS2 30%, dan APW 20%. Proses mixing dilakukan sesuai dengan produk apa yang akan diproduksi dan berdasarkan data dari bagian QC dan RD, maka tepung akan dicampur sesuai dengan persentasi yang telah ditetapkan. Komposisi produk tepung terigu PT. Agri First Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.6.
(46)
Tabel 2.6 Komposisi Produk Tepung Terigu PT. Agri First Indonesia
Produk Jenis Gandum Komposisi (%)
AFI Emas CWRS 13.5 50
NS2 50
AFI hitam APW 20
CWRS 13.5 50
NS2 30
AFI Orange APH14 65
APW 25
CWRS 10
AFI Cokelat CWRS 45
RMW 11.5 55
AFI Biru AH12 20
APW 65
ASW 15
AFI Kuning AH12 65
APW 35
AFI merah APW 35
ASW 15
RMW 11.5 50
Armada Orange APW 25
ASW 30
UMW 45
Armada Biru ASW 30
UMW 70
Armada Merah MMW 100
Sumber : Departemen Produksi PT. Agri First Indonesia
Proses mixing di PT. Agri First Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Tepung yang berada di bin tepung ditimbang dengan menggunakan scale
sesuai dengan persentase untuk produk yang diinginkan lalu di masukkan ketempat penampung sementara
b. Fortitech dan premix tepung yang berada di bin penyimpanan ditimbang menggunakan scale sesuai dengan kebutuhan setelah itu dimasukkan ketempat penampung sementara yang telah berisisi tepung.
(47)
c. Campuran tepung dimasukkan kedalam mesin mixer dumperer dan dicampur selam 90-150 detik tergantung jenis produk.
d. Setelah itu tepung ditiup dengan menggunakan compressor dan dibawa naik ke power in of filter untuk diaspirasi
e. Setelah itu tepung diayak menggunakan sifter tepung f. Setelah itu tepung dimasukkan ke packing bin. 6. Packing
Proses packing produk tepung terigu di PT. Agri First Indonesia terbagi dua, yaitu packing single spot dan packing carrousel. Perbedaan jenis packing ini disebabkan karena mesin pengisi karung yang yang jumlahnya berbeda, untuk
single spot mesin pengisi dengan jumlah spot pengisian satu unit dan untuk
carrousel spot pengisian berjumlah enam dengan masing-masing jenis mesin
packing memiliki satu mesin jahit karung benang. Proses packing tepung terigu di PT. Agri First Indonesia yaitu:
a. Karung dan benang diambil dari gudang penyimpanan. Karung yang diambil berdasarkan jenis produk yang akan dipacking, kemudian benang dipasang pada mesin jahit karung.
b. Kemudian karung diletakkan pada mesin pengisi tepung, lalu karung akan diisi tepung secara otomatis sesuai takaran yang telah ditetapkan.
c. Kemudian, karung yang telah berisi tepung dijahit menggunakan mesin jahit karung.
(48)
d. Setelah itu produk tepung akan diberi tanggal produksi dan tanggal kadaluarsa pada sisi samping karung dengan menggunakan mesin cetak tanggal pada karung.
e. Produk tepung terigu disusun pada pallet dan ditempatkan ke gudang penyimpanan produk jadi dengan menggunakan forklift.
2.7. Mesin dan Peralatan
Mesin produksi adalah mesin yang digunakan dan secara langsung terlibat dalam proses produksi dari bahan baku menjadi barang jadi atau setengah jadi. PT. Agri First Indonesia menggunakan mesin dari perusahaan manufaktur mesin tepung terigu terkemuka, Buhler. Mesin yang digunakan PT. Agri First Indonesia untuk proses produksi dikendalikan oleh Programmable Logic Control (PLC) dan operator melakukan proses monitoring melalui PC (personal computer). Mesin-mesin produksi yang digunakan oleh PT. Agri First Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.7.
