c. Penangkapan, penahanan atau tindakan pidana penjara terhadap
anak hanya boleh dilakukan apabila tidak ada upaya terakhir lagi dan harus sesuai dengan hukum yang berlaku;
d. Anak yang terpaksa harus dipidana penjara tetap berhak untuk
mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan harus dipisahkan dari orang dewasa;
e. Anak yang terlibat tindak pidana berhak mendapatkan bantuan
hukum untuk setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; f.
Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi anak tanpa membedakan
suku, agama, ras, golonga, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi
fisik danatau mental;
g. Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab
memberikan dukungan dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak, dan menjamin perlindungan, pemeliharaan
dan kesejahteraan anak dan negara juga menjadi pengawas dalam penyelenggara perlindungan anak;
h. Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum
merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Perlindungan tersebut meliputi perlakuan secara
manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-hak anak, tersedianya petugas pendamping khusus anak, penjatuhan sanksi yang tepat
sesuai dengan kepentingan terbaik buat anak, pemantauan dan pencatatan tentang perkembangan anak.
B. Bantuan Hukum terhadap Anak yang Berkonflik dengan Hukum
sebagai Bagian dari Perlindungan Hukum Terhadap Anak
Bantuan hukum berarti suatu bentuk bantuan pada tersangkaterdakwa anak yang berupa nasihat hukum. Sesuai dengan pasal 51 dan pasal 52 Undang-
undang Pengadilan Anak bahwa setian anak sejak ditangkap atau ditahan, berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum. Bantuan
hukum itu diberikan selama waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan menurut tata cara yang ditentukan. Pejabat yang melakukan penangkapan atau penahanan
Penyidik, Penuntut Umum, atau Hakim wajib memberitahukan kepada
tersangkaterdakwa, orang tuanya, walinya atau orang tua asuhnya mengenai hak memperoleh bantuan hukum itu. Setiap anak yang ditahan berhak berhubungan
langsung dengan penasehat hukum dengan diawasi tanpa didengar oleh pejabat yang berwenang. Penasehat hukum wajib memperhatikan kepentingan anak dan
kepentingan umum dalam memberikan bantuan hukum kepada anak serta berusaha agar suasana kekeluargaan tetap terpelihara dan peradilan berjalan
lancar.
77
Undang-undang No.3 tahun 1997 menentukan bantuan hukum sebagai “dapat” diberikan kepada anak, bukan sebagai kewajiban oleh negara. Hal ini
disebabkan pandangan yang meletakkan anak sama seperti dengan orang dewasa yang diadili dalam sistem peradilan orang dewasa. Disamping itu, dengan tidak
adanya Pengadilan Anak yang ada hanya sidang anak, maka dirasakan cukup beralasan apabila norma hukum dalam Undang-undang No.3 tahun 1997
mengenai bantuan hukum kepada anak hanya sekedar “dapat” bukan kewajiban.
78
Beberapa argumentasi berikut ini bisa dikembangkan untuk memberikan bantuan hukum sebagai hak yang wajib diberikan antara lain :
79
“Pertama, secara konseptual Pengadilan Anak diarahkan sebagai peradilan yang bukan biasa not ordinary seperti peradilan orang
dewasa, tetapi peradilan yang memiliki kekhususan tertentu;
Kedua, sebagai peradilan yang bersifat khusus, maka Pengadilan Anak dilakukan dengan petugas dan penegak hukum yang khusus, baik
penyidik, jaksa, hakim, pengacaraadvokat, serta Petugas PK dan Pekerja Sosial social worker. Jangan membayangkan bantuan hukum anak
77
Abintoro Prakoso, Op.Cit., hal.114
78
M.Nasir Djamil, Op.Cit., Hal.173
79
Lihat dalam Naskah Akademik RUU Sistem Peradilan Pidana Anak, Hal. 54-55 dalam buku M.Nasir Djmail, Ibid.,
nakal sebagai bantuan hukum biasa, karena ada prinsip kekhususan aparatur dan petugas. Lagi pula, perbuatan pidana anak nakal
