Koordinasi para Pihak dalam Penanganan Bank Bermasalah

F. Kerangka Pikir

-------- -------- Keterangan : Berdasarkan skema tersebut dijelaskan bahwa: Lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK maka peran serta BI sebagai pengawasan perbankan akan hilang dan Bank Indonesia akan fokus sebagai regulator pada bidang moneter macroprudential. Implikasinya adalah bahwa fungsi pengaturan dan pengawasan sistem jasa keuangan lingkup microprudential diserahkan kepada OJK, sedangkan BI hanya bertugas untuk menjaga stabilitas moneter dan pengawasan lingkup macroprudential. Lahirnya OJK merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang BI, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang LPS tentang LPS Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK tentang OJK Tugas, Fungsi, dan Wewenang LPS Tugas, Fungsi, dan Wewenang OJK Koordinasi Penanganan Bank Bermasalah Tugas, Fungsi, dan Wewenang BI Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang BI UU LPS menjadi dasar pembentukan LPS. Tujuan dari pembentukan LPS adalah untuk melindungi nasabah penyimpan, sehingga nasabah penyimpan masih mempercayakan dananya untuk disimpan di bank. OJK, LPS, dan BI merupakan lembaga independen yang sama-sama mempunyai peran, tujuan, tugas, dan wewenang dalam upaya menjaga kestabilan sistem keuangan di Indonesia. OJK dan LPS mempunyai fungsi masing-masing yang telah ditentukan berdasarkan undang-undang. Berdasarkan Bab X Pasal 39-43 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK dijelaskan bahwa OJK, LPS, dan Bank Indonesia mempunyai hubungan kelembagaan dalam menjalankan fungsi, tugas, dan wewenangnya. Dengan adanya koordinasi antara 3 lembaga tersebut, terdapat upaya dalam penanganan bank bermasalah di dalamnya.

III. METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten. Sistematis artinya menggunakan sistem tertentu, metodologis artinya menggunakan metode atau cara tertentu, dan konsisten berarti tidak ada hal yang bertentangan dalam kerangka tertentu. 1

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif terapan. Pokok kajian dalam normatif terapan adalah pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif dan kontrak secara faktual pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. 2 Dalam normatif terapan terdapat gabungan 2dua tahap kajian, yaitu: 1. Tahap pertama adalah kajian mengenai hukum normatif yang berlaku; 2. Tahap kedua adalah penerapan pada peristiwa in concreto guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penerapan tersebut dapat diwujudkan melalui perbuatan nyata dan dokumen hukum. Hasil penerapan akan menciptakan 1 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2004, hal. 2. 2 Ibid, hal. 52. pemahaman realisasi pelaksanaan ketentuan hukum normatif yang telah dijalankan secara patut atau tidak. 3 Untuk itu penelitian ini akan mengkaji tentang fungsi, tugas, dan wewenang dari OJK, LPS, dan Bank Indonesia serta bagaimana pelaksanaan koordinasi ketiga lembaga tersebut dalam upaya penanganan bank bermasalah.

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif. Menurut Abdulkadir Muhammad, penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran deskripsi lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu. 4 Untuk itu, penelitian ini akan mendeskripsikan secara lengkap, rinci, jelas, dan sistematis mengenai fungsi, tugas, dan wewenang dari OJK, LPS, dan Bank Indonesia serta pelaksanaan koordinasi ketiga lembaga tersebut dalam penanganan bank bermasalah.

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Suatu penelitian normatif tentu harus harus menggunakan pendekatan perundang- undangan, karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian. 5 Adapun yang menjadi subtansi hukum pada penelitian ini yaitu, fungsi, tugas, dan wewenang dari OJK, LPS, dan 3 Ibid, hal.53. 4 Ibid, hal. 3. 5 Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Group, Jakarta, hal.93.

Dokumen yang terkait

Penilaian Kemampuan Dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank Oleh Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

0 46 95

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

0 84 124

Sistem Koordinasi Antara Otoritas Jasa Keuangan Dengan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Penanganan Bank Gagal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

5 79 130

Tinjauan Hukum Tentang Peralihan Pengawasan Perbankan Dari Bank Indonesia Kepada Otoritas Jasa Keuangan Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 4 71

WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DALAM PENGATURAN DAN PENGAWASAN TERHADAP BANK SYARIAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

8 98 57

KEWENANGAN BANK INDONESIA SETELAH DISAHKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN.

0 0 16

INDEPENDENSI OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MELAKUKAN PENGAWASAN PERBANKAN DI INDONESIA (BERDASARKAN BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN).

0 0 13

SISTEM KOORDINASI ANTARA BANK INDONESIA DAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PENGAWASAN BANK SETELAH LAHIRNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

0 0 8

Kewenangan Bank Indonesia Setelah Disahkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 11

Sistem Koordinasi Antara Otoritas Jasa Keuangan Dengan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Penanganan Bank Gagal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 12