Klasifikasi status gizi Status Gizi dan Penilaian Status Gizi

produktivitas kerja dan derajat kesehatan sehingga rentan terhadap penyakit. Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya KEP, namun selain kemiskinan faktor lain yang berpengaruh adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping serta tentang pemeliharaan lingkungan yang sehat. 2. Anemia Gizi Besi AGB Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berkaitan dengan kekurangan zat besi AGB. Penyebab masalah AGB adalah kurangnya daya beli masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sumber zat besi, terutama dengan ketersediaan biologi tinggi asal hewan, dan pada perempuan ditambah dengan kehilangan darah melalui haid atau persalinan. AGB menyebabkan penurunan fisik dan produktivitas kerja, penurunan kemampuan berfikir dan penurunan antibody sehingga mudah terserang infeksi. Penanggulangannya dilakukan melalui pemberian tablet atau sirup besi kepada kelompok sasaran. 3. Gangguan akibat kekurangan iodium GAKI Kekurangan iodium umumnya banyak ditemukan di daerah pegunungan di mana tanah kurang mengandung iodium. Kemudian GAKI dapat menyebabkan pembesaran kelenjar gondok tiroid. Pada anak-anak menyebakan hambatan dalam pertumbuhan jasmani maupun mental. Ini menampakkan diri berupa keadaan tubuh yang cebol, dungu, terbelakang atau bodoh. Penanggulangan masalah GAKI secara khusus dilakukan melalui pemberian kapsul minyak beriodium kepada semua wanita usia subur dan anak sekolah di daerah endemik. Secara umum, pencegahan GAKI dilakukan melalui iodisasi garam dapur. 4. Kurang vitamin A KVA KVA merupkan suatu gangguan yang disebabkan karena kurangnya asupan vitamin A dalam tubuh. Kekurangn Vitamin A dapat mengakibatkan kebutaan, mengurangi daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi, yang sering menyebabkan kematian khususnya pada anak-anak. Selain itu KVA dapat menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Faktor yang menyebabkan timbulnya KVA adalah kemiskinan dan minim pengetahuan akan gizi. d. Gizi Buruk Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anak disebut gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai selama 3 bulan bertuurut-turut tidak naik dan tidak disertai tanda- tanda bahaya. Dampak gizi buruk pada anak terutama balita: 1. Pertumubuhan dan perkembangan mental anak sampai dewasa terhambat. 2. Mudah terkena penyakit infeksi saluran pernafasan atas ISPA, diare dan yang lebih sering terjadi. 3. Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat intensif.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu, variabel dependennya status gizi balita pada komunitas nelayan di Kota Karang Raya, Teluk Betung Timur, Bandar Lampung yang akan diamati pada waktu yang sama.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014-Januari 2015 di Kota Karang Raya, Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.

C. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini merupakan ibu dan balitanya yang berumur 6-24 bulan pada komunitas nelayan di Kota Karang Raya. Balita yang dipilih untuk dijadikan sampel pada penelitian yaitu balita usia 6-24 bulan. Dari hasil survei awal di Puskesmas induk Kota Karang sebanyak 188 balita di Kota Karang Raya. Untuk penentuan besar sampel dapat digunakan rumus: n= Notoatmojo, 2010 Keterangan: n: jumlah sampel N: besarnya populasi 188 balita berdasarkan data di puskesmas Kota Karang Raya d 2 : tingkat kepercayaan yang diinginkan 0,05 n= = 127,89 128 orang. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah accidental sampling. Menurut Dahlan 2004, accidental sampling adalah teknik penentuan responden berdasarkan siapa saja yang secara kebetulan dipandang cocok sebagai sumber data masuk kriteria inklusi maka akan diberikan kuesioner. Teknik aksidental ini dilakukan dengan kuota per posyandu yang memenuhi kriteria inklusi. Terdapat enam posyandu yaitu posyandu kenanga 1, kenanga 2, kenanga 3, kenanga 4, kenanga 5, dan kenanga 6 di Kota Karang Raya Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.

D. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi a. Ibu yang memiliki anak balita usia 6-24 bulan b. Berasal dari keluarga nelayan yang tinggal di Kelurahan Kota Karang Raya, Teluk Betung Timur, Bandar Lampung 2. Kriteria Eksklusi a. Balita yang mengalami cacat fisik yang tidak dapat diukur berat badan dan tinggi badan b. Gangguan nefrotik dengan gejala edema pada tubuh

E. Cara Kerja

1. Pengisian Kuesioner a. Peneliti melakukan pendekatan pada masing-masing responden yang memenuhi keriteria sampel dan untuk memperoleh kesediaannya menjadi responden penelitian. b. Responden memberikan kesediaannya untuk menjadi subyek penelitian setelah mendapat penjelasan mengenai tujuan penelitian, keuntungan penelitian dan cara pengisian kuesioner. Jika responden setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini harus menandatangani lembar persetujuan dengan tanpa paksaan. c. Peneliti akan menunggu responden sampai selesai mengisi lembar kuesioner. d. Jika ibu kesulitan membaca atau buta aksara, peneliti membantu membacakan pertanyaan kuesioner. e. Selama pengisian kuesioner peneliti menimbang berat badan BB dan mengukur tinggi badan TB anak. 2. Penimbangan Berat Badan a. Cara langsung, jika balita dapat ditimbang sendirian: - Meminta kepada ibu untuk melepas topi, jaket, sepatu, ataupun aksesoris lainnya yang dapat memberatkan timbangan balita - Meminta balita berdiri di atas timbangan - Posisi kaki balita di tengah timbangan, tidak bergerak, pandangan lurus ke depan - Mencatat berat badan balita ataupun ibu pada kolom status gizi yang ada pada kuesioner Kemenkes RI, 2013. b. Cara tidak langsung, jika bayi tidak dapat ditimbang sendirian: - Ibu dan balita diminta untuk melepaskan topi, jaket, alas kaki ataupun benda lain yang dapat memberatkan timbangan - Ibu dan balita diminta naik ke atas timbangan berat badan - Posisi kaki ibu di tengah timbangan, tidak bergerak, pandangan lurus ke depan

Dokumen yang terkait

Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Ibu Balita Terhadap Status Gizi Balita di Painan, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Propinsi Sumatera Barat

1 48 80

Pengaruh Penatalaksanaan Gizi dan Pengetahuan Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Terhadap Keberhasilan Puskesmas dalam Perbaikan Status Gizi Balita Gizi Buruk di Puskesmas Se-Kota Medan

2 54 105

Perbedaan Pengetahuan Gizi, Pendapatan Dan Status Gizi Anak Balita Di Desa Proyek Dan Hon Proyek Kesehatan Keluarga Dan Gizi (KKG) Di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2004

0 34 81

Pengaruh Pola Asuh terhadap Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar

3 41 99

Hubungan Partisipasi Ibu Balita di Posyandu dengan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Gizi Ibu Balita serta Status Gizi Balita di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor

0 16 183

Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Gizi dan Posyandu dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Pasar Rebo

0 4 43

Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dengan status gizi anak balita

0 3 88

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA MALANGJIWAN, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Malangjiwan, Kecamatan

0 2 11

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG KELUARGA MANDIRI SADAR GIZI (KADARZI) DENGAN PERILAKU SADAR GIZI Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Keluarga Mandiri Sadar Gizi (Kadarzi) Dengan Perilaku Sadar Gizi Pada Keluarga Balita Usia 6-59 Bulan

0 0 15

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DI LINGKUNGAN PULAU PASARAN KELURAHAN KOTA KARANG KECAMATAN TELUK BETUNG TIMUR KOTA BANDAR LAMPUNG

0 0 5