(49)
Tabel 2.7 Mesin dan Peralatan Produksi di PT. Agri First Indonesia Nama
Proses Nama Mesin/ Peralatan
Nomor Mesin/
Peralatan Fungsi
Pre Cleaning
Weighting bridge MUGI E1205 Penimbangan gandum di kontainer truck
Intake pit Penerimaan gandum dari kontainer
Intake
Hidrolic Tippler Pembongkaran gandum dari kontainer
Kontainer Tempat penyimpanan gandum
Big Screening Memisahkan impurities awal yang besar
Chain conveyor Alat pemindahan gandum secara horizontal
Bucket elevator
Alat pemindahan gandum secara vertikal dengan menggunakan mangkok sebagai alat
pemindah gandum
Cleaning
Hopper Tempat penampungan gandum sementara
sebelum proses selanjutnya
Drum Sieve A1004 Membersihkan gandum dari sampah dan
batang gandum yang berukuran besar
Magnet separator A1006-KCL 01 Menangkap logam yang terdapat pada gandum
Wheat Silo
Silo 101, 102, 104, 105, 106,108, 109,
110
Tempat penyimpanan gandum yang berukuran besar
Vibro Separator A1112 Memisahkan material berdasarkan ukuran
Raw wheat bin (steel silo)
R201, R202, R203, R204, R207, R208, R209, R210
Tempat penyimpanan gandum
Automatic Flow
Balancer MZAH-15
Mengatur kapasitas aliran gandum berdasarkan volume
Screw Conveyor, Bucket Elevator
AHKA-50 (SC),
AHGL-250
Alat transfer gandum
Scale Scale Tubex
MWBL-120 (A-2022)
Menimbang berat gandum
Magnet separator
Magnet Apparatus
MMUA-30 (A-2023)
Menangkap logam yang terdapat pada gandum
Combi Cleaner MTKB-120/120
(2024)
Membersihkan gandum dari partikel berupa batu, jagung, plastik, dan batang gandum
Monocromatic Optical
Sorting Machine Sortex SORTEX-Z+2M
Memisahkan gandum dari partikel lain berdasarkan warna
Horizontal Scourer SCOURER
MHXS 45/80 (A2037)
Membersihkan gandum dari kotoran yang masih melekat pada gandum dengan cara menggosok gandum pada permukaan ayakan
Aspiration Channel MVSG-100
(A-2038) Menghisap debu yang terdapat pada gandum
(50)
Tabel 2.7 Mesin dan Peralatan Produksi di PT. Agri First Indonesia (Lanjutan)
Nama
Proses Nama Mesin/ Peralatan
Nomor Mesin/
Peralatan Fungsi
Cleaning
Mouisture Measuring Device
MYFC
(A-2039) Mengukur tingkat moisture gandum
Dampener Turbonizer
DAMPENER
MOZF-1000 (A2042)
Mencampurkan sejumlah air ke dalam gandum untuk proses first cleaning
Tempering Bin
BIN 301, 302, 303-
T-304
Bin pengkondisian gandum yang telah diberi air selama waktu tertentu (first dampening)
Dampener MOZF-315
(A2070)
Mencampurkan sejumlah air ke dalam gandum untuk proses second dampening Tempering Bin BIN T-305, BIN
T-306
Bin pengkondisian gandum II (second dampening)
Scourer
SCOURER
MHXS 45/80 (A2086)
Mematikan kutu dan menghaluskan gandum agar tidak ada serat
Aspiration Channel MVSG-100
(A-2087)
Menghisap kotoran ringan seperti debu, batang, dan kulit gandum yang masih tertinggal
Bin B1 KIE-3015
(4041)
Tempat penyimpanan gandum yang akan digiling
Milling
Automatic Hopper Scale SCALE
MWBL-120 (A-4002) Penimbangan gandum yang akan digiling
Magnet Apparatus
Magnet
MMUA-30 (A-4003)
Penangkapan logam yang terdapat di gandum
Eight Break Roll Mill Roll MDDQ
1250/250
Memecahkan gandum dan memisahkan dari
bran untuk melepaskan endosperm dalam bentuk semolina dan middling
Plan sifter MPAP-826
NOVA Mengayak tepung berdasarkan ukuran mikron
Purifier MQRF-46/200 Memurnikan hasil dan memisahkan semolina
dari tepung
Impact Bran Finisher MKLA-45/110 Mengambil sisa endosperm yang masih ada pada lapisan permukaan bran
Reduction Roll Roll MDDP
