Pencoklatan Non-Enzimatis Pencoklatan Enzimatis dan Non-Enzimatis .1 Pencoklatan Enzimatis

cathecol menjadi o-benzoquinone. Hasilnya yaitu o-benzoquinone beraksi dengan group amino dari residu lisin protein Winarno, 1997.

2.2.2 Pencoklatan Non-Enzimatis

Pada setiap proses pengolahan bahan pangan dengan mneggunakan media pemanas, akan terjadi reaksi pencoklatan pada bahan pangan. Reaksi pencoklatan non-enzimatis disebabkan oleh adanya reaksi Maillard, karamerisasi dan pencoklatan akibat vitamin C Winarno, 1997. Reaksi Maillard merupakan reaksi yang terjadi antara karbohidrat khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer. Hasil reaksi tersebut menghasilkan bahan berwarna coklat Winarno, 1997. Menurut de Man 1997, reaksi pencoklatan dapat didefinisikan sebagai urutan peristiwa yang dimulai dengan gugus amino, peptida, atau protein dengan hidroksil glikosidik pada gula, diakhiri dengan pembentukan polimer nitrogen berwarna coklat atau melanoidin. Reaksi non-enzimatis Maillard adalah reaksi yang terjadi karena adanya reaksi antara gula pereduksi dengan gugus amin beba dari asam amino dan protein. Reaksi ini banyak terjadi pada produk pangan. Reaksi pencoklatan non-enzimatis adalah reaksi pencoklatan yang bukan diakibatkan oleh aktivitas enzim. Reaksi ini meliputi reaksi Maillard, reaksi karemelisasi, dan reaksi oksidasi asam aksorbat vitamin C. reaski karamelisasi gula terjadi pada suhu diatas 100 C baik saat dibawah kondisi asam atau basa. Mekanisme reaksi Maillard sangat komplek, di mana gula amin akan mengalami denaturasi, siklitasi, fragmentasi, dan polimerisasi sehingga terbentuk komplek pigmen yang disebut melanoidin. Hasil reaksi Maillard mungkin dikehendaki misalnya, pada pembentukan kulit luar coklat pada roti, dan mungkin juga tidak dikehendaki, seperti pelenturan susu yang diuapkan dan disterilkan. Selain itu reaksi Maillard juga dapat memicu daya cerna pada protein Prangdimurti, et al., 2007. Mekanisme reaksi maillard terdiri dari 3 tahapan yaitu, reaksi tahapan awal initial stage, reaksi intermediate, dan reaksi tahap ahir final stage. Reaksi tahap awal meliputi reaksi pembentukan glikosilamin dan Amadori rearrangement. Tahap reaksi intermediate yaitu reaksi dehidrasi, fission, dan degradasi stecker. Reaksi tahap ahir terdiri dari kondensasi aldol dan polimerisasi aldehid amin yaitu pembentukan komponen nitrogen heterosiklik Batles, 1999.

2.3 Pencegahan Pencoklatan Enzimatis dan Non-Enzimatis

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Terhadap Berbagai Media Serbuk Kayu Dan Pemberian Pupuk NPK

5 81 121

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

2 15 58

PENGARUH FORMULASI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus Oestreatus) DAN TAPIOKA TERHADAP SIFAT FISIK, ORGANOLEPTIK DAN KIMIA KERUPUK

2 34 48

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH SUBSTITUSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) TERHADAP Pengaruh Substitusi Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus) Terhadap Kekerasan Dan Daya Terima Bakso Ikan Lele.

0 3 12

PENGARUH PENAMBAHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus sp.) TERHADAP KUALITAS KIMIA DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM

3 12 50

PROSES PEMBUATAN TEPUNG JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN PENGARUH LAMA WAKTU Proses Pembuatan Tepung Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Dengan Pengaruh Lama Waktu Perendaman dan Konsentrasi CaCO3.

0 2 12

PROSES PEMBUATAN TEPUNG JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN PENGARUH LAMA WAKTU Proses Pembuatan Tepung Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Dengan Pengaruh Lama Waktu Perendaman dan Konsentrasi CaCO3.

0 2 15

Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus spp.)

0 1 5

PENGARUH PERLAKUAN AWAL TERHADAP KARAKTERISTIK KIMIA DAN ORGANOLEPTIK TEPUNG JAMUR TIRAM (Pleurotus oestreatus) Ardiansyah

0 0 10

SIFAT FISIK DAN KIMIA TEPUNG JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI PERLAKUAN SUHU DAN LAMA PENGERINGAN - UMBY repository

0 0 11