7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Landasan Teori 2.1.1.Pengertian Pasar Modal
Menurut UU Pasar Modal RI No. 8 tahun 1995, Pasar Modal didefinisikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek. Sementara
Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain
yang bertujuan memperdagangkan efek diantara mereka secara teratur, wajar dan efisien.
Fungsi Pasar Modal
Pasar modal memiliki 2 fungsi utama yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan Suad Husnan, 1998:4. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya,
pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari leader pihak yang mempunyai kelebihan dana ke borrower pihak yang memerlukan dana.
Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, leader mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari
sisi borrower tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka
8
melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Dalam proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan produksi,
sehingga akhirnya secara keseluruhan akan terjadi peningkatan kemakmuran. Fungsi ini sebenarnya juga dilakukan oleh intermediasi keuangan lainnya,
seperti lembaga perbankan. Hanya bedanya dalam pasar modal diperdagangkan dana jangka panjang dan dilakukan secara langsung, tanpa perantara keuangan.
Untuk fungsi keungan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrower dan leaders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung
dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut. Meskipun harus diakui perbedaan fungsi ekonomi dan keuangan ini sering
tidak jelas. Secara khusus dapat dijelaskan manfaat pasar modal adalah: Bagi perusahaan, pasar modal akan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana
selain sistem perbankan. Apabila perusahaan memenuhi kebutuhan dananya melalui perbankan maka perusahaan tersebut akan memperoleh dananya dalam
bentuk kredit. Dalam teori keuangan dijelaskan bahwa bagaimanapun juga akan terdapat batasan menggunakan hutang. Keterbatasan tersebut biasanya
diindikasikan dari terlalu tingginya debt equity ratio yaitu perbandingan antara hutang dengan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Sesuai dengan
balancing theory of capital struktur, pada saat rasio hutang dengan ekuitas sudah terlalu tinggi, maka biaya modal perusahaan tidak lagi minimum, tetapi
akan meningkat dengan makin banyaknya hutang yang diperdagangkan. Dalam keadaan tersebut perusahaan akan terpaksa menahan diri untuk perluasan usaha
9
kecil kalau bisa mendapatkan dana dalam bentuk equity modal sendiri. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat
tanda hutang obligasi ataupun surat tanda kepemilikan saham. Dengan demikian, perusahaan bisa menghindarkan diri dari kondisi debt to equity ratio
yang terlalu tinggi sehingga justru membuat cost of capital of the firm tidak lagi minimal. Dalam teori keuangan dijelaskan bahwa setiap dana, baik hutang
maupu n modal sendiri, mempunyai biaya dana cost of capital. Hanya untuk modal sendiri biaya tersebut implisit, atau opportunistic, sedangkan untuk
hutang bersifat eksplisit karena benar-benar dikeluarkan oleh perusahaan dalam bentuk pembayaran bunga. Bagi investor, alternatif investasi selain investasi
pada sistem perbankan dan real asset. Dengan adanya pasar modal, pemodal dimungkinkan untuk melakukan diversifikasi dan membentuk portofolio
investasi sesuai dengan preferensi resiko dan tingkat kuntungan yang dikehendaki. Resiko yang tinggi, berarti return yang akan diterima pun
semakin tinggi. Pemodal juga punya kesempatan untuk merubah portofolio setiap saat. Hal itu dikarenakan investasi pada sekuritas di pasar modal
mempunyai likuiditas yang tinggi ditunjukkan dengan mudah dan cepatnya proses jual beli di pasar modal.
Bagi pemerintah, pasar modal akan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Hal ini karena pasar modal berfungsi sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor dengan
10
melaksanakan investasi. Dengan adanya mobilisasi dana tersebut, maka akan terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara pihak masyarakat yang
kelebihan dana dan dengan perusahaan yang kekurangan dana, sehingga akan terjadi peningkatan kemakmuran secara keseluruhan.
2.1.2.Hubungan Pasar Modal Dengan Nilai Tukar Mata Uang
Studi empiris yang berhubungan dengan stock market returns dapat digolongkan menjadi dua. Studi pertama menggunakan Granger Causality Test,
Cointegration Test dan Variance Autoregression Model dan fokus terhadap hubungan antara stock market return dan variabel macroeconomic pilihan,
seperti inflasi atau nilai tukar Milliaris dan Urrutia, 1992: Habibullah dan Baharumshah, 1996: Abdalla dan Murinde, 1997; Nieh dan Lee,2001.