1250/250 Mereduksi middling menjadi tepung
Impact Detacher MJZF
51-11-3000
Membunuh telur kutu yang terdapat pada tepung
Plan Sifter MPAP-826 Pengayakan tepung dan membagi menjadi Flour 1 dan Flour 2
Screw Conveyor F1 SC AHAS 250 Memindahkan Flour 1 dengan menggunakan
screw
Screw Conveyor F2 SC AHAS 200 Memindahkan Flour 2 dengan menggunakan
screw Sumber : Departemen Produksi PT. Agri First Indonesia
(51)
Tabel 2.7 Mesin dan Peralatan Produksi di PT. Agri First Indonesia (Lanjutan)
Nama
Proses Nama Mesin/ Peralatan
Nomor Mesin/
Peralatan Fungsi
Cleaning
Scourer
SCOURER
MHXS 45/80 (A2086)
Mematikan kutu dan menghaluskan gandum agar tidak ada serat
Aspiration Channel MVSG-100
(A-2087)
Menghisap kotoran ringan seperti debu, batang, dan kulit gandum yang masih
tertinggal
Bin B1 KIE-3015 (4041) Tempat penyimpanan gandum yang akan
digiling
Milling
Automatic Hopper Scale SCALE
MWBL-120 (A-4002) Penimbangan gandum yang akan digiling
Magnet Apparatus Magnet
MMUA-30 (A-4003) Penangkapan logam yang terdapat di gandum
Eight Break Roll Mill Roll MDDQ
1250/250
Memecahkan gandum dan memisahkan dari
bran untuk melepaskan endosperm dalam bentuk semolina dan middling
Plan sifter MPAP-826
NOVA Mengayak tepung berdasarkan ukuran mikron
Purifier MQRF-46/200 Memurnikan hasil dan memisahkan semolina
dari tepung
Impact Bran Finisher MKLA-45/110 Mengambil sisa endosperm yang masih ada pada lapisan permukaan bran
Reduction Roll Roll MDDP
1250/250 Mereduksi middling menjadi tepung
Impact Detacher MJZF
51-11-3000
Membunuh telur kutu yang terdapat pada tepung
Plan Sifter MPAP-826 Pengayakan tepung dan membagi menjadi
Flour 1 dan Flour 2
Screw Conveyor F1 SC AHAS 250 Memindahkan Flour 1 dengan menggunakan screw
Screw Conveyor F2 SC AHAS 200 Memindahkan Flour 2 dengan menggunakan screw
Control Sifter Double Sifter
MPAQ-209 Mengayak tepung F1
Control Sifter Single Sifter
MPAR-10 Mengayak tepung F2
Scale F1 MWBL 120 Menimbang tepung F1
Scale F2 MWBL 60 Menimbang tepung F2
Magnet F1 MMUD-20 Menangkap logam yang terdapat pada tepung
F1
Magnet F2 MMUD-12 Menangkap logam yang terdapat pada tepung
F2
Hopper F1 KIE3015 Penampungan sementara F1
(52)
Tabel 2.7 Mesin dan Peralatan Produksi di PT. Agri First Indonesia (Lanjutan)
Nama
Proses Nama Mesin/ Peralatan
Nomor Mesin/
Peralatan Fungsi
Mixing
Hopper F2 KIE3015 Penampungan sementara F2
Impact Detacher F1 MJZG-51D Membunuh telur kutu pada tepung F1
Impact Detacher F2 MJZG-43D Membunuh telur kutu pada tepung F1
Flour Silo F1 Flour Silo 501
s/d 511 Penyimpanan tepung F1
Flour Silo F2 Flour Silo 511
s/d 514 Penyimpanan tepung F2
Start up Bin FTC-262 Penampungan tepung yang belum masuk
spesifikasi
Scale MEAF-DMS/T
(A5048) Penimbangan tepung
Micro Feeder dosing MWBU 20
(A5046) Penimbangan bahan tambahan/ vitamin
Mixer AHML-2000
(A5049) Pencampuran tepung sesuai dengan grist
Hopper Below Mixer AFML (A5050) Penampungan sementara tepung yang telah dicampur
Spout Magnet MMUD-20
MMUJ 75/32 (A5053)
Penangkapan serbuk besi/ logam yang terdapat pada tepung
Hopper Mixing Line KIE-3015
(A-5054) Penampungan sementara tepung
Impact Detacher
MJZG-62D-75KW Membunuh telur kutu pada tepung
Rotary Distributor MAYV-4
(A5083)
Mengarahkan produk untuk masuk ke packing
bin single spot atau carousel
Plan sifter MPAP-424
(A5084)
Mengayak tepung dan memisahkan karakter yang tidak sesuai
Magnet MMUD-20
(A-5085)
Penangkapan serbuk besi/ logam yang terdapat pada tepung
