PENGARUH KURS NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN INDEKS NIKKEI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) TAHUN 2007 2010

(1)

commit to user

i

NIKKEI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) TAHUN 2007-2010

Skripsi

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

Eko Yuono (F0107007)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

Karya ini penulis persembahkan untuk:

Allah SWT


(5)

commit to user

v

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya yang telah memberikan kesempatan berproses sehingga dapat menyelasaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Kurs Nilai Tukar, Suku Bunga Deposito dan Indeks Nikkei terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Tahun 2007-2010 ”. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi UNS yang telah memberikan wawasan mengenai dan pengaruh ilmu fiskal saya selama di FE UNS .

3. Ibu Siti Aisyah Tri R., SE, Msi., selaku Pembimbing yang telah memberikan izin penelitian dan bimbingan yang luar biasa. Mohon maaf apabila saya merepotkan, tetapi anda adalah dosen dan pembimbing yang luar biasa.

4. Ibu Dr. Yunastiti Purwaningsih dan Drs. Sutomo, MS, selaku Pembimbing Akademik. Ilmu yang anda ajarkan dikelas Ekonomi SDM tidak akan terlupakan Pak.

5. Ibu Dwi Prasetyani, SE, Msi yang memberikan pendidikan luar biasa bersama Ibu Izza Mafruhah, SE, Msi yang selalu mendukung saya dalam akademik.


(6)

commit to user

vi

Makro, terima kasih bu. Bapak Dr. A. Suryantoro, MS yang memberikan saya pengaruh ilmu evaluasi proyek, kelas yang menyenangkan untuk berdiskusi pak. Bapak Dr. AM. Susilo, MS, untuk kelas perencanaan pembangunan yang luar biasa. Bapak Joko Nugroho, Drs, ME, untuk ilmu matematika ekonomi yang selalu terpakai hingga saat ini.

7. Ibu Tri Mulyaningsih SE, M.Si dan Ibu Nurul Istiqomah, SE, M.Si yang benar-benar memberikan kelas statistika ekonomi yang menyenangkan. Bapak Hari Murti, Drs, M.Si yang memberikan mata kuliah Metodologi Penelitian. Bapak Mugi Rahardjo, Drs, M.Si berkat anda saya menyukai konsentrasi ekonomi SDA pak terima kasih. Ibu Nunung Sri Mulyani, Dra yang memberikan saya dasar ekonomi mikro yang kuat. Pak Sri Mulyono, Drs, M.Si, yang memberikan ilmu moneter pertama saya di FE UNS.

8. Bapak Wahyu Agung Setyo, Drs, M.Si., yang mengajarkan mengenai ilmu koperasi dan ekonomi internasional yang luar biasa, anda benar-benar qualified pak. Pak Vinc Hadiwiyono, Drs, MA yang sering berdiskusi saya bersama Bapak Bhimo Rizky SE, M.Si., terima kasih atas segala masukannya.Bapak Sutanto, Drs, M.Si.,yang memberikan mata kuliah ekonomi internasional terima kasih atas ilmunya pak.

9. Bapak Sumardi, SE, ilmu keuangan daerah yang anda ajarkan sangat senang untuk saya aplikasikan di daerah saya, terima kasih pak. Bapak Riwi Sumantyo, SE, Msi, terima kasih atas ilmu LQ, Shift Share dan kelas di Kebanksentralan yang sangat menyenangkan. Bapak Dr. Johny Sarungu, MS,


(7)

commit to user

vii

pentingnya berlaku jujur dalam dunia pendidikan, terima kasih pak.

10.Bapak Dr. Guntur Riyanto, M.Si., kelas pertanian sangat menyenangkan pak, dan saya tahu anda pribadi yang qualified dalam ilmu ekonomi pertanian pak. Bapak Bambang Irawan, SE, M.Si., yang benar-benar memberikan saya pengetahuan bahwa dunia luas, saya ingin memiliki wawasan seperti anda nantinya pak, terima kasih atas kelas kelas Perekonomian Indonesia yang luar biasa.

11.Bapak Akhmad Daerobi, Drs, MS, Bapak Bambang Supriyanto, SE, Bapak Mulyanto, Drs, ME, Bapak Heri Sulistyo Jati N., SE, Bapak Lukman Hakim, SE, Msi, Bapak Supriyono, Drs serta Bapak Tetuko Rawidyo, SE, Msi walaupun tidak pernah menerima ilmu langsung dari anda, namun terima kasih atas waktu yang diberikan untuk berdiskusi sekedarnya dengan saya. 12.Seluruh staff kemanan RS Islam Klaten karena telah mengizinkan saya

mengerjakan skripsi ini di ruang gawat darurat selama hampir 2 bulan.

13.Tim Basket FE UNS dan UBB UNS, Futsal E-United dan Jatas FC walau hanya sebentar bersama tapi sangat berkesan.

14.Ibu, yang berkali-kali mendengar anaknya kesakitan lahir dan batin. Bapak yang tak pernah lelah bekerja, serta Nita, adik kecil yang akan kujadikan dokter nantinya.

15.Untuk Ery Prabasari, alumni Manajemen FE UNS 2006 sebagai kekasih yang mendukungku selama 3 tahun di UNS, semoga kamu segera sadar dari keadaan koma, karena saya berusaha disamping kamu selama 2 bulan ini.


(8)

commit to user

viii

akan datang demi cita-cita kita berdua.

16.Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, kami mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat-Nya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi wacana pengembangan penelitian Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, khususnya konsentrasi ekonomi moneter dan implikasinya pada tataran empiris dan praktis. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun kepada penulis diterima dengan senang hati.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Surakarta, 09 Juni 2011


(9)

commit to user

ix

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1. Pasar Modal ... 12

a. Macam-Macam Pasar Modal ... 13

b. Indeks Harga Saham Gabungan ... 17

c. Metode Perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan ... 20

e. Perhitungan Harga Teoritis dan Penyesuaian Nilai Dasar ... 23

f. Teori Permintaan Aset ... 33

g. Efficient Market Theory ... 39

h. Hipotesis Random Walk ... 42

2. Nilai Tukar Mata Uang ... 44


(10)

commit to user

x

c. Sistem Nilai Tukar Mata Uang ... 46

d .Nilai Tukar Riil ... 47

e. Interest Parity Condition ... 48

f. Peran Suku Bunga Terhadap Pembentukan Nilai Tukar ... 51

g. Interest Arbitrage ... 54

3. Suku Bunga a. Perbedaan Tingkat Bunga ... 56

b. Permintaan Tabungan ... 60

c. Permintaan Investasi ... 63

d. Keseimbangan Tingkat Bunga (Teori Klasik) ... 64

e. Teori Preferensi Likuiditas Tingkat Bunga ... 65

f. Keseimbangan Tingkat Bunga pada Teori Dana Pinjaman ... 68

B. Penelitian Terdahulu ... 69

C. Kerangka Penelitian ... 74

D. Hipotesis ... 75

BAB III METODE PENELITIAN ... 78

A. Desain Penelitian ... 77

B. Ruang Lingkup Penelitian ... 78

C. Defenisi Operasional Variabel ... 79

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 79

2. Kurs Nilai Tukar ... 80

3. Indeks Nikkei ... 80

4. Suku Bunga Deposito 3 Bulan ... 80

D. Metode Pengumpulan Data ... 81

E. Metode Analisis Data ... 81

1. Uji Pemilihan Model ... 83

2. Pembentukan Model Autoregressive Distributed Lag ... 86


(11)

commit to user

xi

5. Uji Statistik ... 93

5. Membentuk Variabel Jangka Panjang pada Model ARDL ... 95

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 99

A. Gambaran Umum Variabel IHSG ... 101

B. Gambaran Umum Variabel Kurs Nilai Tukar ... 112

C. Gambaran Umum Variabel Suku Bunga Deposito 3 Bulan ... 121

D. Gambaran Umum Indeks Nikkei ... 129

E. Pemilihan Model ... 138

F. Pembentukan Model Autoregressive Distributed Lag ... 140

G. Pemilihan Tingkat Lag Optimum ... 142

H. Uji Asumsi Klasik ... 144

1. Uji Normalitas ... 144

2. Uji Multikolinieritas ... 145

3. Uji Autokorelasi ... 146

4. Uji Heterokedastisitas ... 147

I. Uji t-Statistik ... 148

J. Uji F (F-test) ... 149

K. Goodness of Fit atau Koefisien Determinasi ... 149

I. Interpretasi Hasil ... 150

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 155

A. Kesimpulan ... 155

B. Saran ... 157

DAFTAR PUSTAKA ... xvi

LAMPIRAN ... xix


(12)

commit to user

xii

Tabel Halaman

4.1 Hasil Uji MWD ... 139

4.2 Hasil Regresi Model Log-linier ... 141

4.3 Pemilihan Lag Optimum ... 142

4.4 Hasil Regresi Model ARDL ... 143

4.5 Koefisien Jangka Panjang dan Jangka Pendek Model ARDL ... 143

4.6 Hasil Uji Normalitas ... 144

4.7 Hasil Uji Multikolinieritas ... 146

4.8 Hasil Uji Autokorelasi ... 147

4.9 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 147


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

2.1 Efek Kenaikan Tingkat Suku Bunga terhadap Mata Uang Domestik ... 52

2.2 Efek Kenaikan Tingkat Pengembalian Mata Uang Asing.... ... 53

2.3 Kenaikan dalam Premi Resiko. ... 59

2.4 Hubungan Tingkat Bunga dan Tabungan... ... 62

2.5 Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi ... 63

2.6 Hubungan Tingkat Bunga, Jumlah Tabungan dan Investasi... 65

4.1 Pergerakan IHSG tahun 2007 ... 101

4.2 Pergerakan IHSG tahun 2008 ... 102

4.3 Pergerakan IHSG tahun 2009 ... 107

4.4 Pergerakan IHSG tahun 2010 ... 110

4.5 Pergerakan Nilai Tukar tahun 2007 ... 113

4.6 Pergerakan Nilai Tukar tahun 2008 ... 113

4.7 Pergerakan Nilai Tukar tahun 2009 ... 116

4.8 Pergerakan Nilai Tukar tahun 2010 ... 118

4.9 Pergerakan Suku Bunga Deposito tahun 2007 ... 121

4.10 Pergerakan Suku Bunga Deposito tahun 2008 ... 122

4.11 Pergerakan Suku Bunga Deposito dan BI Rate ... 124

4.12 Pergerakan Suku Bunga Deposito Tahun 2009 ... 125

4.13 Pergerakan Suku Bunga Deposito tahun 2010 ... 127

4.14 Pergerakan Indeks Nikkei tahun 2007 ... 129

4.15 Pergerakan Indeks Nikkei tahun 2008 ... 131

4.16 Pergerakan Indeks Nikkei tahun 2009 ... 133


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 74

3.1 One-Tail Test Level of Significance... 95

3.2 One-Tail Test Level of Significance... 97


(15)

commit to user

i

PENGARUH KURS NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN INDEKS NIKKEI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)

TAHUN 2007-2010 ABSTRAK

Eko Yuono F0107007

Penelitian ini meneliti dampak kurs nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, Indeks Nikkei dan Suku Bunga Deposito 3 bulan terhadap IHSG. Tujuan penelitian ini adalah melihat hubungan yang terjadi antara variabel independen dengan dependen yaitu kurs nilai tukar terhadap IHSG, indeks Nikkei terhadap IHSG dan suku bunga deposito terhadap IHSG.