Studi kedua, multifaktor model mengunakan analisis regresi dan fokus terhadap pasar modal dan jenis-jenis variabel macroeconomi seperti tingkat
inflasi, nilai tukar, suku bunga, produksi industri, persedian uang, harga minyak dan lain-lain untuk menjelaskan stock market returns. Juga, beberapa
studi empiris menggunakan faktor resiko politik dan efek menular sebagai variabel penjelas chen, Roll, dan Ross, 1986; Kwon dan Bacon, 1997; Bilson,
Brailsford, dan Hooper,2001; Perotti dan Oijen, 2001 Ada dua pendekatan dalam literatur untuk menjelaskan faktor
menentukan dari currency crisis. Model generasi pertama dikembangkan oleh Krugman 1979 dan dilanjutkan Flood dan Garber 1984 dalam merespon
11
currency crisis di negara berkembang tahun 1980an. Sependapat dengan model pertama, perluasan fiskal dan peraturan moneter yang tidak konsisten dengan
peraturan nilai tukar yang tetap. Ketika fiskal menipis akan meluas ke kredit domestik, cadangan menurun untuk mempertahankan nilai tukar yang tetap dan
kehilangan cadangan kekuatan secara signifikan masing-masing penguasa mendevaluasi atau mengangkat mata uang lokal. Model generasi kedua adalah
hak untuk merespon currency crisis ketika pokok dari ekonomi seperti tahun 1990an.
Banyak studi empiris memperdebatkan bahwa nilai tukar akan berpengaruh pada pasar modal melewati dua sumber. Sumber pertama depresi
terhadap nilai mata uang lokal meningkatkan ekspor dan menurunkan nilai impor. Peningkatan nila ekspor menimbulkan harapan akan pendapatan dari
domestik ekspor perusahaan, menguasai dalam penambahan persediaan harga ekspor domestik perusahaan. Oleh karena itu, penguasaan ekspor secara
ekonomi meningkatkan keuntungan dari pasar modal sebaliknya menurunkan penguasaan impor. Sumber kedua, krisis dari menurunnya tingkat mata uang
lokal akan membuat keadaan bergejolak, karena itu investor akan bersiap menyimpan dolar untuk equity, yang mana itu akan menguasai mata uang
domestik. Disaat yang sama, resiko nilai tukar adalah faktor harga untuk investor asing dalam menentukan stock market model dan krisis dari mata uang
12
domestik karena investor asing pindah dari pasar modal kepasar mata uang. Sebagai hasil, krisis mata uang berkemungkinan mempengaruhi pasar modal.
Banyak penelitian mempertimbangkan hubungan sebab akibat dari nilai tukar terhadap harga saham, disana akan ditemukan hubungan timbal balik.
Keuntungan pasar modal akan mempengaruhi nilai tukar sampai tingkat dua. 1. keselarasan pendekatan portofolio dengan penetapan nilai tukar,
menurunkan harga saham menurunkan arus masuk investasi luar negeri dan meningkatkan arus keluar portofolio keluar negeri, memimpin
dalam permintaan yang rendah untuk mata uang domestik dan krisis nilai tukar.dalam pendekatan ini, harga saham domestik mempengaruhi
mata uang domestik. 2. keselarasan dari pendekatan moneter untuk penguasaan nilai tukar,
penurunan harga saham menurunkan kekayaan para investor, memimpin permintaan terendah untuk mata uang domestik suku bunga
terendah. Sebagai hasil dari tingkat suku bunga domestik yang rendah, investor memindahkan dana mereka dari suku bunga yang rendah
kepada mata uang asing, karena mata uang domestik menuju krisis. Dalam pendekatan ini, harga saham domestik mempengaruhi mata uang
domestik. Sebagai hasil, penurunan keuntungan harga saham karena
13
krisis mata uang domestik dan peningkatan kemungkinan krisis mata uang.