Flour bin packing single
spot Flour silo 515
Bin penampungan tepung yang akan
di-packing di single spot Flour bin packing
Carousel Flour silo 516
Bin penampungan tepung yang akan
di-packing di Carousel
Scale single spot
MWBL-120(5092) Penimbangan produk di single spot
Packing
Scale carousel MSDB-80 D
(5102) Penimbangan produk di Carousel
Baging single spot MWPE Pengisian tepung ke karung di single spot dengan 1 titik karung
Baging Carousel MWPM Pengisian tepung ke karung di carousel
dengan 6 titik karung
Bag Closing Machine Bafang SZ-4 Penjahitan karung yang telah diisi tepung
(53)
Tabel 2.7 Mesin dan Peralatan Produksi di PT. Agri First Indonesia (Lanjutan)
Nama
Proses Nama Mesin/ Peralatan
Nomor Mesin/
Peralatan Fungsi
Packing
Ink Zet Coding Machine
Video Zet 1510
Pemberian kode produksi pada kemasan tepung
Pallet Tempat untuk menyusun produk sesuai
jumlah yang ditetapkan
Forklift Forklift 1,2,3 Alat material handling produk
Sumber : Departemen Produksi PT. Agri First Indonesia
Proses pengolahan tepung terigu di PT. Agri First Indonesia ini memerlukan beberapa bin/ tempat penyimpanan yang digunakan untuk penyimpanan gandum dan tepung. Jenis-jenis bin yang terdapat di PT. Agri First Indonesia dan kapasitas penyimpanannya ditunjukkan pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Jenis-jenis Silo/ Bin di PT. Agri First Indonesia
No Nama Silo/ Bin Nomor Silo/ Bin
Kapasitas Penyimpanan tiap Silo (ton)
Fungsi
1 Big Silo/ Silo besar Silo 101, 102, 104, 105,
106, 108, 109, 110 4.000 Tempat penyimpanan gandum
2 Raw wheat bin/ silo kecil
R201, R202, R203, R204,
R207, R208, R209, R210 370
Tempat penyimpanan gandum yang akan diproses
3 Tempering bin I T301, T302, T303, T304 100 Tempat untuk conditioning I
4 Tempering bin II T305, T306 100 Tempat untuk conditioning II
5 Bin B1 T401 5 Tempat penyimpanan sementara
gandum yang akan digiling
6 Start up bin F403 10 Tempat menampung produk
yang belum masuk spesifikasi
7 Flour Bin
F501, F502, F503, F504, F505, F506, F507, F508,
F509
100
Tempat penyimpanan tepung yang telah digiling
F510 75
F511, F512, F513, F514 25
8 Packing Bin P515, P516 40 Tempat penyimpanan tepung
yang siap untuk dikemas
9 Impurities Bin S402 25 Tempat penampungan sampah
gandum
10 Tempat vitamin D030, D031, D032 20 Tempat premix, fortitech, dan
KP
11 Bran bin B517 Tempat penampungan bran
sebelum dikemas
(54)
2.8. Utilitas
Utilitas merupakan unit pembantu produksi yang tidak terlibat secara langsung terhadap bahan baku, tetapi penunjang proses agar produksi dapat berjalan lancar. Utilitas yang terdapat pada PT Agri First Indonesia yaitu :
1. Energi listrik kapasitas terpasang sebesar 1040 KVA yang diperoleh dari PLN.
2. Tangki air sebayak 8 unit yang diapat dari sumur bor dan telah lebih dahulu melalui proses pemurnian untuk menunjang kegiatan proses produksi dan kebutuhan karyawan.
3. Genset sebanyak 2 unit dengan daya sebesar masing-masing sebesar 1500 kVa yang menggunakan solar sebagai bahan bakarnya.
2.9. Safety and Fire Protection
Safety and Fire Protection pada PT. Agri First Indonesia telah didukung dengan kegiatan keselamatan kerja yang dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) seperti seragam, topi/helm, sepatu pengaman, ear phone, ear plug, dan masker dan untuk mengatasi bahaya kebakaran perusahaan juga dilengkapi dengan menggunakan alat pemadam api (protector).