Penelitian ini menggunakan model Autoregressive Distributed Lag (ARDL) dengan alasan terdapat masalah spurious regression apabila melakukan estimasi dengan model loglinier. Model ARDL merupakan model yang memasukkan variabel lag di sisi kanan persamaan baik variabel independen dan dependen. Data yang digunakan adalah data bulanan dari tahun 2007-2010. Pemilihan model menggunakan uji MWD dan memberikan hasil bahwa model yang tepat adalah model loglinier. Lag yang dipilih dalam penelitian ini adalah lag t-1 dan dipilih menggunakan parameter SIC.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa kurs nilai tukar, dan indeks Nikkei berpengaruh signifikan terhadap IHSG dengan tingkat signifikansi masing-masing sebesar 0.0009 dan 0.0313 pada tingkat kesalahan 5%. Sedangkan untuk suku bunga deposito 3 bulan tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap IHSG pada tingkat kesalahan 5%. Hubungan antara IHSG dan indeks Nikkei adalah positif dimana apabila indek Nikkei mengalami penguatan sebesar 1% maka IHSG akan ikut menguat sebesar 2.93% pada jangka panjang . Hubungan antara kurs nilai tukar dan IHSG adalah negatif, apabila kurs mengalami depresiasi maka IHSG akan tertekan sebesar 4.98%. Variabel suku bunga deposito 3 bulan t-1 tidak signifikan sehingga koefisien suku bunga tersebut dianggap sebesar -1.00 yang artinya kenaikan tingkat suku bunga 1% akan memberikan efek pada turunnya IHSG sebesar 1%.

Untuk memacu kinerja pasar modal domestik, Pemerintah dapat mempergunakan peluang depresiasi nilai tukar. Variabel suku bunga deposito tidak memberikan efek kepada perubahan IHSG sehingga Pemerintah tidak perlu menggunakan instrumen kebijakan suku bunga deposito untuk mengendalikan pasar modal. Kinerja Nikkei yang searah dengan IHSG menunjukkan bahwa terdapat peluang untuk pengembangan pasar modal domestik melalui pihak asing. Kata Kunci: ARDL, IHSG, Nilai Tukar, Nikkei, Suku Bunga Deposito.


(16)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Liberalisasi perekonomian dunia menyebabkan hubungan ekonomi antar negara menjadi lebih erat ketimbang satu dasawarsa yang lalu. Integrasi perekonomian yang terjadi di dunia terjadi secara perlahan namun pasti. Kawasan Asia Tenggara yang ditempati oleh Indonesia dan beberapa negara tetangga menunjukkan geliatnya dalam melakukan aktivitas ekonomi bersama. Dampaknya adalah globalisasi di bidang perekonomian sehingga siapa saja dapat menanamkan modalnya di berbagai negara tanpa ada batasan wilayah.

Salah satu indikator makro yang paling diperhatikan adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Gerakan indeks harga saham suatu negara dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur untuk melihat kondisi perekonomian negara tersebut secara makro (Nachrowi dan Usman, 2007). Sepanjang tahun 2007, kinerja IHSG menunjukkan hasil yang positif berupa penguatan dari level 1757 pada Januari 2007 ke level 2754 pada Desember 2007 atau sebesar lebih dari 60% dari awal tahun.

Krisis surat utang yang terjadi di Amerika pada tahun 2008 menggerus perekonomian global terutama dari sisi permintaan negara maju seperti Amerika dan Uni Eropa. Pertumbuhan ekspor Indonesia yoy (Year on Year) semenjak kuartal pertama hingga kuartal keempat tahun 2008 terus mengalami penurunan


(17)

commit to user

2

dari semula 13,6% pada kuartal pertama sampai kepada level 1,6% pada kuartal keempat (Bank Indonesia, 2009:7). Tergerusnya pertumbuhan ekspor Indonesia dibarengi dengan lesunya perdagangan saham di bursa efek yang hanya mencapai angka perdagangan saham rata-rata 50 milyar lembar dari bulan November 2008 hingga maret 2009 (Bank Indonesia, 2008:104-105). Bandingkan dengan bulan-bulan berikutnya yaitu Agustus 2009 dimana jumlah saham yang diperdagangkan mencapai angka 188 milyar lembar yang menandakan ekonomi mulai bergeliat dari sisi pasar modal. Apabila perekonomian suatu negara dalam keadaan baik, maka IHSG juga memiliki pola yang baik dalam arti memiliki trend meningkat. Sedangkan apabila trend perekonomian Indonesia menurun, IHSG cenderung terkena imbasnya dengan mengalami koreksi atau penurunan (Novita dan Nachrowi, 2006).

Sementara itu, dalam era globalisasi yang semakin menyatukan aktivitas perekonomian global, membuat indeks bursa saham di dunia saling terkait melalui pergerakan modal dan kordinasi kebijakan antar negara (Valdkhani dan Chancarat, 2008). Keterkaitan ini mengakibatkan aliran dana antar negara mengalir sangat deras baik itu dalam bentuk capital inflow atau capital outflow. Masuknya dana asing ke dalam perekonomian suatu negara disebut dengan capital inflow (Aydemir dan Demirhan, 2009). Aliran dana ini ibarat darah segar bagi pertumbuhan positif IHSG dalam negeri, terlebih bagi negara berkembang seperti Indonesia. Oleh karena itu, keadaan makro perekonomian akan


(18)

commit to user

3

menentukan apakah investor akan bertahan atau keluar dari aktivitas investasinya (Ayemir dan Demirhan, 2009).

Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa perekonomian negara saat sekarang ini saling mempengaruhi karena terintegrasi satu sama lainnya. Ekonomi negara yang lebih kuat mempunyai kencenderungan mendominasi negara yang perekonomiannya lebih lemah (Wondabio, 2006). Hatten Marry Louise (1986) dalam Wondabio (2006) mengatakan bahwa suatu negara yang memiliki modal yang kuat pasti unggul dalam setiap transaksi perekonomian. Dengan asumsi kapitalisasi pasar modal negara maju yang lebih besar dibanding negara berkembang, maka dapat diambil suatu fenomena bahwa IHSG negara dengan perekonomian yang kuat dapat mempengaruhi IHSG negara dengan perekonomian yang lebih lemah (Nachrowi dan Usman dalam Nachrowi , 2007). Masih dan Masih (1999) dalam Valadkhani dan Chancarat (2008) mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara indeks harga saham negara maju dengan indeks harga saham negara berkembang.

Indeks Nikkei adalah indeks perdagangan saham di negara Jepang. Keterkaitan antara Jepang dan Indonesia dapat dikatakan sangat kuat karena aktivitas perekonomian, terutama dari sisi ekpor. Jepang adalah negara tujuan ekspor terbesar Indonesia. Negara Jepang merupakan konsumen nomor satu ekspor material energi seperti minyak bumi dan batu bara yang berasal dari Indonesia. Seiring dengan dominasi sektor energi di neraca ekspor kita, saham sektor energi juga merupakan saham unggulan yang kinerjanya terus meningkat.


(19)

commit to user

4

Sesuai dengan pendapat (Nachrowi dan Usman dalam Nachrowi , 2007) mengatakan bahwa pasar modal negara kuat akan mempengaruhi pasar modal negara berkembang maka dalam konteks ini indeks Nikkei akan mempengaruhi IHSG. Nikkei memiliki kapitalisasi pasar modal yang lebih besar daripada Indonesia. Sampai dengan Desember 2010 kapitalisasi rupiah berada pada level 3.243 triliun Rupiah sedangkan indeks Nikkei berada pada level 30.492 triliun Rupiah atau hampir sepuluhs kali lipat IHSG.

Kurs rupiah terhadap USD memainkan peranan penting dalam perekonomian utamanya di pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia cenderung memiliki hubungan yang negatif dengan kurs. Nachowi dan Usman (2007) mengemukakan bahwa IHSG berhubungan negatif dengan kurs nilai tukar Rupiah terhadap USD dimana apabila terjadi penguatan nilai tukar Dollar dalam hal ini depresiasi Rupiah maka IHSG akan cenderung melemah. Argumentasi ini pun dikuatkan oleh pendapat Wahyudi (2005) dalam Nachrowi dan Usman (2007) dimana pasar modal dan pasar uang memiliki hubungan yang negatif dalam jangka pendek. Pelemahan nilai tukar atau depresiasi juga mempengaruhi kinerja IHSG di berbagai negara. Ajayi dan Mogue (1996) dalam Murwaningsari (2008) berpendapat bahwa peningkatan jumlah harga saham domestik mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai mata uang domestik dalam jangka pendek dan berpengaruh postif dalam jangka panjang. Sedangkan depresiasi mata uang berpengaruh negatif terhadap pasar modal baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek (Murwaningsari, 2008) dan (Wahyudi


(20)

commit to user

5

2005,dalam Nachrowi dan Usman, 2007). Di sisi lain, Kurihara (2006) dan Batori et al (2010) berpendapat bahwa depresiasi nilai mata uang justru akan meningkatkan ekspor sehingga saham-saham di negara yang berorientasi pada ekspor akan ikut meningkat. Novita dan Nachrowi (2006) mengatakan bahwa indeks harga saham gabungan dipengaruhi oleh harga input dan output melalui mekanisme depresiasi mata uang yang disebut dengan traditional approach.

Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap USD akan mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di dalam negeri yang berorientasi impor karena harga input produksi akan meningkat sehingga menurunkan daya saing perusahaan. Ini sesuai dengan pendapat Novita dan Nachrowi (2006) bahwa perubahan nilai tukar akan mempengaruhi daya saing internasional suatu perusahaan. Akibat dari depresiai nilai tukar adalah menurunnya proyeksi keuntungan perusahaan yang bergantung pada produk impor, sehingga apabila perusahaan ini terdaftar di bursa efek maka sahamnya akan cenderung melemah (Liu dan Shrestha, 2008). Profit yang berkurang ini dikarenakan harga input yang diimpor akan lebih mahal akibat dari depresiasi (Aydemir dan Demirhan 2009). Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Case dan Fair (2007:267) tentang hubungan yang negatif antara kurs dan harga saham. Nilai tukar mempunyai pengaruh terhadap daya saing perusahaan berkaitan dengan harga input dan outputnya (Joseph 2002 dalam Aydemir dan Demirhan 2009). Namun, dalam kasus negara yang emitennya berorientasi ekspor, depresiasi cenderung akan memperkuat indeks harga saham (Batori e tal, 2010). Penguatan indeks harga saham melalui depresiasi nilai tukar


(21)

commit to user

6

disebabkan oleh meningkatnya permintaan produksi barang dalam negeri yang dieskpor . Peningkatan permintaan ini disebabkan oleh harga barang yang cenderung murah akibat dari depresiasi. Pendapatan akan meningkat dari sisi valuta asing sehingga investor akan cenderung menginvestasikan dananya ke saham perusahaan-perusahaan tersebut. Mao Kao (1990) dalam Batori et al (2010) mengatakan bahwa indeks harga saham gabungan memiliki hubungan yang positif dengan depresiasi mata uang dan sebaliknya di negara yang berorientasi impor.

IHSG Indonesia mencetak rekor tertingginya pada bulan Desember tahun 2010 di level 3703. Penguatan IHSG ini juga dikarenakan tingkat suku bunga (BI rate) yang cenderung stabil di level 6,5% dalam kurun waktu 17 bulan semenjak Agustus 2009 hingga Desember 2010. Suku bunga deposito perbankan juga menunjukkan kestabilan di level 7%. Tingkat suku bunga yang tinggi akan mempengaruhi IHSG secara negatif, artinya adalah apabila tingkat suku bunga naik (dalam kasus ini adalah suku bunga deposito) maka IHSG akan cenderung terkoreksi. Ini dikarenakan apabila semakin tinggi tingkat bunga maka belanja investasi akan semakin kecil (Case dan Fair, 2007:171). Salah satu instrumen belanja investasi adalah saham. Saham adalah salah satu sumber modal perusahaan untuk berkespansi. Akibat lain dari kenaikan tingkat suku bunga adalah kenaikan biaya produksi dan menurunkan daya saing produknya yang berujung pada menurunnya proyeksi keuntungan perusahaan dimasa yang akan datang (Aydemir dan Demirhan, 2009). Laba atau keuntungan yang akan


(22)

commit to user

7

dibayarkan kepada para pemegang saham disebut sebagai dividen. Semakin besar dividen yang dibagikan akan semakin besar harga sahamnya sehingga apabila akibat kenaikan suku bunga akan menyebabkan laba perusahaan tertekan maka harga saham pun akan ikut menurun (Case dan Fair, 2007:266). Jika tingkat suku bunga yang dibayarkan bank kepada penabung naik, maka investor akan beramai-ramai meletakkan dana mereka di perbankan daripada meletakkan dananya di pasar modal (Olugunde et al 2006:156).

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada November 2008 memaksa sektor perbankan menaikkan suku bunga deposito ke level lebih dari 10 % . Krisis ini memicu jatuhnya IHSG ke level 1241 dari sebelumnya di level 1832 pada bulan sebelumnya yaitu Oktober 2008. Pelemahan sebesar 30% dalam jangka waktu yang hanya sebulan yaitu pada Oktober-November 2008 merupakan sinyalemen buruk bagi perekonomian Indonesia. Pelemahan IHSG terjadi seiring dengan melemahnya nilai tukar rupiah ke level lebih dari Rp 12.000 atau mengalami pelemahan sebesar 20% dari sebelum sebelumnya yang berada di level Rp 10.000

Disamping itu variabel suku bunga deposito juga ikut mempengaruhi fluktuasi harga saham dan nilai tukar. Suku bunga deposito menjadi salah satu tolak ukur masyarakat dalam menanamkan modalnya. Pemilik modal akan mengalokasikan kekayaannya pada aset berdasarkan tingkat return dan resiko yang ada pada suatu aset. Suku bunga deposito menjadi hal yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan perekonomian khususnya sektor riil serta aliran


(23)

commit to user

8

modal di suatu negara. Apabila suku bunga cenderung naik, maka pemilik modal akan mengalokasikan dananya ke dalam instrument investasi yang lain seperti deposito (Novita dan Nachrowi, 2006). Liu dan Shrestha (2008) menemukan hubungan yang negatif antara suku bunga dan indeks harga saham.

Namun seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia, maka suku bunga deposito cenderung turun hingga sekarang berada pada level 7,2% untuk rata-rata seluruh bank di Indonesia. Kestabilan nilai tukar yang dijaga oleh Bank Indonesia dan suku bunga yang cenderung stabil ikut menyumbang penguatan IHSG selain karena membaiknya perekonomian dunia. IHSG pun sempat mencapai rekor tertinggi yaitu berada di level 3789 pada bulan Desember 2010. Di banyak negara, suku bunga merupakan faktor paling penting dalam mempengaruhi indeks harga saham (Kurihara, 2006). Integrasi yang terjadi di pasar modal Indonesia semenjak tahun 1980 menyebabkan aliran modal masuk (capital inflow) dari luar negeri semakin deras sehingga IHSG cenderung menguat. Keadaan makro ekonomi yang stabil yaitu kestabilan nilai tukar dan suku bunga, menarik para investor asing untuk berinvestasi di Indonesia (Bank Indonesia, 2009:93). Artinya adalah IHSG Indonesia cenderung memberikan imbal hasil yang baik sehingga investor tertarik untuk berinvestasi.

Peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Nilai tukar sebagai salah satu variabel independen berpengaruh negatif terhadap IHSG seperti yang ditunjukkan oleh Nachrowi dan Usman (2007). Pengaruh nilai tukar terhadap


(24)

commit to user

9

IHSG dapat ditunjukkan melalui 2 pendekatan yaitu pendekatan tradisional (traditional approach) dan pendekatan keseimbangan portofolio (portofolio balance approach) (Novita dan Nachrowi, 2006). Doong et al dalam Aydemir dan Demirhan (2009) menyatakan bahwa hubungan antara nilai tukar dan harga saham di Indonesia adalah negatif. Hubungan pasar modal antar negara juga telah dijelaskan oleh Nachrowi dan Usman (2007) bahwa pasar modal yang lemah dipegaruhi oleh pasar modal yang kuat. Dalam konteks kapitalisasi pasar, maka indeks Nikkei merepresentasikan pasar modal yang lebih kuat dibandingkan dengan IHSG. Kapitalisasi indeks Nikkei adalah lebih besar daripada kapitalisasi IHSG. Sedangkan untuk variabel tingkat suku bunga, Olugunde et al (2006) mendapatkan pengaruh negatif suku bunga terhadap indeks harga saham dimana apabila suku bunga dinaikkan maka investor akan cenderung beralih dari investasinya di pasar modal. Ini sejalan dengan pendapat (Sunariyah 2006:110) yang menyatakan bahwa apabila tingkat bunga naik maka harga sekuritas (saham) akan cenderung turun.

Berdasarkan uraian diatas dan penelitian sebelumnya maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan cakupan masalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai variabel dependen sedangkan kurs nilai tukar Rupiah terhadap USD, Indeks Nikkei dan suku bunga deposito sebagai variabel independen. Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh Kurs Nilai Tukar, Suku Bunga Deposito dan Indeks Nikkei terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Tahun 2007-2010“.


(25)

commit to user

10

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, untuk memberikan batasan permasalahan dan pedoman arah penelitian, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh yang negatif dari kurs nilai tukar terhadap IHSG?

2. Apakah terdapat pengaruh yang negatif dari suku bunga deposito terhadap IHSG ?

3. Apakah terdapat pengaruh yang positif dari indeks Nikkei terhadap IHSG?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh kurs nilai tukar Rupiah terhadap IHSG. 2. Menganalisis pengaruh suku bunga deposito terhadap IHSG. 3. Menganalisis pengaruh indeks Nikkei terhadap IHSG. D. Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dua aspek yaitu aspek praktis dan aspek akademis.

1. Kegunaan praktis, penelitian ini dapat menghasilkan implikasi yang lebih bernilai untuk para pembuat kebijakan dalam memecahkan


(26)

commit to user

11

permasalahan perekonomian Indonesia terutama dalam bidang pasar modal.

2. Kegunaan akademis, sebagai referensi bagi penelitian yang lebih lanjut dan mendalam serta dapat memacu motivasi kepada peneliti lainnya untuk melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan metode yang lain.


(27)

commit to user

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pasar Modal

Pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar (Sunariyah 2006:4). Pasar modal merupakan sekumpulan institusi keuangan yang memberikan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang (Olugunde et al, 2006:154). Secara sempit pasar modal adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan surat berharga. Di dalam pasar ini, pihak yang kelebihan dana akan melakukan investasi dalam surat-surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Selain itu pihak yang ingin memperoleh dana akan melakukan listing terlebih dahulu kepada badan otoritas pasar modal seperti yang baru-baru ini dilakukan oleh PT KrakatauSteel dan perusahaan penerbangan Garuda Indonesia.