diasumsikan bukan perbuatan yang ‘otentik’, dan karenanya anak nakal bukan pelaku ‘otentik’. Arah politik hukum amandemen Undang-undang
No.3 tahun 1997 mesti mampu membedakan antara perbuatan anak nakal sebagai perbuatan yang ‘otentik’ dengan perbuatan yang hanya akibat
saja dari keadaan dan peristiwa lain;
Ketiga, anak berkonflik dengan hukum adalah anak yang membutuhkan perlindungan khusus Pasal 59 Undang-undang No.23 tahun 2002,
sehingga perlindungan hukum dan hak-haknya berbeda daridengan pelaku kriminal dewasa;
Keempat, secara faktual, dari berbagai laporan banyak ditemukan kekerasan terhadap anak berkonflik dengan hukum, baik pada masa
penyidikan, penuntutan, persidangan maupun pada masa menjalani hukuman. Dengan demikian, kekerasan menjadi bagian yang sulit
dipisahkan dari anak yang berkonflik dengan hukum. Oleh karena itu, sebagai upaya maksimal melindungi anak dari kekerasan, maka sebagai
media pencegahan kekerasan terhadap anak berkonflik dengan hukum, beralasan apabila pemberian bantuan hukum kepada anak menjadi suatu
kewajiban, bukan hanya sekad
ar “dapat” diberikan kepada anak; Kelima, landasan yuridis untuk memperkukuh argumentasi ini dapat
berangkat dari Pasal 58 ayat 1 Undang-undang No.39 tahun 1999 yang menjamin anak berhak memperoleh perlindungan dari segala bentuk
kekerasan fisik dan mental, penelantaran, perlakuan buruk, bahkan perlindungan anak dari kekerasan sudah merupakan hak konstitusional
yang secara khusus dan eksplisit diatur dalam pasal 28B ayat 2 Undang-
undang Dasar 1945 amandemen.”
Berdasarkan argumentasi tersebut, dalam Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak, advokasi bantuan hukum merupakan hak anak, hal ini
ditegaskan dalam Pasal 3 huruf c yang berbunyi : “Setiap anak dalam proses peradilan pidana berhak memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara
efektif ”.
Hal tersebut semakin ditegaskan dalam pasal 23 ayat 1 yang berbunyi:”Dalam setiap tingkat pemeriksaan, anak wajib diberikan bantuan
hukum dan didampingi oleh Pembimbing Kemasyarakatan atau pendamping lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
”.
80
Ketentuan tersebut merupakan politik hukum legislator untuk bisa memberikan jaminan perlindungan terbaik bagi pelaksanaan hak-hak anak
khususnya anak yang berkonflik dengan hukum.
81
Keberadaan advokat atau pemberi bantuan hukum sangatlah diperlukan agar ada yang bisa mendampingi
anak yang berkonflik dengan hukum, sehingga baik anak ataupun keluarganya dapat mengetahui hak-haknya serta dapat menjaga agar peradilan pidana anak
berjalan dengan adil dan transparan. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan hukum, membuat keberadaan advokat atau pemberi bantuan hukum
sangatlah diperlukan. Pemeriksaan harus berlangsung secara kekeluargaan artinya anak
sejogyanya didampingi oleh penasehat hukumnya atau orang tuawaliorang tua asuh. Dengan demikian dapat dijamin pemeriksaan akan berjalan dalam suasana
kekeluargaan dan tanpa suatu paksaan terhadap anak. Selama jalannya proses peradilan, anak itu akan memiliki hak untuk diwakili oleh seseorang penasehat
hukum atau untuk memohon bantuan hukum bebas biaya, dimana terdapat ketentuan untuk bantuan demikian dinegara ini.
Hal tersebut merujuk pada Undang-undang No.16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, yang dimana pemberian bantua hukum adalah dengan cuma-
cuma alias prodeo. Untuk itu, dalam mengimplementasikan Undang-undang
80
Ibid., Hal.175
81
Ibid.,
Sistem Peradilan Pidana Anak, kewajiban adanya advokat atau pemberi bantuan hukum membuat pemerintah harus segera mampu merealisasikan Undang-undang
No.16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum tersebut.
C. Hukum Acara Anak yang Berkonflik dengan Hukum dalam Peradilan