2.10. Limbah
Limbah yang dihasilkan oleh PT. Agri First Indonesia dalam proses produksinya relatif kecil karena residu dari proses masih dapat dijual menjadi makanan ternak yaitu bran dan pollard.
(55)
Limbah lainnya adalah berupa limbah asap yang dihasilkan dari proses pembakaran solar di mesin genset ketika arus listrik yang digunakan dari PLN terputus.
(56)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Perencanaan Produksi
The American Production and Inventory Society mendefinisikan perencanaan produksi sebagai berikut:1
1. Perencanaan produksi ialah suatu kegiatan yang berkenaan dengan penentuan apa yang harus diproduksi, berapa banyak diproduksi dan apa sumber daya yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan.
2. Pengendalian produksi ialah fungsi yang mengarahkan atau mengatur pergerakan material (bahan, part/komponen/sub-assembly dan produk) melalui seluruh siklus manufacturing mulai dari permintaan bahan baku sampai pada pengiriman produk akhir pada pelanggan.
Tiga sasaran pokok yang sekaligus menjadi barometer keberhasilan perencanaan dan pengendalian produksi yaitu:
1. Tercapainya kepuasan pelanggan yang diukur dari terpenuhinya order
terhadap produk tepat waktu, tepat jumlah dan tepat mutu
2. Tercapainya tingkat utilitas sumber daya produksi yang maksimum melalui minimisasi waktu setup, transportasi, waktu menunggu dan waktu untuk pengerjaan ulang (rework).
3. Terhindarnya cara pengadaan yang bersifat rush order dan persediaan yang berlebihan.
1
Sukaria Sinulingga., Perencanaan dan Pengendalian Produksi, (Yogyakarta: Graha Ilmu , 2009), Hal: 26.
(57)
Fungsi perencanaan dan pengendalian produksi mencakup perencanaan produksi, perencanaan persediaan, perencanaan kapasitas, otorisasi produksi dan pengadaan, pengendalian produksi dan penyimpanan bahan.
3.2. Optimasi Produksi
Optimasi adalah tindakan untuk memperoleh hasil yang terbaik dengan keadaan yang diberikan. Dalam desain, konstruksi, dan pemeliharaan dari sistem teknik, insinyur harus mengambil beberapa teknologi dan keputusan manajerial dalam beberapa tahap. Tujuan akhir dari semua keputusan seperti itu adalah meminimalkan upaya yang diperlukan atau untuk memaksimalkan manfaat yang diinginkan. Usaha yang diperlukan atau manfaat uang diinginkan dalam prakteknya dapat dinyatakan sebagai fungsi dari variabel keputusan tertentu. Optimasi dapat didefinisikan sebagai proses untuk mendapatkan keadaan yang memberikan nilai maksimum atau minimum dari suatu fungsi. 2
Optimasi produksi adalah penggunaan faktor-faktor produksi yang terbatas seefisien mungkin. Faktor-faktor produksi tersebut adalah modal, mesin, peralatan, bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja, dan lain sebagainya. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam rangka mengoptimalkan sumberdaya yang digunakan agar suatu produksi dapat menghasilkan produk. Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau
2
Singiresu S Rao, Engineering Optimization : Theory and Practice, 3rd Edition,( New Jersey : John Wiley and Sons:, 2009) h. 1 dan 3.
(58)
minimum suatu fungsi tujuan dalam kuantitas dan kualitas yang diharapkan, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya.
3.3. Peramalan
3.3.1. Konsep Dasar dan Pengertian Peramalan
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuntitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa.3
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam peramalan:
Peramalan permintaan dilakukan sebagai tahap awal dalam perencanaan produksi untuk mengetahui besarnya permintaan di masa depan. Peramalan kuantitatif merupakan salah satu metode peramalan yang dapat digunakan, yaitu dengan menggunakan model matematis dalam mengolah data masa lalu.
3.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Teknik Peramalan
Peramalan dimaksudkan untuk memperkecil resiko yang timbul akibat pengambilan keputusan dalam suatu perencanaan produksi. Semakin besar upaya yang dikeluarkan tentu resiko dapat diperkecil. Namun upaya memperkecil resiko tersebut dibatasi biaya yang diperlukan.