Pasar modal dirancang untuk investasi jangka panjang. Pengguna pasar modal adalah individu-individu, pemerintah, organisasi dan perusahaan. Pasar ini adalah tempat transkasi instrumen finansial seperti sekuritas, saham dan obligasi dimana individu, pemerintah dan institusi yang memiliki kelebihan dana berinvestasi di dalamnya (Olugunde et al,


(28)

commit to user

13

2006). Perbedaan mendasar antara pasar uang dan pasar modal adalah jangka waktunya, dimana pasar uang biasanya mempertemukan permintaan dan penawaran jangka pendek, biasanya kurang dari 1 tahun (Sunariyah 2006:11) (Olugunde et al, 2006).

a. Macam-Macam Pasar Modal

Aktivitas pasar modal secara umum dapat dibagi menjadi 2 yaitu pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market) (Olugunde et al, 2006). Penjualan saham termasuk sekuritas lainnya kepada masyarakat umumnya dilakukan melalui 2 mekanisme pasar yaitu pasar perdana dan pasar sekunder (Sunariyah 2006:12).

1)Pasar Perdana.

Menurut Paker (1987) dalam Sunariyah (2006:13) pasar perdana adalah tempat penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Saham adalah surat berharga sebagai bukti pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan (Bursa Efek Indonesia 2010:46). Ketika suatu sekuritas pertama kali ditawarkan ke publik maka instrumen tersebut aman dijual


(29)

commit to user

14

di pasar perdana (Haugen 2001:20). Pasar perdana adalah pasar finansial dimana sekuritas yang baru dilepas di pasar seperti saham dan obligasi ditawarkan kepada publik oleh institusi pemerintah (Mishkin 2004:26). Pasar perdana berperan penting dalam pelepasan perdana sekuritas (Olugunde et al, 2006). Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya untuk dijual pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa.

Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten) sesuai dengan analisis fundamental mengenai perusahaan tersebut. Peran penjamin emisi selain menentukan harga saham juga melakukan penjualan langsung kepada investor di pasar perdana. Perusahaan investasi perbankan biasanya berperan penting di pasar perdana (Haugen 2001:20). Aktivitas initial public offering (penawaran saham perdana) dilakukan di pasar perdana. Initial public offering (IPO) adalah penawaran perdana saham suatu perusahaan kepada public (Jones, 2004:83).


(30)

commit to user

15

Institusi pemerintah yang mewadahi IPO (Initial

Public Offering) Garuda Indonesia Airlines dan PT

Krakatau Steel yaitu Mandiri Sekuritas dan Danareksa Sekuritas dapat dikatakan sebagai penjamin emisi. Penjamin emisi biasanya mempersiapkan prospectus yaitu brosur yang berisi informasi mengenai keadaan fundamental suatu perusahaan untuk kemudian dianalisis oleh investor potensial (Haugen 2001:20) dan (Jones, 2004:85).

2) Pasar Sekunder.

Pasar sekunder adalah tempat perdagangan sekuritas (contohnya saham) setelah melewati masa penawaran perdana. Pasar sekunder berguna bagi investor untuk mengubah instrumen financial mereka (saham) menjadi bentuk yang lebih likuid yaitu uang (Olugunde et al, 2006). Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual (Sunariyah 2006:13).

Besarnya permintaan dan penawaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor : (a) faktor internal perusahaan yang berhubungan dengan kebijakan internal


(31)

commit to user

16

pada suatu perusahaan beserta kinerja yang dicapai. Hal ini berkaitan dengan hal-hal yang seharusnya dapat dikendalikan oleh manajemen. (b) faktor eksternal perusahaan, yaitu hal-hal diluar kemampuan perusahaan atau diluar kemampuan manajemen untuk mengendalikan. Dari sudut pandang investor, keberadaan pasar sekunder akan menjamin likuiditas sekuritas yang memang sifatnya negotiable, artinya sekuritas itu dapat diperjualbelikan oleh investor sesuai dengan keinginannya. Dari sudut pandang badan usaha yang membutuhkan dana jangka panjang, keberadaan pasar sekunder merupakan wadah berkumpulnya dana dari investor perorangan ataupun lembaga, sehingga pasar sekunder ini dapat menjadi alternatif pembiayaan. Harga saham yang terjadi di pasar sekunder adalah harga pasar saham atau kurs saham.

Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka disebut sebagai bursa efek (Bursa Efek Indonesia 2010:16). Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang,surat berharga


(32)

commit to user

17

komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivative dari efek (UU Pasar Modal Pasal 1 angka 5). Perdagangan saham di Indonesia dilakukan oleh suatu organisasi yang dinaungi oleh BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI). BEI merupakan gabungan atau peleburan dari 2 pasar bursa sebelumnya pada tahun 2007 yaitu Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek Jakarta (BEJ).

b. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Pasar modal berfungsi untuk membantu mengalokasikan modal diantara sektor rumah tangga, perusahaan dan pemerintah serta menyediakan berbagai macam pilihan bagi investor yang ingin bertukar atau memperjualbelikan sekuritas secara mudah, cepat dan efisien (Jones, 2004:83). Pasar ini menyediakan likuiditas dalam dua cara. Pertama, mereka dapat membuat perusahaan menaikkan pendanaan mereka dengan menjual sekuritas dan kedua membantu investor untuk membeli dan menjual sekuritas dengan relatif mudah dan cepat. Kegiatan membeli dan menjual sekuritas pada umumnya dilakukan di pasar sekunder. Jika tidak ada pasar sekunder, investor


(33)

commit to user

18

tidak bisa menukar sekuritasnya ke dalam bentuk yang lebih likuid yaitu uang (Olugunde et al, 2006).

Indikator berupa indeks harga saham seperti JCI, DJIA, FTSE, NIKKEI, mencerminkan kinerja dari pasar saham. Indeks harga saham gabungan ( IHSG) adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di bursa efek (Sunariyah 2006:142). Indeks tersebut bisa digunakan untuk mengevaluasi seberapa baik kinerja bursa saham sehubungan dengan saham-saham yang masuk dalam perhitungan indeks (Jones, 2004:100). Selain IHSG ada yang disebut dengan indeks LQ 45. Indeks LQ 45 adalah indeks yang terdiri atas 45 saham dengan likuiditas tinggi (Sunariyah 2006:142).

Harga dari suatu saham menentukan indeks dari saham secara keseluruhan. Namun indeks harga saham lebih dipengaruhi oleh saham-saham yang memiliki kapitalisasi besar dan liquid. Maka penghitungan indeks tidak ditentukan oleh sedikit atau banyaknya transaksi, tapi oleh harga. Indeks gabungan memasukkan semua saham dalam proses perhitungannya seperti yang dilakukan oleh IHSG. Sedangkan indeks yang lain memasukkan sebagian saham dengan kriteria yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. Sebagai contoh adalah indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA)


(34)

commit to user

19

yang hanya terdiri atas 30 indeks saham perusahaan industri di Amerika (Jones, 2004:98).

IHSG dapat mencerminkan kondisi bursa efek, apakah pasar sedang dalam keadaan bullish (harga saham cenderung bergerak naik) atau dalam keadaan bearish (harga saham cenderung bergerak turun). Jika IHSG meningkat, berarti harga saham secara keseluruhan cenderung meningkat, demikian pula sebaliknya. Apabila IHSG menurun, harga saham keseluruhan cenderung menurun.

Sedangkan harga saham sendiri dipengaruhi oleh resiko atas kepemilikan saham. Komponen-komponen dari resiko telah dikategorikan secara tradisional kedalam beberapa kelompok ; resiko bisnis, resiko suku bunga, resiko pasar, resiko likuiditas, dan resiko keuangan. Semua komponen dari resiko merupakan resiko yang secara sistematik (systematic risk) ditentukan secara eksogen atau oleh kekuatan pasar serta resiko yang tidak sistematik (unsystematic risk) yang tidak dapat diprediksi (unique) atau oleh kekuatan non-pasar.

Resiko sistematik merupakan resiko pasar yang bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal (Sunariyah, 2006:194). Variasi dalam pengembalian (return) dari


(35)

commit to user

20

sekuritas yang secara langsung berhubungan dengan pergerakan secara keseluruhan dalam suatu perekonomian disebut sebagai resiko pasar atau resiko sistematis. Resiko ini tidak dapat didiversifikasikan dan semua sekuritas memiliki resiko ini (Sunariyah, 2006:194).

Resiko yang tidak sistematis atau resiko non-pasar merupakan resiko yang unik, tidak terkait pada variasi perubahan pasar atau perekonomian namun tergantung pada macam sekuritas dan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal perusahaan seperti resiko bisnis dan keuangan (Sunariyah, 2006:194). Resiko yang tidak sistematis ini dapat diperkecil dengan cara berinvestasi tidak hanya pada satu instrumen.

c. Metode Perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan

Ada dua metode dalam penghitungan indeks harga saham gabungan yaitu metode rata-rata (Average Method) dan metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method) (Sunariyah, 2006:144). Pada metode average method, harga pasar saham-saham yang dimasukan dalam perhitungan indeks tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi tertentu. Rumus indeks harga saham gabungan dengan metode rata-rata tertimbang (average method) adalah :


(36)

commit to user

21

base s

P P IHSG

å å =

………(2.1)

Dimana,

IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan

s

P = Harga pasar saham

base

P = Suatu nilai pembagi

base

P

å merupakan suatu faktor nilai pembagi dimana faktor pembagi ini harus dapat beradaptasi terhadap perubahan harga saham teoritis, karena ada aksi emiten seperti right issue, dividen saham, saham bonus dan sebagainya. Seperti pada perhitungan indeks yang lain, IHSG ditentukan hari dasar perhitungan indeks. Pada hari dasar, harga dasar sama dengan harga pasar sehingga indeksnya adalah 100%.

Pada metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method) dalam perhitungan indeks menambahkan pembobotan di samping harga pasar saham dan harga dasar saham. Ada dua ahli yang mengemukakan metode ini yaitu metode Paasche dan metode Laspayres.


(37)

commit to user

22

Rumus Paasche :

) ( ) ( s base s s xS P xS P IHSG å å = ………(2.2) Dimana :

IHSG = Indeks harga saham gabungan

Ss = Jumlah saham yang dikeluarkan (outstanding shares)

s

P = Harga pasar saham

base

P = Harga dasar saham

Dalam rumus diatas, (PsxSs) adalah jumlah nilai

kapitalisasi pasar (market capitalization) seluruh saham yang tergabung dalam indeks yang bersangkutan. Sedangkan

)

(PbasexSs merupakan jumlah seluruh nilai dasar dari saham-saham

yang bergabung dalam indeks yang bersangkutan. Jadi, rumus Paasche ini membandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar suatu saham yang bergantung dalam suatu indeks. Jadi makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan memberikan pengaruh yang sangat kuat jika terjadi perubahan pada harga saham yang bersangkutan.