2.1.3.Pengaruh Indeks Bursa Global Terhadap IHSG
Keterkaitan pasar modal Indonesia dengan pasar modal luar negeri dimulai setelah diperbolehkannya para investor untuk ikut menguasai saham-
saham yang tercatat di BEJ. Investasi portofolio asing berperan sangat penting di pasar modal manapun Mobius, 1998:187. Diperkenalkannya investor asing
ke pasar tentu saja berfungsi sebagai katalis yang mendorong investasi lokal. Investasi asing berpengaruh dalam menyorot perusahaan yang memberikan
informasi keuangan paling transparan dan valuasi terbaik, masuknya dana-dana asing ke pasar-pasar baru berpengaruh jelas dan menguntungkan bagi
pertumbuhan dan struktur pasar. Walaupun peranan investor domestik makin meningkat akan tetapi
terdapat kebiasaan dari investor domestik untuk melakukan strategi mengekor pada investor asing atau setidaknya investor domestik menggunakan perilaku
investor asing sebagai acuan Cahyono, 2000:93. Sehingga saat investor asing melepas sahamnya investor domestik pun ikut-ikutan, akibatnya indeks dapat
turun semakin tajam. Investor asing menanamkan modalnya pada bursa seluruh dunia
sehingga antara bursa-bursa didunia mempunyai keterkaitan secara global. Kejadian dan dinamika harga saham antara satu bursa dengan bursa yang lain
14
saling pengaruh mempengaruhi terutama dengan bursa dari negara-negara berdekatan misalnya crash yang terjadi di bursa Singapura akan
mengakibatkan crash pada bursa-bursa Taiwan, Hongkong, Jepang maupun Indonesia.
2.1.4.Contagion Effect Theory
Para ahli berpendapat bahwa kondisi perekonomian suatu negara akan berpengaruh terhadap kondisi perekonomian negara lain. Kondisi krisis negara-
negara Asia tahun 1997 menurut penelitian Bank Dunia terutama disebabkan oleh adanya contagion effect domino effect dari negara lain Tan, et all,
1998. Belajar dari krisis tahun 1997, Indonesia sebagai salah satu negara berkembang ternyata hingga saat ini masih sangat tergantung pada kondisi
perekonomian luar negeri terutama yang berkaitan dengan investasi. Akibatnya, kondisi pasar modal di Indonesia diduga dipengaruhi oleh kondisi
luar negeri terutama kondisi pasar modal yang ada pada negara-negara maju.
2.1.5.Teori pasar kuat terhadap pasar yang lebih lemah
Menurut para ahli, liberalisasi dalam bidang perekonomian cenderung menguntungkan perekonomian negara maju dan berdampak merugikan
terhadap perekonomian negara yang sedang berkembang akibat lemahnya pondasi perekonomian yang dimilikinya. Pola pengembangan perekonomian
antara negara-negara maju developed countries ternyata memiliki perbedaan
15
dengan negara-negara yang sedang berkembang developing countries. Dalam perekonomian dunia saat ini, suatu negara yang memiliki capital yang kuat
pasti unggul dalam setiap transaksi perekonomian Hatten, et all, 1986.
2.1.6.Keadaan Sekarang
Pada oktober 2007, SP 500 Index ditutup pada posisi tertinggi 1,565. Pada satu tahun kemudian Oktober 2008, SP 500 Index terjun bebas sebesar
41.9 faktanya angka ini merupakan angka terendah dalam pasar modal amerika sejak april 2003, atau hampir sama dengan kehancuran pasar pada
1092 great depretion. dalam sejarahnya, pelemahan pasar mempunyai tingkat kehancuran rata-rata 32. Bagaimanapun, ada tiga priode yang dilalui ketika
kehancuran pasar mencapai tingkat yang menghawatirkan. Great Depretion 1929 mencatat tingkat kehancuran pasar mencapai 86, tahun 1973-74 pada
saat krisis energi yang berakibat pada pasar termasuk menurunkan pasar pada tingkat 48,dan pada awal dekade ini pasar telah jatuh pada posisi 49. Pasar
modal Indonesia yang pada awal krisis 1997 juga mencapai tingkat terendah menunjukkan adanya pola yang sejalan dengan pergerakan keadaan ekonomi
suatu negara seperti yang juga terjadi pada akhir tahun 2008 sehingga menyebabkan beberapa kali pihak Bapepam men suspend untuk
menyelamatkan pihak investor yang melakukan investasi. Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal tidak bisa lepas dari semua informasi yang dapat
mempengaruhi pasar modal itu sendiri.