4
Ada dua aspek dari horison waktu yang berhubungan dengan masing-masing metode peramalan yaitu:
1. Horizon Peramalan
3
Daniel Sipper dan RoberT L. Bulfin Jr., Production Planning Control and Integration, (Singapore : McGraw-Hill Company,1997), h.89-131
4
(59)
a. Cakupan waktu di masa yang akan datang
Perbedaan dari metode peramalan yang digunakan sebaiknya disesuaikan. b. Periode peramalan
Ada teknik dan metode peramalan yang hanya dapat meramal untuk peramalan satu atau dua periode di muka, teknik dan metode lain dapat meramalkan beberapa waktu di depan.
2. Tingkat Ketelitian
Tingkat ketelitian yang dibutuhkan sangat erat hubungannya dengan tingkat kerincian yang dibutuhkan dalam suatu peramalan. Dalam suatu pengambilan keputusan diharapkan variasi atau penyimpangan atas ramalan antara 10% -15% sedangkan pengambilan keputusan yang lain variasi 5% sudah berbahaya.
3. Ketersediaan Data
Metode yang digunakan sangat besar manfaatnya. Apabila dari data yang lalu diketahui adanya pola musiman, maka untuk untuk peramalan satu tahun ke depan sebaiknya digunakan metode variasi musiman. Sedangkan apabila diketahui hubungan antar variabel saling mempengaruhi, maka perlu digunakan metode sebab akibat atau korelasi.
4. Bentuk Pola Data
Dasar utama metode peramalan adalah anggapan bahwa pola data yang diramalkan akan berkelanjutan. Sebagai contoh, beberapa deret yang menunjukan pola musiman, atau trend. Metode peramalan yang lain mungkin lebih sederhana, terdiri atas satu nilai rata-rata, dengan fluktuasi yang acakan
(60)
atau random yang terkandung. Karena perbedaan kemampuan metode peramalan untuk mengidentifikasi pola-pola data, maka perlu adanya usaha penyesuaian pola data.
5. Biaya
Umumnya ada empat jenis biaya dalam proses peramalan yaitu: biaya pengembangan, biaya penyimpanan, biaya operasi, dan biaya kesempatan penggunaan teknik peramalan. Adanya perbedaan nyata berpengaruh atas menarik tidaknya penggunaan metode tertentu untuk suatu keadaan yang dihadapi.
6. Jenis dari Model
Sebagai tambahan perlu diperhatikan anggapan beberapa dasar yang penting dalam nyata. Banyak metode peramalan telah menganggap adanya beberapa model dari keadaan yang diramalkan. Model-model ini merupakan suatu derat dimana waktu digambarkan sebagai unsur penting untuk menentukan perubahan-perubahan dalam pola, yang mungkin secara sistematik dapat dijelaskan dengan analisis regresi atau korelasi.
7. Mudah Tidaknya Penggunaan dan Aplikasinya.
Satu prinsip umum dalam penggunaan metode ilmiah dari peramalan untuk manajemen dan analisis adalah metode-metode yang dapat dimengerti dan mudah diaplikasikan yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan dan analisa.
(61)
3.3.3. Teknik Peramalan
Peramalan sebenarnya upaya untuk memperkecil resiko yang timbul akibat pengambilan keputusan dalam suatu perencanaan produksi. Semakin besar upaya yang dikeluarkan tentu resiko yang dapat dihindari semakin besar pula.
Teknik peramalan dapat dibedakan dalam dua kategori utama5
a. Peramalan Kualitatif yaitu peramalan yang didasarkan atas kualitatif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat tergantung pada orang yang menyusunnya. Hal ini penting karena hasil peramalan tersebut ditentukan berdasarkan pemikiran yang bersifat intuisi, judgement atau pendapat, dan pengetahuan serta pengalaman dari penyusunnya. Biasanya peramalan secara kualitatif ini didasarkan atas hasil penyelidikan. Meskipun demikian, peramalan dengan metode kualitatif tidak berarti hanya menggunakan intuisi, tetapi juga bisa mengikutsertakan model-model statistik sebagai bahan masukan dalam melakukan keputusan, dan dapat dilakukan secara perseorangan maupun kelompok. Metode peramalan kualitatif dapat digolongkan menjadi: Metode Delphi, Dugaan Manajemen, Riset Pasar, Analogi Historis.