(38)

commit to user 23 Rumus Laspeyres ( ) ) ( o base o s xS P xS P IHSG å å = ………>………(2.3) Dimana :

IHSG = Indeks harga saham gabungan

So = Jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar

s

P = Harga pasar saham

base

P = Harga dasar saham

Pada metode Laspeyres diatas jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar dan tidak bisa berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru. Sedangkan Paasche menggunakan jumlah saham yang berubah jika ada pengeluaran saham baru.

d. Perhitungan Harga Teoritis dan Penyesuaian Nilai Dasar

Untuk mengeleminir pengaruh faktor-faktor yang bukan harga saham, nilai dasar selalu disesuaikan bila terjadi corporate action seperti split saham, dividen saham, saham bonus, penawaran terbatas dan sebagainya. Dengan demikian indeks akan benar-benar mecerminkan pergerakan harga saham biasa saja.


(39)

commit to user

24

Salah satu faktor yang haris dihitung dalam melakukan indeks adalah harga teoritis saham. Misalnya saham ABC melakukan split saham dengan rasio 1:1 (satu saham lama mendapatkan 1 saham baru). Bila harga saham pada hari terakhir sebelum split adalah Rp 2.000, maka harga terotitis saham pada hari bursa berikutnya adalah Rp 1.000. Uraian tersebut menjelaskan perhitungan teoritis terhadap perubahan-perubahan harga dasar saham tersebut akibat adanya pergerakan saham.

1) Split Saham (Stock Split)

Pemecahan saham (Stock Split) merupakan suatu aksi emiten dimana dilakukan pemecahan nilai nominal saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil (Jones, 2004:101). Proses pemecahan saham (Stock Split) ini dilakukan dengan cara menukarkan saham dengan nilai nominal lama yang dimiliki dengan saham baru dengan nilai nominal lama yang dimiliki dengan saham baru (dengan nilai nominal baru). Pemecahan tidak mempengaruhi modal yang disetor penuh, karena tidak terjadi penambahan modal disetor, tetapi yang terjadi hanyalah pemecahan nilai nominal yang lebih kecil sehingga banyaknya saham meningkat. Harga teoritis saham sesudah pemecahan saham harus dihitung, sebab


(40)

commit to user

25

harga ini harus mengadakan penyesuaian sehubungan dengan nilai nominal baru dan harganya secara otomatis akan mengalami penyesuaian.

Dengan meningkatnya jumlah saham yang beredar, maka harga dasar saham akan mengalami penyesuaian agar angka indeks tidak berubah. Untuk itulah dilakukan perhitungan harga teoritis saham yang diakibatkan karena split saham. Perhitungan split saham saham dari nominal a menjadi nominal b sebagai berikut :

n HAS HT =

……….(2.4) HT : Harga teoritis

HAS : Harga akhir saham dengan nilai nominal lama n : Nilai nominal lama

Nilai nominal baru : a Faktor Split b

Penyesuaian jumlah saham akibat split saham sehingga nilai nominal saham berubah dari Rp a menjadi Rp b.


(41)

commit to user

26

c : Jumlah saham setelah split

t : Jumlah saham sebelum split

n : Faktor split (a/b)

Penyesuaian Nilai Dasar karena adanya split :

xNDS NPS

xC H NPS

NDB= +( x )

…….…….…….(2.6)

NDB : Nilai dasar Baru

NPS : Nilai pasar sebelumnya

Hx :Selisih antara harga teoritis dengan harga pembulatannya

NDS : Nilai Dasar Sebelumnya

2) Saham Bonus

Saham bonus atau bonus shares merupakan saham-saham baru yang dikeluarkan oleh perseroan untuk para pemegang saham lama. Saham bonus ini berasal dari agio saham, yaitu selisih antara harga penawaran umum saham dengan nilai nominal. Agio saham ini dapat dikembalikan kepada pemegang saham dalam bentuk saham bonus. Banyaknya agio saham yang dikapitalisasi akan


(42)

commit to user

27

menentukan banyaknya saham yang akan diterbitkan sebagai saham bonus. Saham bonus yang dikeluarkan oleh emiten ini akan menyebabkan penurunan persentase kepemilikan saham (delusi) sebanding dengan rasio saham bonus. Saham bonus ini akan memberikan pengaruh terhadap jumlah lembar saham dipasar. Seperti yang sudah diketahui bahwa indeks harga saham akan berubah apabila terjadi perubahan harga. Oleh karena itu agar indeks ini tidak berubah, maka dilakukan penyesuaian dan dihitung berdasarkan harga teoritisnya . Harga teoritis saham sesudah saham bonus harus dihitung sebab harga ini harus mengadakan penyesuaian sehubungan dengan penambahan saham baru. Penambahan saham baru inilah yang menyebabkan dilusi kepemilikan saham, sehingga harganya secara otomatis akan mengalami penyesuaian.

Perhitungan harga teoritis saham yang diakibatkan pembagian saham dividen/bonus dengan rasio p:q (sejumlah p saham lama mendapatkan q saham baru).

xHAC pxq

p HT =

……….(2.7) HT : Harga saham pada saat cum


(43)

commit to user

28

q : Jumlah saham baru

Penyesuaian jumlah saham baru akibat saham bonus/dividen dengan rasio p:q adalah sebagai berikut :

u p

q p NDB =( + )

………....(2.8) D : jumlah saham setelah pembagian saham

bonus/dividen

U : jumlah saham sebelum split

xNDS NPS

xd H NPS

NDB= +( x )

……….(2.9)

NDB : Nilai Dasar Baru

NPS : Nilai Pasar Sebelumnya

Hx : Selisih antara Harga Teoritis dengan harga pembulatannya

D :jumlah saham setelah pembagian saham bonus/dividen

NDS : Nilai Dasar Sebelumnya

3) Penawaran Terbatas (Right Issue)

Right issue adalah kegiatan penawaran umum

terbatas kepada pemegang saham lama dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu. Penawaran


(44)

commit to user

29

umum berarti memberikan tawaran kepada publik untuk membeli saham, sedangkan makna terbatas adalah bahwa penawaran umum ditujukan kepada pemegang saham lama. Jadi, kegiatan yang dilakukan perusahaan adalah penerbitan hak memegang saham terlebih dahulu. Setiap satu bukti right yang diterima satu pemegang saham berhak untuk membeli satu saham baru dengan harga yang telah ditentukan (exercise price). Exercise price ini biasanya sama dengan atau diatas nilai nominal saham.

Harga teoritis saham sesudah right issue harus dihitung, sebab harga ini harus mengadakan penyesuaian sehubungan dengan penambahan saham baru. Penambahan saham baru inilah yang menyebabkan dilusi kepemilikan saham, sehingga harganya secara otomatis akan mengalami penyesuaian.

Perhitungan harga teoritis saham yang diakibatkan oleh penawaran terbatas dengan rasio r:s (sejumlah saham lama mendapat hak membeli sejumlah saham s baru) dan harga pelaksanaan HP :

) (

) ( ) (

rxs sxHP rxHAC

HT = +

………(2.10) HAC : Harga pada saat cum


(45)

commit to user

30

HP : Harga pelaksanaan hak (exercise price) yaitu harga yang telah ditetapkan emiten untuk membeli satu saham baru.

Penyesuaian jumlah saham baru akibat penawaran saham terbatas dengan rasio r : s, sama dengan penyesuaian akibat penerbitan saham bonus/dividen, atau berdasarkan jumlah saham yang ditawarkan dan dilaporkan oleh emiten.

xv r

xv s r e= ( + )

………..(2.11)

e : jumlah saham setelah penawaran terbatas

v : jumlah saham sebelum penawaran terbatas

xNDS NPS

HPxF NPS

NDB = +( )

………...(2.12)

NDB : Nilai Dasar Baru

NPS : Nilai Pasar Sebelumnya

Hx : Selisih antara Harga Teoritis dengan harga pembulatannya

NDS : Nilai Dasar Sebelumnya


(46)

commit to user

31

F : Jumlah saham yang ditawarkan

4). Company Listing, Partial Listing, Penukaran Obligasi dan Penukaran Waran

Company listing, partial listing, penukaran obligasi dan penukaran waran beberapa kegiatan yang secara otomatis meningkatkan jumlah saham diterbitkan. Penambahan saham baru ini akan menyebabkan dilusi persentase kepemilikan saham.

Pencatatan saham di bursa yang ditawarkan ke publik atau IPO (Initial Public Offering) disebut first issue. Saham first issue yang sudah dicatatkan di bursa dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Sedangkan sisa saham yang merupakan milik pendiri/pemegang saham lama, tidak dapat diperdagangkan di bursa karena berlum dicatatkan (listed). Agar saham-saham tersebut dapat diperdagangkan di pasar sekunder, maka dapat ditempuh 2 cara :

a) Partial Listing yaitu pencatatan sebagian

saham milik pemegang saham lama di bursa sehingga dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Partial listing dapat dilakukan beberapa kali


(47)

commit to user

32

b) Company Listing yaitu pencatatan seluruh

saham milik pemegang saham lama di bursa sehingga dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Penukaran obligasi (convertible bond) adalah obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham baik saham penerbit atau saham lain yang dimiliki oleh penerbit obligasi. Nilai tukar obligasi konversi ke saham ditentukan dengan nilai tetap terhadap saham yang menjadi target konversi. Dalam hal terjadinya dilusi saham yang menjadi nilai tukar, maka nilai tukar obligasi konversi juga akan mengalami penyesuaian.

Waran adalah suatu jenis opsi yang sifatnya jangka panjang yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk membeli saham biasa atas nama dengan harga yang ditentukan di dalam Waran (exercise price). Waran diterbitkan sebagai bumbu suatu penerbitan right issue maupun obligasi menjadi lebih menarik. Waran yang biasanya diterbitkan sebagai pemanis dari suatu emisi efek tertentu seperti obligasi atau right issue. Waran memberikan hak kepada pemegang untuk melakukan penebusan (redemption) saham biasa pada perusahaan


(48)

commit to user

33

tersebut dengan harga exercise price. Proses penebusan saham dari waran ini secara otomatis meningkatkan jumlah saham diterbitkan. Penambahan saham baru ini akan memberikan dilusi persentase pemilikan saham.