16
2.1.7.Crises in the Capital Markets
Pada tahun 1982 saat krisis menghantam pasar modal negara negara berkembang. Banyak dari negara tersebut adalah dari Amerika Latin, Secara
perlahan mencengkram keadaan, selagi debitur yang berkuasa dan pihak kreditur
mereka goyah dipinggir dari masa jatuh tempo hutang mereka. Tetapi ditahun 1990, krisis hutang memberikan jalan untuk memperbaharui struktur
modal mereka, sebagai hasil dari kombinasi permasalahan hutang yang berkepanjangan, Reformasi ekonomi yang meluas, dan tingkat suku bunga
Amerika yang rendah Calvo, et all, 1996. Ditahun 1990, krisis nilai tukar uang mengganggu pasar modal di
eropa, amerika Latin, dan Asia. Diluar Europa, krisis menjalar ke pasar modal, menimbulkan kengerian disuatu negara, dan suatu saat membawa kepada krisis
yang parah. Banyak dari negara di Asia berusaha menghindari permasalahan hutang pada sekitar tahun 1980, tapi beberapa negara mendapat terpaan krisis
yang dahsyat pada tahun 1990. Krisis melahirkan perdebatan yang tajam yang saling berlawan arah. Satu pihak meng-klaim bahwa kegagalan ekonomi
merupakan akibat dari fenomena yang saling berkaitan hal pertama yang disorot oleh Feldstein dan Horioka 1980, adalah kecilnya tingkat rata-rata
current account balances untuk negara industri di awal setelah perang usai. Hal ini menggiurkan bagi dugaan atas observasi Feldstein-Horioka bahwa pasar
modal tentu saja tidak berhasil mengelola dana simpanan dikeseluruhan negara. Bagaimanapun, ketidak seimbangan pada negara besar lebih terbukti
17
pada negara kecil, dan bahkan untuk negara besar ketetapan Feldstein- Horioka ini bisa melemahkan pada dekade terbaru operator pasar yang tamak,
biasanya orang asing. Pandangan ini utamanya terkenal dalam pemerintahan negara yang terkena dampak krisis. ditahun 1960, penelitian tanpa nama
‘‘gnomes of Zurich’’ bahwa kesalahan negara britain adalah persoalan pada neraca pembayaran mereka; ditahun 1990. Pandangan berlawanan arah
mengatakan krisis adalah sesuatu yang dibuat sendiri , dan pasar modal memerlukan peraturan pemerintah yang melindungi. Pemikiran baru dalam
krisis akan menentang pandangan lain bahwa tidak seratus persen benar. Hal itu bisa menjadi “daerah abu-abu” yang luas dimmana kebijakan pemerintah
tidak mampu menghalang krisis,beberapa krisis tidak bisa dielakkan dan bahkan dalam faktanya tidak terjadi tanpa campur tangan international capital
outflows. Tanpa ada dorongan dari pemerintah, maka investor asing akan
memmbawa keluar investasi mereka Detragiache, 1996; Obstfeld, 1996. Sebagai contoh, sebuah negara dengan hutang jangka pendek dengan satuan
ukur dolar milik pemerintah dan sedikit cadangan dolar —posisi Mexico dibulan December 1994— mungkin mengalami krisis pada masa depan jika
sebelumnya pihak pemberi pinjaman secara tiba-tiba meminta pembayaran dengan dolar, dan jika tidak ditemukan pemberi pinjaman dolar. Maka, krisis
bisa dipastikan terjadi, seperti yang sudah terjadi pada bank, yang mana dapat menghasilkan ketidakseimbangan pada pasar asset internasional, dan waktu
18
pembayaran saat krisis sedikit tidak menentu.. Gambaran ini bisa menjelaskan mengapa pasar modal dapat masuk kedalam kehancuran sebelum krisis muncul
kepermukaan. Usaha untuk menjamin tingkat pertukaran atau mengatur sebelumnya harga tertinggi saat keadaan krisis dapat membawa kepada
kondisi sangat rentan ketika kemungkinan munculnya krisis kredit internasional. Ketika Bank lokal dan perusahaan meminjam dengan sangat
percaya diri didalam tingkat pertukaran, mereka mungkin meminjam dolar atau yen tanpa cukup perlindungan nilai dari resiko, menimbulkan ratio hutang
mereka dalam laporan keuangan mereka. Mereka mungkin percaya hal itu akan terjadi bila kondisi telah krisis, pemerintah berjanji untuk menetapkan nilai
tukar untuk menahan hal yang telah terjadi dengan melakukan dana talangan bailed out untuk satu arah atau yang lainnya. Peminjam berharap berhadapan
dengan resiko kecil kerugian bahkan jika bailout tidak diberikan, karena mereka hanya punya sedikit atau tidak sama sekali modal dalam pertaruhan ini.