, yaitu :
b. Peramalan Kuantitatif yaitu peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat tergantung pada metode yang dipergunakan dalam peramalan tersebut. Dengan metode yang berbeda akan diperoleh hasil peramalan yang berbeda, adapun yang perlu diperhatikan dari penggunaan metode tersebut adalah baik tidaknya metode yang
5
(62)
dipergunakan, sangat ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan antara hasil ramalan dengan kenyataan yng terjadi. Metode yang baik adalah metode yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan sekecil mungkin. Pada dasarnya terdapat sembilan langkah yang harus diperhatikan untuk menjamin efektivitas dan efisiensi dari sistem peramlan dalam manajemen permintaan, yaitu6
a. Menentukan tujuan peramalan :
Tujuan utama dari peramalan dalam manajemen permintaan adalah unutk meramalkan item-item independent demand dimasa yang akan datang untuk mencapai efektivitas dan efisiensi dari manajemen produksi dan inventori dalam industri manufaktur.
b. Memilih item yang akan diramalkan
Memilih item yang akan diramalkan tergantung situasi dan kondisi aktual dari masing-masing industri manufaktur. Item yang dipilih yaitu produk akhir yang merupakan item independent demand.
c. Menentukan horizon peramalan
Penentuan horizon peramlan tergantung pada situasi dan kondisi aktual dari masing-masing industri manufaktur serta tujuan dari peramalan itu sendiri. Horizon peramalan dapat berupa mingguan, bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan. Pemilihan interval waktu mingguan dimaksudkan untuk peramalan jangka pendek (short range forecast), Pemilihan interval waktu bulanan dimaksudkan untuk peramalan jangka
6
Seetharama L Narashiman, dkk. Production Planning and Inventory Control. (USA: Prentice Hall, Inc, 1995), h. 47-58
(1)
Tabel 6.2 Perbandingan Perencanaan Produksi Minggu 2-8 Januari dan 9-15 Januari 2015 Minggu
2-8 Januari 2015 9-15 Januari 2015
Jenis Produk
Permintaan Aktual
(Bag)
Perencanaan Aktual
(Bag)
Selisih Permintaan
(Bag)
Perencanaan
Goal Programming
(Bag)
Selisih Permintaan
(Bag)
Permintaan Aktual
(Bag)
Perencanaan Aktual
(Bag)
Selisih Permintaan
(Bag)
Perencanaan
Goal Programming
(Bag)
Selisih Permintaan
(Bag)
AFI Hitam 3552 3000 -552
3787 235 3340 5000 1660 3770 430
AFI Orange 390 300 -90
450 60 398 150 -248 454 56
AFI Cokelat 825 2500 1675
895 70 843 1500 657 892 49
AFI Biru 1054 2000 946
1272 218 1119 1500 381 1194 75
AFI Kuning 4538 5500 962
4894 356 4894 5000 106 5129 235
AFI Merah 2187 3000 813
2397 210 1997 1000 -997 2338 341
Armada Biru 24320 30000 5680
23526 -794 21526 30000 8474 22858 1332 Armada Orange 7386 10000 2614
7423 37 7523 10000 2477 7697 174
Armada Merah 20987 25000 4013
22881 1894 23881 25000 1119 25477 1596
Total 65239 81300 16061 67525 2286 65521 79150 13629 69809 4288
(2)
Tabel 6.3 Perbandingan Perencanaan Produksi Minggu 16-22 Januari dan 23-29 Januari 2015 Minggu
16-22 Januari 2015 23-29 Januari 2015
Jenis Produk Permintaan (Bag)
Perencanaan Aktual
(Bag)
Selisih Permintaan
(Bag)
Perencanaan
Goal Programming
(Bag)
Selisih Permintaan
(Bag)
Permintaan (Bag)
Perencanaan Aktual
(Bag)
Selisih Permintaan
(Bag)
Perencanaan
Goal Programming
(Bag)
Selisih Permintaan
(Bag)
AFI Hitam 3280 5000 1720 3753 473 3256 5000 1744 3736 480
AFI Orange 412 700 288 458 46 419 500 81 461 42
AFI Cokelat 808 800 -8 890 82 802 800 -2 887 85
AFI Biru 996 1500 504 1115 119 988 500 -488 1037 49
AFI Kuning 5265 5500 235 5364 99 5375 5500 125 5599 224
AFI Merah 2192 3000 808 2278 86 2289 2000 -289 2219 -70
Armada Biru 21834 30000 8166 22190 356 20531 30000 9469 21522 991 Armada Orange 7731 10000 2269 7971 240 7814 10000 2186 8245 431 Armada Merah 24310 25000 690 28073 3763 28543 30000 1457 30669 2126