Penyesuaian jumlah saham akibat company listing, partial listing, penukaran obligasi dan penukaran waran adalah sama.

xNDS NPS

HASxG NPS

NDB= +( )

…>……….(2.13)

NDB : Nilai Dasar Baru

NPS : Nilai Pasar Sebelumnya

HAS : Harga akhir saham hari sebelumnya

G : Jumlah saham yang dicatatkan

e. Teori Permintaan Aset

Aset merupakan suatu item atau milik yang dimiliki oleh perorangan atau perusahaan yang memiliki nilai uang. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan seorang investor dalam memutuskan untuk memegang atau melepas suatu aset ( Mishkin, 2004:86):


(49)

commit to user

34

1) Kekayaan (wealth)

Ketika tingkat kekayaan seseorang meningkat, maka dia memiliki tambahan kekayaan yang dapat digunakan untuk membeli aset, sehingga akan meningkatkan permintaannya terhadap aset. Respon permintaan terhadap suatu jenis aset sebagai akibat terjadinya perubahan tingkat kekayaan seseorang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada tingkat respon dari permintaan suatu jenis aset terhadap perubahan tingkat kekayaan dapat diukur melalui elastisitas kekayaan terhadap permintaan (wealth elasticity of demand). Elastisitas kekayaan terhadap permintaan mengukur berapa besar persentase perubahan kuantitas permintaan atas suatu jenis aset sebagai respon dari adanya persentase perubahan kekayaan, ceterisparibus.

W Dw

w d

D D =

% % e

………..(2.14)

Dimana :

w

d

e : elastisitas kekayaan terhadap permintaan

%DDw : persen perubahan kuantitas permintaan permintaan aset


(50)

commit to user

35

%DW : persen perubahan kekayaan

Semakin tinggi persentase perubahan permintaan atas suatu aset dibandingkan persentase perubahan kekayaan, maka semakin tinggi elastisitas kekayaan atas permintaan suatu aset.

Berdasarkan atas elastisitasnya aset dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu necessity dan luxury. Suatu aset disebut necessity, jika elastisitas kekayaan terhadap permintaannya lebih kecil dari satu, yaitu jika kenaikan persentase dari kuantitas permintaan terhadap aset tersebut lebih kecil dari kenaikan persentase kekayaan. Sedangkan suatu aset disebut bersifat luxury jika elastisitas kekayaannya lebih besar dari satu. Jika kekayaan bertambah, maka kuantitas permintaan akan aset ini akan bertambah dengan persentase yang lebih besar. Semakin besar kekayaan seorang individu maka keinginannya untuk menambah aset luxury semakin besar. Saham dan obligasi termasuk dalam kategori aset yang luxury, sedangkan mata uang dan checking account deposits termasuk dalam kategori aset necessities.


(51)

commit to user

36

Efek perubahan dari harga terhadap kuantitas permintaan suatu aset dapat disimpulkan sebagai berikut : kenaikan kekayaan seseorang akan meningkatkan kuantitas permintaan terhadap suatu aset, dan peningkatan kuantitas permintaan pada aset luxury lebih besar dari pada aset necessities, ceteris paribus.

2) Ekpektasi Pengembalian (Expected Return)

Pengembalian (return) dari suatu aset mengukur berapa besar keuntungan yang diperoleh apabila kita menyimpan aset tersebut. Pada saat kita memutuskan untuk membeli suatu aset, kita akan dipengaruhi oleh besarnya ekpektasi pengembalian (expected return) yang akan kita peroleh dari menyimpan aset tersebut.

Pada beberapa jenis aset, khususnya yang bersifat

luxuries, tingkat suku bunga menggambarkan ekspektasi

pengembalian atas suatu aset. Tingkat suku bunga berbanding terbalik dengan tingkat harapan pengembalian aset. Tingkat suku bunga yang tinggi menunjukan tingkat pengembalian yang rendah oleh aset. Artinya aset tersebut cenderung memiliki resiko atau kerugian yang juga tinggi. Ketika investor berfikir bahwa suku bunga akan meningkat di masa datang, maka mereka akan mengantisipasinya. Tingkat pengambalian


(52)

commit to user

37

yang diharapkan sekarang akan turun, dan permintaan aset tersebut juga akan turun untuk tiap tingkat suku bunga.

Ekpektasi atas tingkat pengembalian relatif antar aset juga menjadi hal yang mempengaruhi permintaan atas aset. Jika investor berekspektasi tingkat pengambalian saham akan lebih tinggi dari obligasi maka permintaan atas obligasi akan menurun sedangkan permintaan atas saham akan naik.

Perubahan ekspektasi atas inflasi juga mempengaruhi nilai aset riil secara langsung dan lainnya secara tidak langsung. Kenaikan ekspektasi atas inflasi akan membuat nilai nominal dari aset riil naik dan meningkatkan permintaan atas aset tersebut. Sedangkan karena tingkat pengembalian yang diharapkan oleh aset lain relatif menjadi lebih rendah maka permintaan aset lain pun menjadi menurun.

Kesimpulannya adalah peningkatan pada expected return suatu aset relatif terhadap alternatif aset lainnya akan meningkatkan kuantitas permintaan dari aset tersebut, ceteris paribus.

3) Resiko (Risk)

Tingkat risiko atau ketidakpastian dari return suatu aset juga mempengaruhi permintaan aset tersebut. Semakin


(53)

commit to user

38

besar ketidakpastian akan pergerakan return dari suatu aset maka semakin besar resikonya. Resiko yang ada dalam suatu aset dapat diminimalkan dengan menggali informasi sebanyak-banyaknya atas suatu aset. Dari informasi tersebut seorang investor akan dapat memperkirakan kemungkinan yang terjadi dimasa datang sehingga bisa mengantisipasinya.

Namun resiko yang tinggi atas kepemilikan suatu aset berusaha dikompensasikan dengan tingkat suku bunga (return) yang juga relatif tinggi. Sehingga investor masih dapat tertarik untuk memegang aset tersebut. Seseorang yang bersifat risk averse (menolak resiko) akan memilih saham aset yang memiliki return lebih pasti dari pada aset yang memiliki resiko lebih besar, walaupun aset tersebut memiliki expected return yang yang sama. Sebaliknya seorang investor yang bersifat risk

lover, dia mungkin akan membeli saham yang memiliki resiko

lebih rendah karena dia mengharapkan return yang lebih besar walaupun dia memiliki resiko juga untuk memperoleh return yang sangat kecil bahkan dapat merugi.

Kesimpulannya adalah jika resiko suatu aset meningkat relatif terhadap alternatif aset lainnya, kuantitas permintaan terhadap aset tersebut akan menurun, ceteris paribus.


(54)

commit to user

39

4) Likuiditas (liquidity )

Faktor lain yang mempengaruhi permintaan terhadap suatu aset adalah seberapa mudah aset tersebut ditukar menjadi uang (cash) tanpa menimbulkan banyak biaya. Kebutuhan akan likuiditas suatu aset semakin tinggi ketika kebutuhan atas transaksi harian meningkat. Aset berupa saham, lebih likuid dari pada aset berupa sebidang tanah. Saham dapat dijual dengan biaya transaksi yang lebih rendah dalam pasar yang terorganisasi dengan baik, dimana terdapat banyak pembeli, sehingga saham dapat dijual dengan biaya transaksi yang rendah.

Kesimpulannya adalah semakin likuid suatu jenis aset relatif terhadap aset lainnya, maka aset tersebut akan semakin diinginkan sehingga kuantitas permintaannya akan meningkat.

f. Efficient Market Theory

Teori ini merupakan teori paralel dari ekspektasi rasional (rational expectation) yang dipakai pada pasar uang karena memiliki kesimpulan yang sama : ekspektasi pada pasar akan sama dengan peramalan optimal dengan menggunakan semua informasi yang tersedia (Sunariyah 2006:183). Teori ini diaplikasikan dalam penentuan harga sekuritas.


(55)

commit to user

40

Pasar efisien adalah pasar dimana harga sekuritasnya merefleksikan seluruh informasi yang berhubungan dengan sekuritas tersebut (Mishkin, 2004:150). Investor di dalam pasar efisien akan menggunakan seluruh informasi yang ada untuk melakukan aktivitas jual-beli aset mereka. Pasar dikatakan efisien apabila di dalamnya terdapat banyak investor di dalamnya sehingga harga sebuah sekuritas tidak dapat dipengaruhi secara perorangan (Jones, 2004:314). Informasi merupakan elemen penting dalam pasar efisien, oleh karena itu seberapa cepat informasi menyebar dan digunakan oleh investor akan ikut menentukan tingkat efisiensi pasar. Sensitivitas informasi sangat terlihat di pasar efisien, sebagai contoh adalah harga saham akan langsung berubah apabila suatu informasi diumumkan (Sunariyah, 2006:184).

Efisiensi pasar dapat diukur melalui 3 bentuk efisiensi yaitu the weak form efficient market hypothesis (hipotesa pasar efisien bentuk lemah), the semistrong form efficient market hypothesis (hipotesa pasar bentuk efisien bentuk setengah kuat) dan strong form efficienst market hypothesis (hipotesa pasar efisien bentuk kuat) (Jones, 2004:338).

Hipotesa pasar efisien bentuk lemah mengemukakan bahwa harga saham merefleksikan semua informasi harga historis (Sunariyah, 2006:185). Harga saham yang ada di pasar modal saat sekarang dipengaruhi oleh harga saham masa lalu. Informasi mengenai pasar di masa lalu berperan penting dalam menentukan harga saham di masa yang


(56)

commit to user

41

akan datang baik itu yang berbentuk harga maupun volume yang diperdagangkan (Jones, 2004:317). Hipotesa ini menyatakan bahwa harga saham mengikuti suatu kecenderungan sehingga investor dapat memproyeksikan pergerakan saham secara tepat.

Hipotesa pasar efisien bentuk setengah kuat (semistrong) adalah bentuk hipotesa yang lebih komprehensif dibandingkan dengan hipotesa pasar efisien bentuk lemah. Pasar efisien bentuk setengah kuat mencakup seluruh informasi yang dipublikasikan dan tidak terbatas hanya pada informasi seputar pasar (Jones, 2004:318). Bentuk informasi non pasar contohnya adalah dividen, pendapatan, pengumuman stock split yang seluruhnya berhubungan dengan saham tersebut.