Masalah ini menjadi sangat parah di negara berkembang, dimana pihak pengambil kebijakan tidak dapat bertindak, lembaga keuangan mengalami
kehancuran, dan bahkan reputasi pemerintah diragukan. Ketika sentimen pasar menentukan kembali tingkat nilai tukar, pemerintah terpaksa mengambil
langkah pendek menentukan nilai mata uang asing dalam beberapa cara. Sejak pemerintahan dalam waktu sama menggunakan cadangan mata uang asing
dalam usaha yang sia-sia untuk menahan nilai tukar dan tidak dapat meminjam lebih banyak pada pasar, maka kehancuran nasional akan datang
19
dengan segera Dı´az-Alejandro 1985, gambaran pengalaman Chile diawal 1980 an, memberikan perhitungan klasik dalam proses ini.
Institusi keuangan lokal di awal tahun 1990 meminjam dengan tingkat suku bung rendah dalam dollar U.S yang lebih menguntungkan dari tingkat
suku bunga meksiko. Dibanyak kasus mereka melakukan design alat cara spesial untuk mengelabuhi pembuat kebijakan Mexican Garber and Lall,
1998. Ketika peso krisis pada akhir 1994, pemerintah Mexico menemukan hal itu merupakan lapisan terluar diantara krisis keuangan sektor swasta selama
permasalahan muncul dari kepemilikan pemerintah atas dollar terhadap pinjaman luar negeri. Itu terlihat tidak ada pilihan tapi untuk mempersiapkan
cadangan luar negeri dan likuiditas untuk bank, demikian cepat peso menurunkan nilai. Contoh serupa dapat dijumpai di Asia. Ketika IMF
melakukan observasi terhadap Thailand Folkerts-Landau et all., 1997: hal 46: Banyak bank percaya terhadap lindung nilai atas nilai hutang luar negeri
mereka, pengamat percaya itu hanya untuk pihak perusahaan saja. Kombinasi dari buruknya nilai tukar dan perbedaan secara global kebanyakan lebih
tinggi tingkat suku bunga dalam negeri dipersiapkan sebuah dorongan yang kuat untuk perusahaan untuk mengambil hutang mata uang asing. Sejak dari
sekarang, penambahan untuk kepemilikan nilai tukar asing, bank berharap mendapatkan pembukaan tidak langsung dalam bentuk resiko kredit untuk
perusahaan dalam meminjam dalam mata uang asing.
20
Pihak otoritas internasional ikut campur dalam pelaksanaan pasar pertukaran sejak krisis dimulai Mei 1997, dengan mempercayakan kontrak
dibawah kendali pemerintah akan menjamin perdagangan masa depan dolar kepada Bath mendekati titik harga sekarang. Kebijakan ini meng-ijinkan
banyak perdagangan dalam dolar untuk melindungi hutang mereka tetap rendah. Sebagai hasilnya, pihak pemerintah Thai terjebak dalam milyaran
hutang nilai tukar asing setelah bath mengambang pada bulan juli, dan penambahan hutang ini membawaa kepada krisis yang lebih dalam. Ketika
krisis mata uang sampai di Eropa pada 1992, pemerintah tidak menanggapi secara serius sehingga menimbulkan pertanyaan. Nilai tukar mata uang euro
pada saat krisis tidak terlalu berfluktuasi yang berakibat merusak seperti di Mexico dan Asia, pasar modal juga tidak terganggu, dan mereka tidak perlu
untuk mencari bantuan dari negara lain atau IMF. Pada episode Asia Timur terbaru kembali dipertegas kebutuhan untuk bisa memonitor dan membuat
regulasi dari asset dan hutang dari institusi keuangan. Episode terbaru juga menegaskan seringkali gejolak politik Membawa perubahan, kekurangan
tenaga ahli lokal, dan kesulitan menentukan secara tajam karakter resiko dari asset dan hutang. Khususnya saat suku bunga nominal Bath melebihi Dollar
Amerika maka ada kemungkinan bath akan krisis dan pemberi pinjaman bath tidak terlalu perduli dari ancaman kerugian akibat perubahan nilai tukar.