Total 66828 81500 14672 72092 5264 70017 84300 14283 74375 4358
(3)
Perencanaan produksi dengan menggunakan goal programming
memberikan hasil yang optimal dan mencapai nilai selisih permintaan yang mendekati nilai permintaan aktual dibandingkan dengan nilai selisih permintaan dari hasil perencanaan produksi aktual yang dilakukan perusahaan pada bulan Januari 2015. Bila perusahaan menerapkan rencana produksi yang diperoleh dari optimasi goal programming ini maka, perusahaan dapat memaksimalkan volume produksi dan memaksimalkan keuntungan perusahaan dengan memperhatikan jumlah jam kerja yang tersedia dan gandum yang tersedia di silo gandum. Selain itu, nilai selisih dengan perencanaan goal programming yang didapat lebih kecil dibanding dengan perencanaan aktual perusahaan sehingga dapat mengurangi biaya fumigasi yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menjaga mutu tepung terigu. Oleh karena itu dapat dikatakan tujuan dari perencanaan produksi dapat tercapai dengan menggunakan optimasi perencanaan produksi dengan goal programming.
(4)
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengolahan dan analisa terhadap pemecahan masalah yaitu perencanaan produksi dengan goal programming
mampu memberikan hasil optimal dengan tercapainya beberapa sasaran yaitu sasaran untuk memaksimalkan volume produksi tercapai untuk keseluruhan produk, dan berlebih untuk AFI Hitam sebesar 456 bag pada minggu 20-26 Maret 2015, dan sasaran untuk memaksimalkan keuntungan tercapai bahkan berlebih sebesar Rp 8.208.000 untuk minggu 20-26 Maret 2015. Selain itu perencanaan produksi dengan goal programming memiliki nilai selisih permintaan yang lebih kecil dibandingkan dengan perencanaan produksi aktual perusahaan pada bulan Januari 2015 sehingga dapat dijadikan masukan dalam upaya meningkatkan keuntungan perusahaan.
7.2. Saran
Saran-saran yang diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah: 1. PT. Agri First Indonesia dapat menggunakan metode Goal Programming
sebagai salah satu solusi untuk perencanaan produksi yang optimal.
2. Sebaiknya PT. Agri First Indonesia dapat memaksimalkan penggunaan bahan baku untuk mengurangi persediaan ganduum di silo karena persediaan gandum yang berlebih akan meningkatkan biaya fumigasi
(5)
3. Penelitian ini tidak memperhitungkan biaya produksi yang harus dikeluarkan perusahaan sehingga tidak dapat dilihat perbandingan biaya produksi yang paling baik antara aktual dengan metode goal programming untuk itu perlu dilakukan penelitian pengembangan dengan memperhitungkan biaya produksi.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Wiwik, dkk. 2015. Production Planning Optimization Using Goal Programming Methodin Habibah Busana. Journal of Management Science Vol. 3, No. 4, December.
Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Makridakis, Spyros, dkk. 2006. Metode dan Aplikasi Peramalan. Jakarta: Binarupa Aksara.
Narashiman, Seetharama L. dkk. 1995. Production Planning and Inventory Control. USA: Prentice Hall, Inc.
Prasetya, Donny. 2013. Aplikasi Fuzzy Goal Programming untuk Mengoptimalkan Aggregate Planning pada Industri Peralatan Makan, Studi Kasus PT. Dwi Perkasa Jaya. Jurusan Teknik Industri. Institut Sepuluh November, Surabaya.
Rao, Singiresu S. 2009. Engineering Optimization : Theory and Practice. 3rd Edition. New Jersey : John Wiley and Sons.
Sharma, Shuresh Chand. 2012. A Goal Programming Approach in Dairy Waste Minimization. International Journal of Theoretical & Applied Sciences Vol. 4, No. 2. October.
Sinulingga, Sukaria. 2008. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.