Pasar efisien bentuk kuat (the strong form) adalah bentuk pasar dimana harga sekuritas mencerminkan seluruh informasi baik itu informasi yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan (Sunariyah, 2006:186). Informasi yang tidak dipublikasikan berhubungan dengan internal perusahaan dan biasanya berhubungan dengan strategi perusahaan. Private information adalah informasi yang hanya diketahui oleh orang dalam dan bersifat rahasia karena alasan srategi (Sunariyah, 2004:186).

Efficient market theory didasarkan pada asumsi bahwa harga dari sekuritas dalam pasar keuangan sepenuhnya merefleksikan seluruh informasi yang tersedia (Jones, 2004:338). Namun hal penting dibalik


(57)

commit to user

42

teori ini adalah bahwa tidak semua terinformasi dengan baik atau memiliki ekspektasi rasional atas harga sampai mencapai titik pasar yang efisien dalam konteks ini bisa diartikan juga sebagai kondisi dimana tidak ada kesempatan keuntungan yang tidak tereksploitasi (unexploitated profit opportunies).

g. Hipotesis Ramdom Walk

Secara teori diartikan bahwa harga dari suatu aset di masa lalu tidak menjadi indikasi dari pembentukan harga dimasa yang akan datang (Mishkin, 2004:154). Random walk dideskripsikan sebagai proses statistik yang perubahannya merupakan faktor yang independen. Informasi yang akan mempengaruhi harga baik baru maupun lama, baik maupun buruk, juga tidak dapat diprediksi. Hipotesis random walk menyatakan bahwa harga bereaksi secara cepat terhadap informasi dan bergerak secara random (Sunariyah, 2006:190). Maka informasi yang dimiliki oleh investor akan digunakan seketika dan harga akan berubah dengan seketika itu juga.

Kinerja dari sekelompok saham yang sama menyiratkan tendensi untuk saham dengan industri yang sama untuk bergerak dengan arah yang sama. Kinerja dari perekonomian suatu negara juga menjadi komponen utama yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Persepsi investor atas situasi ekonomi dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi


(58)

commit to user

43

menjadi kunci dalam pergerakan harga saham. Faktor-faktor pengaruh pergerakan harga saham dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar:

1) Faktor makro / pasar

a) Tingkat inflasi dan suku bunga. Ini akan mempengaruhi pemilihan antara aset riil dan finansial serta antara saham dengan sekuritas dengan pendapatan tetap.

b) Kebijakan fiskal dan moneter. Hal ini mendeterminasikan penampilan dari pasar modal.

c) Tingkat dan trend dari aktifitas ekonomi. Hal ini mempengaruhi aktifitas saham untuk meningkatkan devidennya.

d) Ekonomi internasional. Hal ini diwakili oleh kompetisi tinggi dari perusahaan asing dan dampak dari perubahan nilai tukar mata uang asing.

2) Faktor mikro

a) Profit. Harga saham suatu perusahaan yang secara konsisten meningkat seiring dengan pertumbuhan keuntungan perusahaan.

b) Deviden. Profit dari perusahaaan akan dialirkan pada peningkatan deviden dari waktu ke waktu


(59)

commit to user

44

c) Kelebihan aliran dana. Perusahaan dengan pertumbuhan pemasukan yang tinggi dan beban hutang yang rendah bisanya memiliki nilai saham yang tinggi.

d) Perubahan fundamental pada perusahan / industri.

e) Perubahan prilaku investasi. Hal ini menggambarkan realita bahwa investor sering berganti pilihan aset dari waktu ke waktu.

2. Nilai Tukar Mata Uang

a. Pengertian Nilai Tukar Mata Uang

Harga satu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata uang atau exchange rate (Salvatore, 1997:10) (Krugman dan Obsfeld, 2003:324). Penilaian atau pernyataan nilai tukar mata uang ini bisa menggunakan dua cara yaitu: European term, biasa juga disebut indirect quote dan American term, biasa disebut direct quote. Metode European term menyatakan nilai tukar mata uang asing (foreign currency) per satu satuan mata uang asal (home currency). Sebaliknya, American term menyatakan nilai tukar mata uang asal (home currency) per satu satuan mata uang asing (foreign currency). Indonesia, seperti kebanyakan negara lain, menggunakan European term. Jadi, untuk mendapatkan satu dolar Amerika dibutuhkan berapa rupiah. Nilai mata uang dapat diukur atas


(60)

commit to user

45

dasar harga barang di dalam negara tersebut maupun dengan mata uang dari negara lain (Salvatore,1997:10).

Penguatan nilai suatu mata uang terhadap mata uang lain disebut dengan apresiasi dan pelemahan suatu mata uang terhadap mata uang lain disebut dengan depresiasi (Mishkin, 2004:535). Oleh karena itu, nilai mata uang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) real value; (2) nominal value. Real value of money yaitu jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan sejumlah uang tertentu. Hal ini menunjukkan daya beli (purchasing power) terhadap sejumlah barang tertentu. Semakin rendah harga barang, maka semakin tinggi purchasing power yang kita miliki. Sedangkan nominal value of money yaitu nilai suatu mata uang diukur dengan mata uang negara lain atau sering juga disebut kurs devisa (nilai tukar).

b. Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Mata Uang

Perubahan nilai tukar mata uang terutama diakibatkan karena adanya mekanisme pasar, yaitu mengikuti permintaan dan penawaran. Selain itu, perubahan nilai tukar mata uang juga dapat disebabkan karena campur tangan pemerintah, melalui kebijakan moneter. Seperti yang telah diungkap Case dan Fair (1996:553) bahwa kebijakan moneter adalah alat yang digunakan untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar. Campur tangan pemerintah ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan nilai


(61)

commit to user

46

tukar dengan melakukan revaluasi atau devaluasi. Pada umumnya nilai tukar ini juga berfluktuasi mengikuti permintaan dan penawaran mata uang, sehingga pergerakan nilai tukar mata uang ini mengiluti mekanisme pasar. Penurunan nilai mata uang yang mengikuti mekanisme pasar dalam suatu negara disebut depresiasi. Sebaliknya kenaikan nilai mata uang suatu negara karena mekanisme pasar disebut apresiasi.

c. Sistem Nilai Tukar Mata Uang

Sebuah negara dalam menerapkan sebuah sistem kurs akan mempunyai 3 macam jenis sistem nilai tukar mata uang, yaitu sistem nilai tukar tetap, sistem nilai tukar mengambang terkendali dan sistem nilai tukar mengambang bebas (Warjiyo, 2004:110). Sistem nilai tukar tetap yaitu nilai tukar yang ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah akan mengintervensi pasar terbuka sebagai upaya untuk terus mempertahankan nilai tukar mata uang yang telah ditetapkan. Sistem ini jarang sekali dipakai dibandingkan dengan kedua sistem lainnya. Sistem nilai tukar mengambang yaitu penentuan kurs dipengaruhi juga oleh pemerintah, dengan membeli dan menjual mata uang dalam pasar terbuka sehingga stabil. Sedangkan sistem nilai tukar mengambang bebas yaitu kurs yang berlaku bebas mengikuti mekanisme pasar. Indonesia selama ini menerapkan sistem nilai tukar tetap, tetapi sejak Agustus l997, Indonesia menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas dengan melepas nilai tukar terhadap mekanisme pasar (Warjiyo, 2004:111).


(62)

commit to user

47

d.Nilai Tukar Riil

Nilai tukar riil antara dua negara merupakan hasil perkalian antara nilai tukar nominal dengan rasio harga barang dan jasa agregat diantara dua negara. Teori paritas daya beli atau purchasing power parity memprediksikan bahwa nilai tukar riil tidak berubah, kalaupun berubah paling tidak perubahan nilainya tidak permanen (Salvatore, 1997:44). Maka nilai tukar riil bukan hanya sangat berguna untuk mengkuantifikasikan deviasi dari PPP namun juga menganalisa secara sistematis dorongan yang menyebabkan perubahan dramatis dan permanen pada nilai tukar riil.

Nilai tukar riil diformulasikan sebagai berikut :

) / (

/

/f d f f d

d E x P P

q =

………(2.14) Dimana,

f d

q / : nilai tukar riil mata uang domestik terhadap mata uang asing

f d

E / : nilai tukar nominal mata uang domestik terhadap uang asing

d f P

P / : rasio perbandingan harga agregat barang di negara asing

terhadap domestik.

Kenaikan tingkat nilai tukar riil mata uang domestik terhadap asing (qd/f) disebut juga depresiasi riil mata uang domestik terhadap asing.


(63)

commit to user

48

Sedangkan penurunan qd/f disebut apresiasi riil mata uang domestik

terhadap mata uang asing. Hal ini bisa disebabkan beberapa hal. Mengacu pada formulasi nilai tukar riil diatas, biasanya nilai tukar riil mata uang domestik akan mengalami depresiasi jika harga barang dalam negeri relatif menurun dibanding harga barang negara luar.

Persamaan diatas juga menunjukan bahwa apresiasi (depresiasi) nilai tukar nominal pada tingkat harga yang tetap akan mengapresiasi (mendepresiasi) nilai tukar riil. Oleh karena itulah, dalam kondisi PPP nilai

f d

q / tidak akan berubah.

e. Interest Parity Condition

1)Pengertian Interest Parity Condition

Pada jangka panjang tingkat harga agregat memegang peranan penting dalam mendeterminasikan suku bunga dan tingkat harga relatif dari barang dan jasa yang diperdagangkan antar negara. Hukum satu harga (the law of one price) menyatakan bahwa suatu barang yang identik akan memiliki harga yang sama dengan asumsi tidak ada biaya transaksi dan penghalang untuk bertukar (trade barriers). Sedangkan teori paritas daya beli (purchasing power parity – PPP) menyatakan bahwa nilai tukar antara dua negara akan sama dengan rasio tingkat harga sekelompok barang di kedua negara. Jika harga menjadi lebih mahal (inflasi) di suatu negara maka permintaan atas mata uang dan barang dari negara tersebut


(64)

commit to user

49

akan menurun (depresiasi mata uang dan deflasi atas harga-harga). Sebaliknya ketika tingkat harga dalam suatu negara turun (deflasi) maka akan mengarah pada apresiasi mata uang.

Purcasing power parity dibagi menjadi dua, absolute PPP dan relative PPP. Absolute PPP menyatakan bahwa nilai tukar antar dua negara akan sama dengan nilai relatif dari harga pada dua negara. Sedangkan relative PPP mengacu pada persentase perubahan nilai tukar antar dua negara yang akan sama dengan persentase perubahan harga agregat pada dua negara. Secara matematis kedua pengertian diatas ditulis :

Absolute PPPà ERd/f = Pd Pf

……….(2.15)

Relative PPP à (ERd/f,t -ERd/f,t-1)/ERd/f,t-1 =pd,t -pf,t

...(2.16) Dimana,

t f t d, p ,

p - : berbedaan tingkat inflasi antara negara domestik dengan negara luar dimana inflasi suatu negara yang sama dengan persentase perubahan harga agregat.

t f d

ER / , : nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing


(65)

commit to user

50

1 , /ft

-d

ER : nilai tukar domestik terhadap mata uang asing periode

sebelumnya.

Menurut relative PPP, persentase perubahan nilai tukar di masa yang akan datang akan sama dengan perbedaan tingkat inflasi antar dua negara. Maka dalam kondisi PPP perbedaan antara tingkat inflasi yang diekpektasikan akan sama dengan perbedaan tingkat suku bunga (return) yang ditawarkan oleh dua mata uang.

Suatu situasi dimana selisih suku bunga positif di pusat moneter di negara asing sama dengan diskonto berjangka terhadap valuta asing dari negara di mana pusat moneter itu berada disebut kondisi paritas suku bunga (interest parity condition). Dengan kata lain pada pasar valuta asing keadaan ini merupakan keadaaan keseimbangan di mana deposito dari semua mata uang memberikan tingkat pengambalian yang sama.

Hanya ketika semua mata uang memberikan ekpektasi return yang sama maka akan tercipta keseimbangan dimana tidak ada kelebihan permintaan atau penawaran mata uang tertentu. Secara matematis interest parity condition antara return mata uang asing dan mata uang dalam negeri dan ditulis sebagai berikut :

f d f d e f d f

d R ER ER ER

R = +( / - / )/ /

……….(2.17)


(1)

commit to user

154 pasar modal negara maju dan mempunyai arah hubungan yang positif. Negara Jepang yang diwakili oleh indeks Nikkei merupakan negara tujuan ekspor migas Indonesia yang paling besar. Emiten di sektor migas memainkan peranan penting pada pasar modal Indonesia. Dan apabila ditarik kesimpulan, bahwa pelemahan indeks Nikkei yang disebabkan oleh penurunan kapasitas produksi industri domestik Jepang akan mengakibatkan IHSG ikut tertekan karena volume ekspor kita juga akan menurun.

3)Suku Bunga

Nilai parameter suku bungat-1 (β6) dari hasil regresi pada tabel 4.4

adalah 2.803781. Hal ini mengidentifikasikan bahwa jika suku bunga pada saat t-1 atau satu bulan sebelumnya naik (dalam jangka pendek) sebesar 1%, maka akan berpengaruh terhadap kenaikan IHSG sebesar 2.8%. Sedangkan untuk peramalan jangka panjang, variabel suku bunga menunjukkan angka 332.150 pada tabel 4.5, tetapi karena ciri jangka panjang Sukubungat yaitu

Sukubungat-1 tidak signifikan seperti yang terlihat pada tabel 4.4 yaitu

probability yang menunjukkan angka 0.1415 maka koefisien jangka panjang sebesar Sukubungat dianggap sama dengan -1.000, bukan sama dengan

332.150 (Insukindro, et al, 2000:88).

4)LIHSG

Nilai parameter LIHSGt-1 (β7) dari hasil regresi pada tabel 4.4 adalah


(2)

commit to user

155 satu bulan sebelumnya (dalam jangka pendek) naik 1%, maka akan berpengaruh terhadap kenaikan IHSG sebesar 0.99%.


(3)

commit to user

156

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis kuantitatif dan deskriptif yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya dapat dilihat bahwa penelitian ini bermaksud untuk melihat pengaruh dari kurs nilai tukar, suku bunga deposito 3 bulan dan indeks Nikkei terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode 2007-2010.. Dari hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu :

1. Penelitian ini menghasilkan pola hubungan yang negatif antara kurs nilai tukar terhadap IHSG. Penelitian ini mengidentifikasikan bahwa jika kurs nilai tukar satu bulan sebelumnya atau dalam jangka pendek naik 1% (terdepresiasi), maka akan menyebabkan kenaikan IHSG sebesar 1.2%. Sedangkan untuk peramalan jangka panjang, apabila kurs nilai tukar mengalami penguatan sebesar (apresiasi) 1% maka IHSG akan ikut menurun sebesar 4.98%.

2. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa jika indeks Nikkei naik 1%, maka akan menyebabkan penurunan IHSG sebesar 0.36% dalam jangka pendek. Sedangkan untuk peramalan jangka panjang, variabel indeks Nikkei menunjukkan angka 2.931048 yang artinya adalah apabila indeks Nikkei mengalami penguatan sebesar 1% maka IHSG akan ikut menguat sebesar 2.93%. Tingkat siginifikansi indeks Nikkei


(4)

commit to user

157 juga menunjukkan angka dibawah 0.05 yang artinya bahwa indeks Nikkei berpengaruh terhadap IHSG.

3. Hubungan yang negatif antara suku bunga deposito dengan IHSG dalam penelitian ini tidak ditemukan. Namun karena nilai probabilitas variabel masa lalu suku bunga atau Sukubungat-1 tidak signifikan

sehingga koefisien untuk peramalan jangka panjang pada model ini dianggap -1.000. Hubungan yang tidak signifikan antara suku bunga deposito dan IHSG memiliki tendensi disebabkan oleh 2 hal yang pertama adalah bahwa IHSG yang dikuasai oleh investor asing sebesar 70% tidak memiliki ketertarikan terhadap return suku bunga deposito karena lebih kecil dibandingkan instrumen keuangan seperti SUN atau SBI ini terlihat bahwa capital inflow ke dalam perekonomian domestik didominasi oleh penempatan dana di SUN sebesar 40%, SBI 30%, pasar modal 20% dan sisanya di instrumen keuangan lainnya. Yang kedua adalah bahwa kapitalisasi instrumen deposito untuk menampung pengalihan modal dari IHSG sangat terbatas sehingga tidak cukup signifikan dalam menampung aliran dana dari pasar modal apabila memang investor berminat.


(5)

commit to user

158

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Kurs nila tukar berhubungan negatif terhadap IHSG yang artinya pelemahan nilai tukar Rupiah akan menyebabkan IHSG tertekan. Dari sudut ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa Indonesia adalah negara yang berorientasi impor. Sebaliknya, apabila nilai tukar rupiah menguat maka IHSG akan cenderung menguat. Penguatan nilai tukar rupiah akan menyebabkan impor barang modal menjadi semakin murah. Impor barang modal yang murah akan meningkatkan kinerja emiten yang sebagian besar bahan bakunya berupa barang-barang impor. Peran pemerintah sangat sentral mengenai permasalahan ini karena kinerja emiten dipengaruhi secara signifikan melalui kurs nilai tukar yang dicerminakan oleh kinerja IHSG. Pemerintah dan Bank Indonesia dapat memacu kinerja pasar modal melalui penguatan nilai tukar rupiah.

2. Indeks Nikkei yang merupakan indeks harga saham gabungan di negara Jepang memiliki hubungan yang positif dengan IHSG. Ini artinya bahwa apabila indeks Nikkei menguat, maka IHSG akan cenderung menguat pula. Pola keterkaitan perekonomian antara Jepang dan Indonesia dapat terlihat pada aktivitas emitennya. Emiten di negara Jepang sebagian besar berasal dari kalangan industri yang membutuhkan pasokan energi secara berkesinambungan, sudut ini adalah peluang bagi emiten di pasar modal


(6)

commit to user

159 Indonesia dimana sektor migas merupakan salah satu kekuatan inti pasar modal Indonesia. Kenaikan produksi industri di negara Jepang akan berimbas baik pada IHSG kita karena ekspor kita akan meningkat, selain itu dengan semakin membaiknya perekonomian pasca krisis, maka harga barang-barang modal impor yang berasal dari Jepang akan ikut turun. 3. Suku bunga deposito 3 bulan tidak memiliki hubungan yang signifikan

dengan IHSG. Mayoritas investor di pasar modal Indonesia (BEI) adalah pihak asing yang sering menggunakan sarana obligasi seperti SUN dan SBI sebagai subtitusi investasi di pasar modal apabila terjadi guncangan pada sektor keuangan. Suku bunga deposito yang tinggi cenderung tidak mempengaruhi para investor di pasar modal untuk mengalihkan dananya. Namun apabila mengacu pada hasil penelitian ini, pemerintah sebaiknya tidak menggunakan sarana investasi suku bunga deposito sebagai penunjang kinerja pasar modal dalam jangka panjang karena hubungan yang tidak signfikan diantara kedua variabel ini.


Dokumen yang terkait

Analisis Kausalitas Suku Bunga Deposito, Inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Indonesia

3 52 73

Pengaruh Indeks Harga Saham Nikkei 225, Hangseng 43, Kospi 200, Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia dan Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Tahun 2005 - 2010

2 43 105

Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang Dan Indeks Harga Saham Global Terhadap Pergerakan IHSG

0 39 99

PENGARUH INFLASI, KURS RP/DOLLAR USA, DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PENGARUH INFLASI, KURS RP/DOLLAR USA, DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Periode Tahun 1993 – 2014).

0 4 15

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, NILAI TUKARRp / USD, DAN INDEKS HARGA KONSUMEN TERHADAP INDEKS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, NILAI TUKAR Rp / USD, DAN INDEKS HARGA KONSUMEN TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Periode Januari 2004-De

1 4 15

PENDAHULUAN PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, NILAI TUKAR Rp / USD, DAN INDEKS HARGA KONSUMEN TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Periode Januari 2004-Desember 2008).

0 2 21

LANDASAN TEORI PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, NILAI TUKAR Rp / USD, DAN INDEKS HARGA KONSUMEN TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Periode Januari 2004-Desember 2008).

0 6 21

PENGARUH VOLUME PERDAGANGAN, INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG).

0 2 20

Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Nilai Kurs Dollar AS, dan Harga Emas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

0 0 23

Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Dan Nilai Tukar RupiahUS Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Periode Juli 2008 Juni 2010

0 0 1