Bentuk seperti itu akan stabil dengan perlindungan tingkat tinggi dari dari pemerintah.
21
Masalah yang melekat dan berhadapan dengan semua negara, industrial dan pengembang, adalah kesulitan yang sangat dalam mengawasi institusi
keuangan yang melakukan transaksi luar negeri diluar jangkauan pengawasan. Sejak awala 1970, Bank untuk pembayaran International bekerja untuk
memperkenalkan regulasi kerjasama dan menyediakan pengawas yang bertanggung jawab diwilayah yang berpotensial jatuh.
2.2.Tinjauan Penelitian Terdahulu
Karena penelitian ini merupakan replikasi penelitian sejenis, maka akan dilampirkan penelitian sejenis dalam matriks.
Nama Peneliti Judul Penelitian
Variabel Model
Hasil Penelitian W.N.Wazman.
Muzafar Syah. M. Azali.
2002 Stock Price And
Exchange Rate Interaction In
Indonesia: An Empirical Inquiry
Nilai tukar X, harga
saham Y Granger non
causality test Bahwa ada kausalitas dua
arah antara exchange rate dan stock price sebelum
terjadi krisis keuangan di asia. Namun setelah krisis
exchange rate mempengaruhi stock price.
Ludovicus sensi wondabio
2006 Analisa hubungan
index harga saham gabungan IHSG
jakarta jsx, london ftse, tokyo nikkei
dan singapura ssi IHSG Y,
Indeks ftse X, Indeks
nikkei X, Indeks ssi X
a.Test Granger
Causality b.Model VAR
c.Model Regresi
d.Model Regresi
Terkointegr asi
e.Model ARCH
Pola hubungan antara JSX dan FTSE, NIKEI dan SSI
ternyata memiliki hubungan yang berbeda-
beda.
Hubungan FTSE dan NIKKEI terhadap JSX
adalah negatif atau berbalik dimana jika FTSE
NIKKEI naik maka JSX turun. Ini menandakan
bahwa kenaikan FTSE dan NIKKEI justru menekan
JSX. Hal ini dapat diduga adanya pengalihan
investasi oleh para investor.
Tabel 2.1: Tinjauan Penelitian Terdahulu
22
Nama Peneliti Judul Penelitian
Variabel Model
Hasil Penelitian Noer Azam
Achsani 2000 Mencermati
Kejatuhan Indeks Dow
Jones:AkankahIndeks BEJ Ikut Terseret?
Indeks bursa dalam negeri
Y, indeks bursa asia
pasifik X, indeks bursa
amerika X Deskriptif
verifikatif Apabila terjadi shock di
Amerika Serikat maka bursa-bursa regional tidak
akan terlalu meresponnya. Hanya di Singapura, Hong
Kong, Jepang dan Taiwan dan New Zealand yang
akan langsung merespon, dan respon pun tidak
cukup besar. Sebaliknya jika shock di Singapura,
Australia atau Hong Kong, secara cepat shock tersebut
akan ditransmisikan ke hampir semua bursa saham
di Asia.
Moh. Mansur 2004
Pengaruh indeks bursa global terhadap
Indeks harga saham gabungan IHSG
Pada bursa efek jakarta bej periode
tahun 2000-2002 Indeks Bursa
saham global KOSPI,
NIKKEI 225, Hang Seng,
TAIEX, Dow Jones, FTSE,
ASX X dan IHSG BEJ Y
Deskriptif verifikatif
dengan menggunakan
explanatory survey
Hasil dari pengujian analisis jalur model
menunjukan bahwa indeks harga
gabungan bursa global secara bersama-sama
memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di
BEJ.
Lanjutan Tabel 2.1
23
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS